MANCHESTER - Idiom "Quit while you are ahead" benar-benar berlaku bagi Angel Di Maria. Pemain Argentina itu memilih hengkang dari Real Madrid saat kontribusinya kepada raksasa Spanyol itu berada di titik tertinggi. Dia akhirnya memilih klub yang lebih membutuhkan dirinya: Manchester United.
Setelah selama lebih dari satu dekade menunggu gelar ke-10 Liga Champions (La Decima), adalah Di Maria yang menuntaskan rasa penasaran Real. Di laga puncak melawan Atletico Madrid itu, Di Maria menciptakan assist untuk gol Gareth Bale yang mengubah hasil seri 1-1 menjadi kemenangan.
Memang, Sergio Ramos mampu "buying time" dengan menyamakan kedudukan 1-1 agar pertandingan diselesaikan via extra time. Namun, adalah Di Maria yang merangsek dari sisi kanan pertahanan Atleti "julukan Atletico" dan mengirim umpan lambung untuk disambar Bale di tiang jauh gawang Thibaut Courtois.
Gol Bale tersebut sudah "membunuh" mental Atleti. Tambahan skor dari Marcelo dan Cristiano Ronaldo tak ubahnya hanya hiburan tambahan bagi fans. Di Maria dinobatkan menjadi man of the match. Tapi, Presiden Real Florentino Perez tetap menganggap remeh kontribusi pemain 26 tahun kelahiran Rosario, Argentina, tersebut.
Gajinya tak masuk dalam sepuluh besar gaji pemain Real. Dia hanya dibayar GBP 2,8 juta (Rp 54 miliar) per tahun. Situasi itu tentu saja tak membahagiakan bagi dirinya. Apalagi, di klub bertabur bintang itu dia hanya menjadi pelapis. Kedatangan dua superstar anyar, Toni Kroos dan James Rodriguez, menambah kelam masa depan pemain berjuluk El Angelito itu.
Entrenador Real Carlo Ancelotti sudah memperjuangkan ke pejabat klub untuk membujuk Di Maria bertahan. Namun, Real hanya bisa mengerek gajinya hingga GBP 3,9 juta (Rp 75 miliar). Karena itu, tawaran gaji GBP 6,3 juta (Rp 123,5 miliar) dari United pun langsung disambar.
"Keputusan untuk keluar adalah keinginan Di Maria sendiri. Klub sudah melakukan yang terbaik agar dia bertahan. Pada akhirnya, kami berterima kasih untuk apa yang sudah dia kontribusikan kepada kami," kata Ancelotti seperti dikutip ESPN.
Situasi yang tak membahagiakan di Real itu bersambut dengan United yang sedang membutuhkan superstar. Apalagi, dua laga pertama Premier League mereka berakhir seri dan hanya bisa mencetak dua gol.
Klub berjuluk Setan Merah itu pun dibayang-bayangi hantu performa buruk musim lalu. Mereka harus membuat keputusan besar. Dan keputusan besar itu adalah melakukan megatransfer pembelian Di Maria dari Real Madrid.
Pemain berpaspor Argentina itu resmi dibeli United dengan ongkos transfer termahal dalam sejarah Premier League. Yakni, menurut versi Daily Mail, mencapai GBP 75 juta (Rp 1,4 triliun). Angka tersebut jauh melebihi rekor termahal sebelumnya yang dipegang striker flop Chelsea Fernando Torres saat didatangkan dari Liverpool seharga GBP 51 juta 2011 silam.
Di Maria diikat kontrak selama lima tahun dengan bayaran per tahun mencapai EUR 8 juta atau sekitar Rp 123 miliar. Di klub kolektor gelar Premier League terbanyak itu, pemain 26 tahun itu akan menggunakan nomor punggung tujuh. Nomor itu cukup keramat karena hanya dipakai pemain legendaris seperti Cristiano Ronaldo dan David Bekcham.
Masalahnya, apakah pemain kelahiran Rosario, Argentina, itu adalah yang dibutuhkan United" Sports Mole mengungkapkan, transfer jumbo sudah pernah dilakukan United di era keterpurukan mereka musim lalu. Yakni saat mereka mendatangkan Juan Mata dari Chelsea seharga GBP 37 juta (Rp 719 miliar).
Namun, Mata tak mampu mengerek performa tim. Kedatangan Marouane Fellaini juga idem ditto. Sebab, United dianggap sudah bobrok dari fondasi permainan tim. Kompartemen pertahanan ceroboh, lini tengah tak memiliki kreativitas, dan para penyerang tak lagi memiliki naluri mencetak gol.
Sports Mole membandingkan saat United merekrut Eric Cantona pada November 1992. Rekrutmen striker Prancis itu ibaratnya memasang kepingan terakhir dari puzzle permainan klub. Sebab, fondasi klub yang masih ditangani Sir Alex Ferguson saat itu sudah kokoh dengan para pemain seperti Peter Schmeichel, Gary Pallister, Steve Bruce, Paul Ince, dan Mark Hughes. Hasilnya, United memenangi empat gelar Premier League dan dua gelar Piala FA dalam tempo lima tahun.
Situasi United saat ini lebih parah. Hampir di semua lini mereka bermasalah. Mentalitas mereka drop dan sejumlah pemain seperti kehilangan semangatnya. Karena itu, tak salah jika pembelian Di Maria dianggap sebagai pembelian frustasi klub. Dengan dana sebesar Rp 1,4 triliun untuk pemain "cadangan" di klub, dana sebesar itu terlalu besar.
Posisi pemain kidal tersebut dalam permainan tim juga bukan sentral atau pencetak gol. Dia lebih banyak beroperasi di kiri, baik sebagai satu dari tiga gelandang dalam formasi 4-3-3 atau sebagai penyerang sayap. Tugasnya lebih banyak sebagai pengirim crossing atau pencipta assist. Musim lalu dia lebih banyak bermain sebagai gelandang kiri.
"Sangat menyedihkan bahwa suatu klub begitu desperate hingga mereka begitu saja menaikkan angka transfer. Awalnya hanya GBP 50 juta kemudian meningkat lagi hingga sekarang GBP 75 juta. Harga itu terlalu mahal untuk pemain yang hanya cadangan di Real," kata Ray Wilkins, mantan gelandang United. (aga)
BACA JUGA: Mou Inginkan Timeout di Sepakbola
BACA ARTIKEL LAINNYA... AC Milan Ingin Pinjam Torres dari Chelsea
Redaktur : Tim Redaksi