Di Balik Kelemahan Selalu Tersimpan Kekuatan

Senin, 13 Juni 2011 – 22:16 WIB

 Mengubah weaknesses menjadi strength! Menjadikan threat atau kendala menjadi opportunity! Itu mirip istilah-istilah motivator di forum pencerahan saja? Tetapi, spirit seperti itulah yang terus digali dan menjadi landasan kebijakan perekonomian negeri ini untuk lompatan percepatan pembangunan
 

Kelemahan dan kekuatan, acap dipandang seperti dua ruang berbeda yang letaknya jauh berseberangan

BACA JUGA: Menjaga Kondusivitas Suasana Ekonomi

Tidak banyak orang melihat ada koneksitas dari dua ruang tersebut
Apalagi menemukan dua ruang itu saling dukung, saling melengkapi, dan saling memberi? Hanya dibutuhkan sedikit lebih concern, lebih serius, lebih bersunggung-sungguh untuk menemukan kuncinya.

Pekan lalu, saya merasakan banyak kebijakan yang berdampak besar bagi percepatan pembangunan ekonomi negeri ini

BACA JUGA: Spirit Business as Not Usual dalam MP3EI

Salah satunya, hikmah pelaksanaan World Economic Forum for East Asia 2011 (WEFEA) di Hotel Shangri-La Jakarta, yang menelorkan komitmen kerja sama bidang pertanian dan ketahanan pangan
Dari forum itu muncul konsep twenty, twenty, twenty, yakni peningkatan produksi pangan sebesar 20 persen, pengurangan emisi karbon 20 persen, dan mengurangi tingkat kemiskinan petani di daearah sebesar 20 persen.

Sebuah kombinasi yang hebat dari titik berat percepatan transformasi ekonomi dengan segala taktik yang strategisAda kerjasama dengan skema private public partnership yang menggandeng 14 perusahaan multinasional dan punya basis bisnis di IndonesiaAda dorongan peningkatan produktivitas sektor pertanianAda konsep membangun ketahanan pangan nasionalSemua dikemas dalam spirit dan energi positif untuk jauh melompat lebih maju.

Perusahaan-perusahaan seperti Nestle, Sinarmas, Unilever, Cargill, Dupont, Monsanto, Metro, Mckenzie, ADM, Indofood, Swiss RE, Bungee, dan Sygenta itu tidak hanya mendorong produksi pangan di level huluTetapi juga memaksimalkan di level hilirMereka berencana membangun pabrik di Indonesia agar sekaligus memberdayakan dan membeli hasil produksi petaniKita mendapatkan nilai tambah, karena pengelolaan dilakukan di dalam negeri.

Ini hanyalah satu contoh, implementasi dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dilaunching bulan laluInilah pentingnya grand design ekonomi kita, agar bisa menjamin untuk terus memfasilitasi percepatan investasi swasta sesuai kebutuhannyaJuga  terus mendorong investasi, mengintegrasi pendekatan sektoral dan regional, meningkatkan nilai tambah, memantik inovasi, dan tetap menjadi regulator, dan katalisator yang mempercepat proses.

Hal lain yang sempat menjadi topik adalah soal penghentian impor sapi hidup dari Australia selama enam bulan ke depanMengingat, akhir Juli 2011 memasuki bulan puasa, dan tentu akhir Agustus 2011 masuk LebaranKebutuhan daging sapi pasti meningkat tajam, sementara sekarang sudah pertengahan Juni? Inilah yang saya bilang, saatnya kita membangun kepercayaan diriBiasanya di tengah kesulitan selalu berkeliaran ide-ide brilianMengapa kita tidak berjuang lebih keras untuk mewujudkan swasembada daging sapi? Kapan lagi kalau tidak sekarang? Ini ada momentum yang tepat.

Kalau selama ini kita impor 500.000 sapi per tahun, atau 60 persen dari perdagangan ternak hidup di Indonesia? Mengapa kita tidak berani bekerja lebih keras untuk mengisi space perdagangan yang kosong itu? Selain, memang penyiksaan hewan sebelum disembelih di rumah pemotongan hewan itu juga harus ditertibkan? Juga harus tetap menjaga komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah Australia?

Kasus sapi ini sejatinya early warning buat peternak sapi dan pengusaha peternakan di negeri ini, untuk melompat labih jauhTanpa disengaja, kasus penghentian import sapi itu justru membuka opportunity baruItu adalah bukti, bahwa di balik kelemahan, selalu saja tersembunyi kekuatanDalam weaknesses, selalu tersimpan strength! Mari, bersama-sama bangkitkan ekonomi kita! (*)


*Penulis adalah Menteri Koordinator Perekonomian RI, dan Ketua Umum DPP PAN.

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler