Diduga Overdosis Miras, Petani Tewas di Lapo Tuak

Sabtu, 16 Maret 2013 – 17:25 WIB
TAPTENG – Paigia Tulo Gea (57), tewas di lapo tuak Tiodorlina br Tarihoran (42) di Jalan Padangsidimpuan, Km 14, Lingkungan VI, Kelurahan Hajoran, Pandan, Tapanuli Tengah (Tapteng) Sumut. Pria petani ini meregang nyawa diduga overdosis minuman keras.

Informasi dihimpun Metro Tapanuli (Grup JPNN) di lokasi kejadian, korban warga Dusun III, Desa Lopian, Kecamatan Badiri, Tapteng, pertama kali ditemukan meregang nyawa oleh Wati (47), Jumat (15/3) sekira pukul 07.00 WIB.

Pagi itu, Wati warga Jalan Padangsidimpuan, Km 13, Lingkungan VI, Hajoran, kebetulan datang bertamu ke lapo tuak Tiodorlina.

Wati selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada pemilik lapo tuak dan kepada Kepala Lingkungan VI Ucok.

Kepling yang turun ke lokasi kejadian, kemudian memberitahukannya kepada pihak kepolisian. Kepada METRO, Wati mengaku kaget melihat Paigia Tulo Gea sudah tidak bernyawa dengan posisi terduduk di salah satu kursi lapo tuak.

Pagi itu, kata Wati, dia sengaja singgah ke lapo tuak teman lamanya Tiodorlina sambil membawa nasi bungkus.

“Setibanya saya di lapo, saya kira si Gea (panggilan biasanya korban) lagi tiduran. Bahkan, Tiodorlina sendiri pun yang sedang menyapu lapo tidak begitu memperhatikan. Namun karena penasaran, saya coba memperhatikan si Gea, ternyata dia sudah tewas. Sontak saya berteriak memberitahukannya kepada Tiodorlina yang berada di dapur,” beber Wati yang ditemui di lokasi kejadian, Jumat (15/3).

Hal ini juga dibenarkan Tiodorlina. Dia mengaku tidak menyangka jika tamu terakhir warungnya kemarin sudah tewas.

Tiodorlina mengutarakan, Paigia Tulo Gea datang ke lapo tuaknya, Kamis (14/3) malam sekira pukul 23.30 WIB. Namun keadaannya sudah mabuk berat. Bahkan saat ditanyai, ayah dari lima anak tersebut tidak menjawab.

“Begitu dia (Paigia, red) datang, langsung menuju kursi di sudut lapo kita. Saat saya tanya, dia malah diam saja. Masuk pun jalannya sudah sempoyongan dan saya sangat yakin kalau dia sudah mabuk berat dari luar. Karena kita buka lapo tuak, setiap tamu selalu kita hargai.

"Jadi kalaupun posisi tamu sudah mabuk, asal tidak mengganggu, kita tetap biarkan saja. Begitu juga dengan Paigia yang datang dengan posisi mabuk. Bahkan sepedamotornya di parkir di depan warung dengan stang terkunci, kita masukkan ke dalam warung. Bagaiman pun kita tetap menjaga tamu,” terangnya.

Dia melanjutkan, meski tidak minum hingga warung tutup, Paigia tetap dibiarkan tidur. Hingga keesokan paginya, dia juga tidak ada curiga terhadap pria yang berprofesi sebagai petani padi itu.

“Tak ada yang lain-lain kita pikirkan. Lagian, Paigia juga sudah pernah sebelumnya minum di lapo kita ini dan kita kenal dia. Namun mengetahui dia sudah tewas, aku tak bisa bilang apa-apa. Apa penyebabnya, aku tak tahu. Kalaupun malam itu dia mabuk, satu tetes pun dia tidak minum di lapo kita,” bebernya.

Ali Johar Gea (42) seorang pengunjung lapo tuak yang menyaksikan Paigia datang malam itu juga menceritakan hal yang sama. Dia mengatakan, Paigia yang baru dikenalnya tersebut datang ke lapo tuak dengan kondisi mabuk berat.

“Sampai saya pulang sekira pukul 00.30 WIB, Paigia tak terbangun, dan dari tiba sampai saya pulang, tak ada sepatah kata pun dia (Paigia, red) bicara. Saya yakin kalau Paigia sudah banyak minum,” ujar Ali Johar yang ditemui di Mapolsek Pandan saat membuat keterangan terkait kematian Paigia, Jumat (15/3).

Perilaku Paigia yang sering minum minuman keras ini diakui keluarganya. Hezeseki Gea adik kandung Paigia menerangkan, abangnya tersebut memang sering minum. Korban juga diketahui memiliki penyakit darah tinggi. Namun, mereka tidak menyangka jika minuman keras akhirnya merenggut nyawa abangnya tersebut.

“Rabu (13/3) malam, Paigia bersama istrinya nginap di rumah karena anak kita baru meninggal. Kamis (14/3) pagi mereka kembali ke rumahnya dan kembali lagi ke rumah kami sore harinya. Namun karena ada telepon dari menantunya yang menyatakan putrinya yang sedang hamil sakit, dengan meminjam sepedamotor kami, Paigia berangkat sendiri sekira pukul 22.00 WIB.

Namun hingga pukul 23.30 WIB, saya tanya menantu kami itu, katanya abang (korban, red) itu tak sampai ke rumah menantunya di Hajoran. Mungkin saat itulah abang itu minum,” terang Hezeseki. Kapolsek Pandan AKP H Edi Sidauruk ketika dikonfirmasi METRO menuturkan, sesuai hasil pemeriksaan sementara, korban tewas diduga karena kebanyakan minum minuman keras.

Saat dilakukan olah TKP dan visum luar, tidak ada ditemukan indikasi tindakan kekerasan yang dialami korban. “Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan hasil visum luar, kita duga korban tewas akibat terlalu banyak minum minuman keras. Oleh permintaan keluarganya, korban kemudian dibawa ke rumah duka setelah divisum di RSUD Pandan.

Artinya penyelidikan dihentikan,” terang Kapolsek sambari mengatakan telah memintai keterangan dari pemilik lapo tuak dan beberapa saksi lainnya. Pantauan METRO di lokasi, lapo tuak milik Tiodorlina sempat dikerumuni warga yang penasaran dengan kejadian itu. Sementara keluarga korban yang tiba di lokasi kejadian terlihat berkabung.

Bahkan, istri dan adik perempuan korban begitu tiba di lokasi kejadian langsung menangis histeris hingga pingsan. Karena tidak ada ditemukan indikasi tindakan kekerasan pada tubuh Paigia, keluarga korban sepakat untuk membawa jenazah Paigia ke rumah duka di Dusun III. (fred)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisnis Satwa Ilegal Meningkat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler