Di Jalanan, Mobil Ambulans Beradu Kecepatan, Membawa Jasad

Kamis, 11 Oktober 2018 – 07:33 WIB
Satu jenazah dievakuasi di Pantai Talise, Palu, Sabtu (29/9) akibat tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com - Hingga saat ini mayoritas warga belum berani tidur di dalam rumah, pasgempa dan tsunami mengguncang Palu, Donggala, dan Sigi, di Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (28/9).

Begitu pula dengan dua awak media Kaltim Post (Jawa Pos Group) yang bertugas di Palu sejak lebih sepekan lalu. Sebab, gempa masih belum berhenti. Tidur di jalanan beratapkan tenda terpal jadi hal yang lumrah. Tak cuma itu. Wartawan Kaltim Post juga berpindah-pindah lokasi. Dari satu titik pengungsian ke pengungsian yang lain.

BACA JUGA: Puluhan Anggota Polri Masih Belum Ditemukan, 12 Gugur

Warga di ibu kota provinsi Sulawesi Tengah masih dihantui getaran. Trauma dan luka yang membekas belum juga hilang. Meski begitu, tempat usaha sudah mulai beroperasi. Pusat pemerintahan di Palu sudah kembali bekerja. Sempat menjadi kota mati, Palu, Donggala, dan Sigi terus berbenah.

Senin (8/10), Kaltim Post sempat bertandang ke kantor gubernur Sulteng. Berada di pusat kota, Jalan Sam Ratulangi, Palu Timur. Pegawai berseragam aparatur sipil negara (ASN) memadati sejak pagi. Roda pemerintahan mulai bergerak. Tak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan. Masih banyak pegawai yang belum turun pada hari pertama kerja setelah Palu ditimpa bencana.

BACA JUGA: Terseret Tsunami, Bayi 2 Bulan Selamat Tersangkut di Pohon

Di lingkungan Pemprov Sulteng, pegawai masih sebatas beraktivitas di luar gedung. Mengingat ada beberapa bangunan yang retak dan kaca yang pecah.

Memulihkan Kota Palu memang harus bertahap. Banyaknya bangunan yang retak, dan rumah-rumah yang roboh, tentu masih membuat para korban cemas dan trauma.

BACA JUGA: BNPB Bantah Pengusiran Relawan Gempa dan Tsunami Sulteng

Di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, Kepala Dinas Kesehatan Sulteng Reni Lamajido bercerita kepada Kaltim Post. Seribu lebih tenaga relawan se-Indonesia membantu pemulihan di Palu, Donggala, dan Sigi. Termasuk 126 dokter ahli, dan 142 dokter umum.

“Mereka berkenan membantu kami di sini (Sulteng). Di pos pelayanan kesehatan Jalan Kartini, Diskes juga melayani vaksinasi tetanus dan difteri. Selain Reni, Achmad Yurianto, selaku perwakilan dari pusat krisis Kementerian Kesehatan RI dengan senang hati menanggapi beberapa pertanyaan media ini.

Pria berkaca mata itu bercerita, ada empat kecamatan di Kabupaten Sigi yang sulit dijangkau untuk sampai ke titik pengungsian warga. Di sana, akses jalan masih terputus. Sehingga, tenaga medis dibantu pihak TNI menggunakan helikopter untuk bisa menjangkau korban-korban yang mengungsi di daerah pegunungan.

Dua pekan adalah waktu untuk respons tanggap darurat. Setelahnya, masuk dalam tahap rencana pemulihan darurat. Sebulan setelah gempa, pusat krisis kementerian kesehatan akan membahas rencana pemulihan dini.

Untuk dua pekan pertama setelah gempa, yakni melaksanakan penyelamatan korban dan mencegah kecacatan. Puskesmas di Donggala, Sigi, dan Palu yang sempat tak beraktivitas, disebut Yurianto untuk secepatnya kembali bekerja.

“Meski harus menggunakan halaman puskesmas untuk beraktivitas. Dan kami paham kondisinya,” tutur Yurianto. Permasalahannya, tenaga puskesmas belum keseluruhan kembali. Bahkan, masih mencari keluarga yang jadi korban.

Beberapa rumah sakit di Palu juga sudah beroperasi. Namun, pelayanan tentu belum bisa kembali seperti biasa. Tenaga medis dari luar Sulteng maupun luar Indonesia terus membantu. Palu terus memperbaiki dan menata ulang kota.

Kaltim Post juga menyempatkan ke Pelabuhan Pantoloan. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari pusat kota Palu. Jalanan yang berdebu, serta di sisi jalan juga masih banyak puing-puing sisa bangunan yang belum dibersihkan.

Di jalanan, mobil ambulans beradu kecepatan. Membawa jasad korban tertimbun di reruntuhan bangunan. Meski sudah berangsur normal, bahan bakar minyak (BBM) masih cukup sulit diperoleh.

Di pelabuhan, kini terlihat beberapa pengungsi yang sebelumnya lari ke kawasan pegunungan. Mereka mulai turun lantaran persediaan makanan yang habis. Beberapa di antaranya juga bertujuan meninggalkan Palu melalui jalur laut.

Pelabuhan Pantoloan memang satu-satunya yang dijadikan tempat untuk bersandar kapal-kapal, baik yang memuat bantuan logistik, atau kapal penumpang. Sedangkan tim search and rescue (SAR) gabungan terus melakukan pencarian korban yang tertimbun.

Tidak hanya menggunakan alat manual, puluhan alat berat diterjunkan untuk mengangkat puing-puing yang berukuran besar.

Selain ke Pantoloan, awak Kaltim Post juga mencari beberapa daerah yang sulit dijangkau kendaraan roda empat. Namun, terputusnya akses di Kabupaten Sigi dan Donggala, cukup membuat media ini kesulitan berinteraksi dengan para pengungsi. Ribuan orang masih menunggu bantuan.

Di Bandara Mutiara Sis Al Jufri, pengungsi juga ingin meninggalkan Palu. Menggunakan pesawat hercules milik TNI, yang siap membawa pengungsi sesuai tujuan. (*/dra/far/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Teriak – teriak Tsunami Datang tapi Mereka tak Percaya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler