jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kontribusi Indonesia dalam menghadapi situasi darurat sektor energi dan iklim.
Dia menilai saat ini dunia tengah menghadapi situasi sulit dalam sejumlah sektor, termasuk sektor energi dan iklim.
BACA JUGA: Jokowi Serahkan Bonus untuk Atlet Paralimpiade Tokyo 2020, Sebegini Jumlahnya
Situasi sulit tersebut tidak dapat ditangani oleh satu negara saja, melainkan dibutuhkan aksi bersama dalam skala global.
Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada pertemuan Major Economies Forum on Energy and Climate 2021 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (17/9).
“Kredibilitas, khususnya aksi konkret, sangat krusial,” ujar presiden.
Pada pertemuan tersebut, Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menghadapi situasi darurat tersebut.
Menurut dia dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau pada Agustus lalu.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan telah menyusun strategi peralihan pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru terbarukan.
BACA JUGA: Presiden Jokowi: Tinggi ini, Nasional Hanya 3 Persen
"Mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan yang didukung pelaksanaan efisiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik,” tuturnya.
Selain itu, Jokowi juga mengungkapkan Indonesia telah menargetkan netral karbon (Net Zero) pada 2060 dengan kawasan percontohan yang masih terus dikembangkan.
“Termasuk pembangunan Green Industrial Park seluas 20 ribu hektare, terbesar di dunia, di Kalimantan Utara,” ungkap presiden.
Terkait transisi energi, presiden menuturkan kemitraan global sangat diperlukan.
Pasalnya, transisi energi bagi negara berkembang membutuhkan pembiayaan dan teknologi yang terjangkau.
BACA JUGA: Presiden Jokowi: Pak Kiai, Saya Senang Sekali, Alhamdulillah
“Kami membuka peluang kerja sama dan investasi bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, kendaraan listrik, teknologi carbon, capture, and storage, energi hidrogen, kawasan industri hijau, dan pasar karbon Indonesia,” imbuhnya.
Terakhir, Kepala Negara menyampaikan dukungannya terhadap Global Methane Pledge atau ikrar aksi bersama yang bertujuan mengurangi 30 persen emisi metana global pada 2030.
Jokowi menyebut Global Methane Pledge dapat menjadi momentum penguatan kemitraan dalam mendukung kapasitas negara berkembang.
“Bersama Amerika Serikat dan 45 negara lainnya, Indonesia juga telah bergabung dalam Global Methane Initiative. Pengurangan emisi metana telah masuk dalam Nationally Determined Contribution Indonesia,” tandasnya. (tan/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Fathan Sinaga