jpnn.com - JAKARTA - Nama Dewi Septiani sempat menjadi buah bibir di media sejak dia mengunggah foto beras plastik di sosial media. Perempuan yang membuka warung di Perum Mutiara Gading Timur/Ruko GT Grande Bekasi Timur itu dianggap membongkar peredaran beras oplosan tersebut. Namun sayang bukan pujian yang didapat, justru ancaman.
Jawa Pos sempat berkunjung ke warung Dewi. Sayangnya, warung yang menjual menjual nasi uduk dan bubur ayam itu tidak buka. Kondisi di dalam warung pun terlihat sepi.
BACA JUGA: Rieke Diah Pitaloka Senang Blusukan ke Tukang Loak, Ngapain?
Di samping warung tersebut berderet toko-toko. Jawa Pos pun sempat bertanya ke salah satu pemilik toko foto kopi. Dia mengaku, sejak adanya kasus beras plastik, Dewi tidak pernah membuka warungnya. "Tidak pernah buka. Tutup terus," jelas perempuan yang namanya tidak mau dikorankan itu.
Jawa Pos akhirnya menghubungi nomor telepon Dewi. Ibu tiga anak itu sempat membalas bahwa dia sedang menuju ke salah satu stasiun televisi swasta untuk wawancara. "Saya mau Jakarta untuk wawancara," ucapnya.
BACA JUGA: Wow..., Bakal Banyak Kada Antre Jadi Pesakitan karena Kasus Hutan
Selang dua jam, Jawa Pos kembali menghubungi Dewi. Alhasil perempuan berjilbab itu pun mau melayani pertanyaan.
Dewi memaparkan, sejak dia mengunggah foto beras plastik, hidupnya diselimuti ketakutan. Dia harus harus menjalani pemeriksaan polsek Bantargebang Bekasi. "Saya diperiksa pukul 13.00-21.30," ucapnya.
BACA JUGA: Ini yang Diajarkan Kopassus Hingga Brunei pun Lebih Hebat dari Malaysia dan Singapura
Dia mengaku saat itu mendapatkan ancaman dari petugas. Dewi mengaku, saat itu petugas mengatakan bahwa perbuatannya justru membuat resah masyarakat. "Saya pun merasa takut dan shock," jelasnya.
Wajar bila Dewi takut. Sebab saat itu dia belum didampingi oleh kuasa hukum. Saking takutnya, Dewi tidak berani membuka warungnya hingga kini. "Kurang lebih dua minggu saya gak buka warung," paparnya.
Tutupnya warung tersebut, menjadi pukulan buat keluarga Dewi. Dia mengaku, warung merupakan sumber pendapatan kedua setelah gaji dari suami. Menurut Dewi, warung memberikan pemasukan lumayan. "Saat sepi ya Rp 50 ribu. Jika sedang Rp 200 ribu. Kalau rame saya bisa dapat Rp 300 ribu," jelasnya.
Tak hanya ancaman, Dewi mengaku hubungannya dengan pedagang beras langganannya di Tanah Merah Bekasi Timur sempat merenggang. "Jadi gak enak," paparnya.
Kasus itu juga membuat perhatian Dewi pada tiga anaknya berkurang. Dia tidak lagi bisa 100 persen mencurahkan kasih sayangnya ke buah hatinya. "Karena saya pusing dengan kasus ini," ucapnya.
Akhirnya pertolongan pun tiba. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta akhirnya mendampingi Dewi. Sejak saat itu, kepercayaan diri Dewi kembali tumbuh. Kini dia mengaku sudah kuat.
Dewi mengatakan, selain mendapatkan bantuan dari LBH, teman-teman serta tetangga juga turut menyemangati dia. Tidak sedikit yang datang ke rumahnya hanya untuk menyampaikan bahwa perbuatan Dewi sangat membantu masyarakat Bekasi.
Lebih lanjut, Dewi berharap kasus ini segera selesai. Dia juga berharap dengan penemuan beras plastik itu menjadi cambukan pada pemerintah agar lebih hati-hati dalam pengawasan pangan. Khususnya beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. (aph)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prajurit Kopassus yang Ganteng Ini Dikenal sebagai Penembak Jitu
Redaktur : Tim Redaksi