jpnn.com, JAKARTA - Elektabilitas Partai Amanat Nasional (PAN) hasil survei lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) naik ke posisi 7 besar dibandingkan pada periode Oktober 2022.
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengatakan elektabilitas PAN naik 2,1 persen menjadi 5,0 persen dan melampaui Partai Keadilan Sosial (PKS) yang berada diposisi keenam dengan elektabilitas 4,9 persen.
BACA JUGA: Ketua PBNU Kiai Robikin jadi Penguji pada UKK Bacaleg PKB
Menurut Dedi, kenaikan elektabilitas PAN sebagai sesuatu yang menarik. Pasalnya partai berlogo matahari putih itu termasuk partai yang elektabilitas mudah turun maupun naik.
Menurut Dedi, meroketnya elektabilitas PAN salah satunya karena kemampuan Ketua Umumnya Zulhas yang mampu membangun hubungan dekat dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
BACA JUGA: Rois Syuriyah PBNU bersama Stakeholders Kompak Menolak Revisi PP 109/2012
Gus Yahya sendiri pada momen peringatan satu abad NU yang diadakan PAN beberapa waktu lalu menyebutkan tidak haram bagi warga NU mencoblos atau memilih PAN pada Pemilu 2024.
Hal itu dinilai turut berkontribusi positif pada naiknya elektabilitas PAN.
"Pidato Ketum PBNU yang menyatakan tidak haram memilih PAN, rupanya menjalar ke pemilih nahdliyin, mereka tidak lagi terkonsentrasi pada PKB atau PPP. Di luar Jawa justru menjadi wilayah PAN dan ini kabar baik untuk PAN agar semakin gencar promosikan hubungan NU dan PAN," kata Dedi dalam keterangannya yang diterima JPNN.com, Minggu (12/3).
Dia menyebutkan elektabilitas PAN yang hanya terpaut 1,6 persen dari PKB di angka 7,6 persen tidak terlepas dari kemampuan mengais suara dari ceruk kaum nahdliyin.
"Tidak bisa dialihkan dari pikiran publik, bahwa pemilih NU mayoritas dan membaca elektabilitas PKB atau PPP, rasanya tidak semua tertampung di sana, ini momentum bagi PAN menyasar mereka," tutur Dedi.
Berikut elektabilitas 10 besar partai politik versi survei IPO :
1. PDI Perjuangan (23,9 persen)
2. Partai Golkar (11,5 persen)
3. Partai Demokrat (10,1 persen)
4. Partai Gerindra (9,9 persen)
5. Partai Kebangkitan Bangsa (7,6 persen)
6. Partai Nasional Demokrat (7,2 persen)
7. Partai Amanat Nasional (5,0 persen)
8. Partai Keadilan Sejahtera (4,9 persen)
9. Partai Persatuan Indonesia (4,1 persen)
10. Partai Persatuan Pembangunan (1,7 persen).
Survei itu dilakukan pada 1-7 Maret dengan jumlah sampel responden sebanyak 1.200. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (margin of error) 2,90 persen dengan tingkat akurasi data 95 persen.
Parq responden dipilih menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat.(mcr8/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra