Di Tengah Perang, Dunia Malam Damaskus Tetap Hidup

Sabtu, 27 Oktober 2018 – 17:36 WIB
Bar di kawasan Kota Tua Damaskus, Syria. Foto: Reuters

jpnn.com, DAMASKUS - Lebih dari tujuh tahun lalu perang Suriah meletus. Namun, berbeda dengan kondisi sebagian besar negeri, Damaskus tidak terlalu menderita akibat pertempuran. Pasukan Presiden Bashar al Assad menguasai dan menjaga keamanan ibu kota.

Memang, kota yang berusia ribuan tahun ini terkadang masih jadi sasaran bom. Tetapi setidaknya masih ada zona aman untuk berlindung. Setelah berakhirnya serangan, warga lambat laun kembali ke normalitas.

BACA JUGA: Rukban, Kamp Kematian di Pinggiran Jordan

Di kota tua Damaskus banyak bar yang menjadi tempat nongkrong favorit kalangan muda. Di kawasan ini kehidupan malam marak, dan tidak pernah terhenti sepenuhnya walaupun saat perang.

"Selama perang, ketika bom berjatuhan, ada beberapa hari di mana tidak ada seorang tamu pun datang," demikian dikatakan Dana (24), bartender di Manonite Bar, sambil mencampur koktail Blue Moon. "Tapi kami tidak pernah berhenti bekerja."

BACA JUGA: Turki Bantu Bebaskan Jurnalis Jepang dari Militan Syria

Musim panas ini bar, restoran dan kafe di kota tua kembali hidup. Ini musim panas pertama sejak 2011, di mana alarm perang tidak terdengar sama sekali.

Jika kita pergi hanya beberapa kilometer dari ibu kota Damaskus, maka kehancuran yang diakibatkan perang Suriah akan tampak. Di sana, di mana pemberontak dulu berkuasa, jalan kembali ke kehidupan normal sangat lah panjang dan sulit.

BACA JUGA: Perang Berakhir, Perbatasan Syria-Jordania Kembali Dibuka

Di Duma, hanya sekitar 15 km dari Damaskus, jalanan dipenuhi reruntuhan. Kawasan perumahan dan pertokoan hancur akibat perang. Hanya beberapa bulan lalu pertempuran berakhir.

Pembangunan kembali kemungkinan akan makan dana ratusan miliar Dolar. Beban itu tidak mungkin bisa dipikul rezim sendirian. Seberapa lama waktu yang diperlukan untuk bisa kembali ke normalitas?

Negara-negara Barat menjadikan reformasi politik sebagai hal yang menentukan bagi keputusan pemberian bantuan. Sementara warga di kawasan yang hancur akibat perang hanya bisa menggunakan sarana yang masih tersisa.

Banyak rumah sakit hancur lebur atau rusak berat. Tapi para dokter tetap bekerja di ruang bawah tanah, jika dibutuhkan.

Bahkan di Damaskus, tantangan ekonomi juga cukup besar. Banyak warga Suriah mempertimbangkan untuk pergi.

"Saya suka pekerjaan saya. Saya suka bar-bar dan kehidupan malam di sini. Tapi sebenarnya saya ingin pergi dari Suriah," kata pemilik bar Rasha. (DW/JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Syria Gelar Pemilu Lokal, Semua Kandidat Orangnya Assad


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler