Di Depan Anak Pengungsi, Kak Seto Ubah Kertas jadi Payung

Sabtu, 06 Oktober 2018 – 10:38 WIB
Kak Seto menghibur anak-anak di posko pengungsian. Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

jpnn.com, PALU - Seto Mulyadi alias Kak Seto membuat riuh suasana di dalam tenda Sekretariat Bersama Perlindungan Anak Pasca Gempa-Tsunami Palu dan Donggala di halaman kantor dinas sosial Sulawesi Tengah, Jumat (5/10) kemarin.

Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia itu unjuk kebolehan bermain sulap. Salah satunya menyulap kertas menjadi payung.

BACA JUGA: Kabar Adopsi Anak Korban Gempa Itu Cuma Hoaks!

Selain Kak Seto, ada juga Sekjen LPAI Henny Rusmiati yang membuat anak-anak melompat dan bernyanyi bersama di dalam salah satu tenda berukuran besar di area posko induk tersebut.

Tak ada ketakutan di wajah mereka. Semua seolah larut dalam kegembiraan. Sejam lebih anak-anak itu bergerak. Mereka terus mengikuti "perintah" Henny yang bak guru taman kanak-kanak (TK) bagi bocah-bocah itu.

BACA JUGA: Mengunjungi Desa di Sigi yang Kena Blender Gempa, Merinding

Total, ada 22 anak yang terlibat dalam kegiatan trauma healing tersebut. "Ayo, siapa yang mau ikut kuis? Tapi ikuti dulu Kak Henny ya!," kata Henny memancing anak-anak itu agar terus bergerak. "Saya, saya," teriak anak-anak itu bersahutan.

Pemulihan trauma itu baru kali pertama digelar di area pengungsian korban bencana gempa-tsunami Palu. Seto dan Henny diundang Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menghibur anak-anak agar tidak larut dalam kesedihan. Dan bersemangat kembali bermain seperti lazimnya anak-anak. "Para orang tua jangan menunjukan stresnya di hadapan anak-anak," kata Seto usai menghibur anak-anak itu.

BACA JUGA: Sedih, Erna dan Yeni Tidak Tahu di Mana Suami Mereka Berada

Trauma healing itu adalah bagian layanan dukungan psikososial (LDP) Kemensos. Seto mengatakan, anak-anak rentan mengalami stres ketika dihadapkan persoalan pelik seperti bencana gempa-tsunami di Palu. Kondisi psikologis anak-anak butuh "diobati". "Stres segala macam akhirnya bisa membuat (anak) sakit," tutur Seto kepada Jawa Pos.

Pemulihan psikologis anak itu akan digelar kembali. Namun, bukan hanya Seto dan Henny yang menyambangi ratusan posko pengungsian. Mereka akan dibantu para relawan yang lebih dulu mengikuti pelatihan trauma healing. "Kami tidak satu-satu menangani (trauma healing, Red), kami memberikan pelatihan kepada para relawan agar bisa menyebar serentak," paparnya.

Seto mengungkapkan, semangat anak-anak yang terdampak gempa-tsunami Palu harus segera dipulihkan. Bukan hanya dengan hiburan, tapi juga dengan mencukupi kebutuhan pangan mereka. Sebab, tanpa makanan yang cukup, semangat anak-anak untuk bergerak akan berkurang. "Kurang makan jadi nggak semangat, nggak bisa bergerak. Itu berpengaruh," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, sampai saat ini distribusi bantuan logistik untuk para pengungsi di Palu, Donggala, dan Sigi belum maksimal. Kondisi itu membuat anak-anak kekurangan makanan yang layak. Dan, bisa membuat mereka jatuh sakit karena kelaparan. (tyo/agm)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Selamat dari Gempa, 3 Hari Bertahan di Gunung


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler