jpnn.com, JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan pentingnya memahami dan mewarisi pemikiran Soekarno dalam menghadapi tantangan bangsa.
Hal ini disampaikan Hasto dalam sambutannya pada acara pembekalan yang berlangsung secara hybrid, dihadiri langsung oleh sejumlah pengurus pusat partai, termasuk Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat dan Deddy Yevri Sitorus.
BACA JUGA: Legislator PDIP Minta Efisiensi Anggaran Tak Berdampak Buruk ke Rakyat
Dalam sambutannya, Hasto menjelaskan bahwa pemikiran Soekarno berakar pada dialektika sejarah Nusantara dan dunia, serta menggunakan pisau analisis materialisme historis, Marxisme, nasionalisme, Islamisme, dan sosialisme.
"Jangan lupakan sejarah. Jangan tinggalkan sejarah. Ini yang namanya dialektika pertama," ujar Hasto, menjelaskan bagaimana Soekarno membangun konstruksi pemikiran dalam menghadapi persoalan rakyat Indonesia.
BACA JUGA: PDIP Pertanyakan Hasil Survei LSI Terkait Hasto Kristiyanto
Hasto mencontohkan penerapan pemikiran tersebut dalam langkah strategis PDI Perjuangan membangun kantor DPP alternatif di Yogyakarta. Ide ini muncul saat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencetuskan potensi ancaman megathrust di Jakarta, yang dapat berdampak pada eksistensi kantor pusat partai di Jalan Diponegoro.
"Dari situ kami punya ide, kalau di Jakarta ada megathrust, maka kita juga punya kantor partai yang representatif apabila kantor di tingkat pusat dalam keadaan darurat," kata Hasto.
BACA JUGA: Ronny PDIP: Penetapan Harun Jadi Anggota DPR Sah Secara Hukum
Sejalan dengan pemikiran Soekarno yang selalu mengedepankan ide dan imajinasi, PDIP merancang kantor alternatif di Yogyakarta dengan konsep green building.
"Kami menghubungi beberapa arsitek dari kalangan mahasiswa. Kita rangkul, kita punya konsep tentang green building. Maka ide melahirkan imajinasi," tambah Hasto.
Hasto menekankan pentingnya kepala daerah untuk memahami kekuatan ide dan imajinasi dalam membangun daerah masing-masing. Ia mengkritik pandangan pragmatis yang hanya berfokus pada anggaran sebelum memiliki visi pembangunan.
"Ini penting bagi kepala daerah kita. Yang membangun sepertinya harus ada uang dulu. Padahal Sukarno nggak pernah memikirkan Indonesia merdeka duitnya berapa. Tidak pernah. Tetapi ide dulu," tegasnya.
Menurut Hasto, the power of idea dan the power of imagination menjadi kunci bagi PDIP dalam merumuskan strategi politik dan pembangunan yang berkelanjutan, sejalan dengan semangat dan pemikiran Bung Karno.
Kantor DPP alternatif ini dibangun lima lantai dengan luas 3 ribu meter persegi. Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi kantor alternatif didasarkan pada nilai historis yang kuat bagi PDI Perjuangan. "Bu Mega lahir di Jogja. Oh ternyata Jogja pernah menjadi penyelamatan republik," jelas Hasto.
Acara pembekalan yang dihadiri oleh para pengurus pusat partai ini menekankan pentingnya memahami tradisi pemikiran Sukarno dalam merumuskan kebijakan dan strategi politik. Hasto berharap para kepala daerah dari PDIP dapat mengimplementasikan kekuatan ide dan imajinasi dalam membangun daerah mereka dengan tetap berpegang pada nilai-nilai yang diwariskan oleh Soekarno. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eksaminasi Perkara Kasus Harun Masiku, Keputusan DPP PDIP Tidak Melanggar Hukum
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga