Dewan Pakar BPIP: Diplomasi Pancasila Terbukti Ikut Redakan Konflik di Sejumlah Negara

Sabtu, 25 Juni 2022 – 13:01 WIB
Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Dr Darmansjah Djumala saat menyampaikan paparan di acara orientasi pembinaan ideologi Pancasila bagi pegawai BPIP, Kamis (23/6). Foto: Dokumentasi BPIP

jpnn.com, JAKARTA - Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Dr Darmansjah Djumala menyampaikan di tengah konflik yang terus melanda dunia, baik yang berlatar belakang teritorial maupun etnik dan agama, diplomasi Pancasila perlu dikembangkan.

Contohnya seperti yang pernah dilakukan Indonesia yang ikut berkontribusi dalam upaya meredakan konflik di sejumlah negara, seperti Kamboja, Filipina, Myanmar dan Afghanistan.

BACA JUGA: BPIP Bersama Kopassus Bangun Semangat Membumikan Pancasila

Menurut pria yang pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Austria, Slovenia dan PBB itu, kontribusi itu menunjukkan Indonesia bisa berbagi pengalaman (experience), pelajaran (lesson learned) dan praktik terbaik (best practices) dalam penyelesaian konflik dengan negara-negara yang mengalami perpecahan.

BACA JUGA: Kepala BPIP Dorong Restorative Justice Digalakkan Sesuai Prinsip Keadilan

Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Dr Darmansjah Djumala saat menyampaikan paparan di depan pegawai BPIP. Foto: Dokumentasi BPIP.

"Ideologi Pancasila sebagai ideologi perdamaian mengandung nilai-nilai pemersatu bagi bangsa yang majemuk. Nilai pemersatu itulah yang dapat diproyeksikan dalam laku diplomasi Indonesia di luar negeri," kata Darmansjah Djumala pada acara pembinaan ideologi Pancasila bagi pegawai BPIP, Kamis (23/6).

BACA JUGA: BPIP Dorong Pembumian Pancasila Melalui Pendidikan

Dalam paparannya berjudul 'Pancasila dan Diplomasi RI: Internasionalisasi Pancasila melalui Kebijakan Luar Negeri Indonesia', Djumala mengungkapkan Pancasila sejatinya pernah diperkenalkan di forum dunia ketika Bung Karno menyampaikan pidatonya di Sidang Umum PBB 30 September 1960.

Di tengah suasana perang dingin, Presiden pertama Indonesia itu menawarkan 5 prinsip Pancasila yang mengandung nilai-nilai universal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Djumala mengatakan dalam pergaulan diplomatik, bahkan sampai pada level kepala negara, banyak negara sahabat mengetahui tentang Pancasila sebagai ideologi perdamaian yang mampu mempersatukan masyarakat majemuk dalam suku, etnik dan agama dalam satu negara.

Spirit pemersatu yang terkandung dalam Pancasila itu yang banyak dikagumi oleh banyak negara dunia, terutama yang sedang mengalami konflik dan perang saudara.

Sementara banyak negara mengalami perpecahan akibat konflik suku, etnik dan agama, Indonesia dengan Pancasilanya justru membuktikan pada dunia bahwa bangsa ini tetap utuh dalam negara kesatuan.

Menurutnya, hal itu tidak lain karena bangsa Indonesia committed dengan Pancasila sebagai ideologi negara.

"Keutuhan Indonesia sebagai negara yang beragam dalam suku, etnik dan agama sudah teruji oleh dinamika sejarah dunia," paparnya.

Dia menegaskan Indonesia dengan Pancasilanya sudah melalui berbagai tragedi sejarah dunia.

Sebut saja misalnya, selama perang dingin (1947-1989) banyak negara bubar dan pecah, Indonesia tetap utuh.

Setelah runtuhnya Tembok Berlin (1991) yang menandai berakhirnya perang dingin, banyak negara mengalami disintegrasi dan hancur akibat konflik etnik dan agama, Indonesia tetap utuh sebagai negara bangsa.

Tragedi 11 September 2001 di New York, memantik kecurigaan antara barat dan dunia Islam, tetapi Indonesia justru menjadi role model negara mayoritas muslim yang dapat mengadopsi demokrasi.

Arab Spring pada 2011 yang meniupkan angin demokrasi di Arab Timur Tengah juga telah memporakporandakan negara-negara di kawasan itu dalam kecamuk perang saudara, tetapi Indonesia tetap utuh.

"Itu karena Indonesia committed dengan Pancasila," tegasnya.

Dia juga memaparkan ketangguhan ideologi Pancasila ideologi Pancasila dalam terpaan dinamika sejarah dunia seperti itu menjadi modal politik bagi Indonesia untuk menggunakannya sebagai instrumen diplomasi.

Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai pemersatu, moderat, toleran dan menghargai keberagaman bisa diperkenalkan kepada negara yang dilanda konflik.

"Dengan berpegang pada nilai-nilai itu, konflik dapat ditekan seminimal mungkin," ujar Djumala.

Terakhir, dia menyarankan agar para duta besar dan diplomat Indonesia dapat memasukkan program sosialisasi Pancasila dalam aktivitas diplomasi dan mission paper-nya sebelum ditugaskan ke negara sahabat. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler