Di-bully Sejak Penghitungan Suara Dimulai, Pengawas TPS Bunuh Diri

Selasa, 20 Februari 2024 – 12:59 WIB
Seorang pengawas TPS Pemilu 2024 di Kepulauan Tanimbar bunuh diri. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - KEPULAUAN TANIMBAR - Salah seorang Pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu 2024 di Desa Alusi Kelaan, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku, bunuh diri pada 15 Februari.

Pengawas TPS bernama Kaspar Metintomwat melakukan bunuh diri seusai menyerahkan laporan ke Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) setempat.

BACA JUGA: 12 Timses Caleg Diperiksa Pakai Alat Canggih Milik RS Jiwa

Ketua Bawaslu Kabupaten Tanimbar Mathias Alubwaman mengatakan pria berusia 31 tahun itu memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.

Aksi gantung diri dilakukan karena diduga tidak tahan dengan perundungan atau bullying yang sering dialami korban.

BACA JUGA: Direktur RSJ Naimata: Caleg Stres Tidak Mendapat Pelayanan Khusus

"Iya benar, Kaspar Metintomwat ini pengawas TPS di Tanimbar. Ia meninggal bunuh diri karena diduga tidak tahan di-bully," kata Mathias saat dihubungi dari Ambon, Senin (19/2).

Berdasarkan informasi dari Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Kormomolin, kata Mathias, Kaspar gantung diri di rumahnya pada Kamis 15 Februari 2024.

BACA JUGA: Perempuan Bunuh Diri di Dalam Sumur

Awalnya, kata dia, Kaspar mengikuti proses pungut hitung perolehan suara di lokasi tempatnya bertugas. Ketika perhitungan selesai, ada yang datang untuk mendokumentasi hasil C-1 menggunakan telepon genggam.

Mereka yang hendak mengambil dokumentasi mendapat izin dari Kelompok Pemungutan Perhitungan Suara (KPPS) yang ada di TPS. Namun, Kaspar melarangnya.

Mungkin merasa jengkel karena dilarang, ada warga yang kemudian menyerang Kaspar dengan kata-kata negatif yang diduga mengarah pada fisiknya.

"Korban ini punya sedikit kekurangan fisik, tetapi soal ucapan bully itu seperti apa, Panwaslu masih membuat kronologis kejadiannya," katanya.

Menurut dia, Kaspar yang mendapat ucapan tidak enak itu hanya memilih diam.

Kaspar lalu menemui Panwaslu untuk memasukkan laporan pengawasannya dan meminta untuk pulang ke rumah untuk makan.

"Tiba-tiba dengar kabar kalau yang bersangkutan sudah meninggal karena gantung diri," ucap Mathias.

Tindakan bullying terhadap Kaspar ini bukan sekali, tetapi sudah sering kali sejak proses pungut hitung suara dimulai hingga selesai.

"Soal kepastian apakah korban di-bully berkaitan dengan proses pemilu, itu yang masih sementara kami tunggu kronologis resmi dari Panwaslu kecamatan.”

Mathias menyatakan terkait pengawas yang meninggal dalam bertugas, pihaknya akan mengurus untuk dapat memberikan santunan terhadap keluarga korban.

"Nanti kami buat kronologis resmi supaya disampaikan ke Bawaslu Provinsi Maluku, sehingga diupayakan untuk mendapatkan santunan meninggal dunia," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler