Dihajar Suami Hingga Kaki Patah, Meraung di Kantor Polisi

Senin, 20 Juni 2016 – 05:26 WIB
Merianti Ikon (32) melaporkan dugaan KDRT yang dialaminya pada petugas sambil menangis, Sabtu (18/6). Foto: AMIRUDIN/RADAR SAMPIT/JPNN.com

jpnn.com - KEPEDIHAN mendalam dialami Merianti Ikon (32). Kekerasan yang dilakukan suaminya Wiran (40) nyaris membuatnya frustasi. Apalagi dia tengah mengandung delapan bulan. 

Merianti meluapkan semua bebannya saat di Polsek Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim, Kalteng. Dia menangis meraung melaporkan pemukulan yang dilakukan sang suami.

BACA JUGA: Masya Allah, Alquran Era Pangeran Diponegoro Masih Terjaga

Wanita itu mengaku berhasil melarikan diri dari jendela barak tempat tinggalnya di Jalan S Parman, Ketapang, Sabtu (18/6). Merianti mengaku tak ada lagi tempat mengadu. Orangtuanya berada di Nusa Tengara Timur (NTT). Dia meminta perlindungan petugas.

Kepada Radar Sampit (Jawa Pos Group), Merianti menuturkan, usia pernikahannya dengan Wiran sudah berjalan 19 bulan. Mereka menikah di Kupang, NTT, kemudian hijrah ke Sampit. 

BACA JUGA: Jantuk Gula Mau Kabur, Terekam CCTV, Ditemukan di Kandang Babi

”Baru sembilan bulan kami pindah ke Kalteng, saya sudah dipukuli beberapa kali. Sudah tiga kali didamaikan polisi dan perusahaan tempat kami bekerja,” tuturnya.

Menurut Merianti, dia pernah dipukul sampai kaki kirinya patah. Saat itu, aparat kepolisian di Desa Sebabi, Kecamatan Telawang, yang membantunya berobat ke dokter. Dia juga didamaikan. 

BACA JUGA: Nasib Tragis Ratusan WNI yang Ditahan Malaysia

”Untuk kali ini saya sudah tidak tahan dan minta dipulangkan saja ke rumah orangtua saya,” tuturnya.

Merianti mengaku ditipu suaminya. Sebelum menikah sang suami mengaku masih bujangan. Akan tetapi, ternyata suaminya sudah memiliki istri dan anak di Kupang. 

”Suami saya ternyata sudah punya istri di Kupang. Padahal dia bilang sebelum (menikah) masih bujangan. Saat itu saya dihina dan anak dalam kandungan saya ini bukan anaknya. Bagaimana tidak sakit hati,” katanya sambil menangis.

Dia juga mengaku tak menerima uang dari suaminya. Setiap hari hanya omelan dan pukulan dari tangan dan kaki orang yang pernah dicintainya mendarat di tubuhnya. 

”Jangankan nafkah, untuk makan sehari-hari saja terbatas. Setiap hasil kerjanya sebagai pembuat sofa (kursi), tidak pernah diberikan kepada saya. Jika dia pulang, hanya membeli beras satu sampai dua kilo saja. Untuk ini saya minta bantuan pak Polisi supaya suami saya itu bisa memberikan uang untuk saya balik ke NTT,” harapnya.

Merianti mengaku tidak ingin berdamai atau rujuk kembali. Dia meminta diberikan uang untuk membeli tiket kapal dan pulang ke rumah orangtuanya. 

”Karena itu saya datang ke sini, biar pak Polisi yang jemput suami saya. Sudah tidak tahan lagi. Saya minta dikembalikan ke kampung halaman dan biayai anak dalam kandungan saya ini,” tandasnya. (mir/ign/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peluru Bersarang di Pundak Didik, di Mana Mamamu?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler