jpnn.com - DI Masjid Nurul Huda, kawasan Purusbaru, Kecamatan Padang Barat. Kota Padang, Sumba, hewan kurban dibedaki dan rambutnya disisir sebelum disembelih. Seperti apa?
Syawal—Purusbaru
BACA JUGA: Elus-elus Dulu Kepalanya biar Tenang, tak Perlu Pakai Parang
Pagi itu halaman Masjid Nurul Huda yang terletak di Jalan Durian No 5 RT 2 RW 7, Purusbaru, Kecamatan Padang Barat, terlihat ramai.
Rintik hujan tidak menyurutkan niat warga untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban. Halaman masjid dipenuhi sapi kurban.
BACA JUGA: Super! Kerap Ditendang Sapi, Kini jadi Wisudawan Terbaik
Tak hanya orang dewasa, anak-anak serta balita juga turut menyaksikan pemotongan hewan kurban.
Seorang balita menangis saat seekor hewan kurban mengeluarkan suara lenguhan yang keras saat panitia menarik talinya.
BACA JUGA: Dulu Jualan Soto Ayam Keliling, Sekarang Omzet Miliaran Rupiah
Sebelum sapi kurban disembelih, seorang wanita tua terlihat menyiram sapi tersebut dengan air bunga dan membedakinya.
Kemudian menyisir bulu-bulu (rambutnya) yang berada di kepala hingga ke leher sapi kurban tersebut.
Setelah selesai prosesi itu, wanita tua itu menjauh dari hewan tersebut dan panitia kurban mulai mendekati dan mengikat keempat kaki hewan kurban sembari direbahkan di halaman masjid tersebut.
Diiringi takbir oleh imam masjid, tukang potong mulai menggosokkan golok tajamnya ke leher sapi.
Tidak lama berselang, darah segar mulai keluar dari leher sapi hingga membasahi halaman masjid. Sapi tidak bergerak lagi.
Imam Masjid Nurul Huda, Bainullah Tuanku Elok, 51, menuturkan, prosesi penyembelihan seperti itu merupakan tradisi jamaah Syatariah.
Penyembelihan hewan kurban merupakan tradisi dari Nabi Ibrahim. Sebelum penyembelihan, sapi disiram dulu dengan air limau dicampur ramuan lainnya, lalu dibedaki dan disisir, itu meniru sejarah Nabi Ismail.
Sebab sebelum Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail, Nabi Ismail dimandikan dulu kemudian dibedaki.
“Hakekatnya sebelum sapi disembelih dibersihkan dulu, sebab sapi itu juga makhluk yang mempunyai nafsu dan amarah, sehingga hewan tersebut rela untuk dikurbankan,” katanya.
Limau untuk memandikan sapi tersebut terdiri dari limau purut dan daun sitawa-sidingin (ramuan obat tradisional, red).
“Sapi lalu disisir bulu-bulunya atau rambutnya hingga leher dan badannya juga syariat saat Nabi Ismail akan disembelih oleh ayahnya Ibrahim,” katanya.
Pemotongan hewan kurban dengan cara itu sudah tradisi setiap tahunnya. “Tahun ini kurban di Masjid Nurul Huda ada 7 ekor sapi. Alhamdulillah meningkat dari tahun lalu sebanyak 5 ekor, sedangkan kupon yang disebar sebanyak 120 kupon untuk warga setempat dan juga jamaah Syatariah sendiri,” sebutnya.
Dia menuturkan, jamaah Syatariah di Kota Padang berjumlah lebih kurang 500 orang yang tersebar di beberapa titik di Kota Padang seperti di Kuranji, Purusbaru dan lainnya.
Adi, 25, warga setempat mengaku, tradisi menyembelih hewan kurban dibedaki dan disisir rambutnya ini sudah lama di lakukan di kawasan itu.
“Sudah lama menjadi tradisi, sejak saya belum lahir tradisi tersebut sudah ada. Sapi yang akan dikurbankan dibedaki dan disisir serta disiram dengan air bunga,“ katanya.
Veronica, 22, mahasiswa di Padang menuturkan, tradisi penyembelihan hewan kurban dengan cara dibedaki dan disiram dengan air bunga bisa diangkat menjadi wisata religi.
Karena itu merupakan tradisi dari jamaah Syatariah yang telah dilakukan sejak lama. (***/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Tuna Netra Ini Menabung 11 Tahun Demi Beli Sapi Kurban
Redaktur : Tim Redaksi