Di TPU Pondok Ranggon, Seorang Anak Masih Penasaran..

Senin, 21 September 2020 – 19:32 WIB
Beberapa mobil ambulans mengantre di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (21/9). Foto: Dicky Prastya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Rombongan mobil ambulans terlihat memasuki area Blad 100 dan 101 Tempat Pemakaman Umum atau TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (21/9).

Tak hanya ambulans, tetapi tampak juga beberapa mobil lain.

BACA JUGA: Hari Ini Petugas TPU Pondok Ranggon Sudah Menguburkan 28 Jenazah Covid-19

Blad 100 dan 101 ini merupakan area pemakaman jenazah pasien Covid-19, khusus muslim.

Sedangkan untuk para jenazah non-muslim yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19 dimakamkan di Blad 212.

BACA JUGA: Pelaku Tabrak Lari Briptu ABW di Pondok Ranggon Jaktim Diduga Oknum TNI

Salah satu anggota keluarga yang mengiringi pemakaman tersebut menyatakan kepada JPNN bahwa jenazah yang meninggal adalah sang ayah.

Dia mengatakan, ayahnya memang menderita komplikasi sejak delapan bulan lalu.

BACA JUGA: Anies Baswedan: Malam Telah Larut, Penggali Kubur Belum akan Pulang

"Penyakitnya memang sudah lama, menyerang paru-paru juga. Usia almarhum juga masuk umur 56 tahun," kata salah seorang dari rombongan keluarga yang berasal dari Utan Kayu, Jakarta Timur, yang tak mau namanya dipublikasikan.

Dia mengaku sempat kecewa lantaran sang ayah dinyatakan positif Covid-19 dari RS.

Hal tersebut diketahui dari hasil rontgen di jenazah almarhum.

"Kata pihak RS, ada sesuatu yang muncul di paru-parunya. Padahal ya memang itu penyakitnya dari awal," tambahnya.

Si anak mengatakan, sebelum meninggal ayahnya telah melakukan tes swab.

Namun, takdir berkehendak lain. Ayahnya telah meninggal sebelum hasil tes tersebut keluar.

"Tesnya baru dua hari, tetapi sudah dinyatakan positif Covid-19 oleh pihak RS," jelasnya.

Ia menuturkan, sebelum meninggal, ayahnya juga sering kali mengikuti terapi di rumah sakit langganannya.

Rumah sakit itu, katanya, beda dengan rumah sakit terakhir yang menyatakan ayahnya positif Covid-19.

"Sempat juga berkomunikasi sama dokter di RS tempat biasa terapi, katanya memang tidak terinfeksi Covid-19. Kenapa harus dimakamkan sesuai protokol?" katanya sembari menirukan omongan dokter.

Meski begitu, ia tetap menerima bahwa sang ayah dinyatakan positif Covid-19.

Walaupun sedikit kecewa, tetapi hal itu dinilai merupakan jalan terbaik.

"Ya mau bagaimana lagi? Kami juga orang awam, tidak terlalu paham sama penyakit ini. Kalau memang terinfeksi, ya mungkin memang sudah jalannya," pungkasnya. (mcr4/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Dicky Prastya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler