jpnn.com - jpnn.com - Dirut PT Megatopmas Prima, pengembang Green Florensia Sonny Santoso mengatakan, rumah tapak tidak hanya dikembangkan di kawasan perkotaan.
Untuk mengikuti kebutuhan, proyek hunian bisa dikembangkan di mana saja.
BACA JUGA: Rumah Subsidi Rp 100 Jutaan, Cicilan Rp 600 Ribuan
’’Termasuk di sekitar kawasan industri dan pergudangan. Potensi pasarnya besar,’’ ujarnya, Rabu (23/2).
Apalagi, harga lahan di perkotaan mulai mahal sehingga warga memilih membeli rumah di daerah perbatasan.
BACA JUGA: Kembangkan Homestay untuk Sharing Ekonomi
Green Florensia mengembangkan proyek real estate di Sidoarjo yang letaknya berbatasan dengan Surabaya.
’’Kami juga membidik segmen pasar itu. Tren di Surabaya high-rise. Jadi, kalau cari landed house, harus agak jauh dari pusat kota,’’ terang Sonny.
BACA JUGA: Seriusi Bisnis Properti, Astra Gelontorkan Rp 8 Triliun
Segmen yang dipilih adalah menengah. Rata-rata karakter pembeli di segmen tersebut adalah end user.
Artinya, mereka membeli properti untuk ditempati.
’’Berbeda dengan apartemen yang cenderung untuk investasi,’’ ucapnya.
Karena mayoritas pembeli merupakan end user, kredit perbankan menjadi mekanisme transaksi yang paling diminati.
Karena itu, pihaknya akan bekerja sama dengan beberapa perbankan.
’’Saat ini kami bekerja sama dengan dua perbankan. Ke depan, terus ditambah,’’ lanjut Sonny.
Selain KPR, ada yang memilih membeli dengan cara in-house dan tunai.
Tingginya jumlah pembeli dari kalangan end user juga terlihat dari animo pasar terhadap tipe bangunan.
Mayoritas end user menyukai rumah dengan dua hingga tiga kamar.
’’Nah, inilah yang membedakannya dengan apartemen. Biasanya jumlah kamar terbatas,’’ tuturnya. (res/c18/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Tak Minati Rumah Susun Sewa
Redaktur & Reporter : Ragil