Itu merupakan penampilan Assad kali pertama dalam dua pekan terakhir ini di tengah pertempuran sengit di Kota Aleppo dan Damaskus. Kali terakhir Assad tampil pada 22 Juli lalu ketika menerima Panglima Militer Syria yang baru Jenderal Ali Ayyub atau empat hari setelah serangan bom yang menewaskan empat menteri dan pejabat pertahanan.
Said Jalili langsung bertemu Assad. Sebelumnya, utusan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei berada di Lebanon. "Kedua tokoh mendiskusikan hubungan bilateral antara Syria dan Republik Islam Iran serta situasi terakhir di kawasan regional," lapor televisi nasional Syria. Iran dilaporkan ingin membantu pencarian solusi dalam krisis politik di Syria.
Media nasional Iran menyatakan, Teheran yakin bahwa dialog di antara negara-negara regional akan menjadi solusi yang tepat. Teheran juga percaya intervensi luar tidak akan membantu penyelesaian krisis.
"Kami berharap (Iran) bisa mengambil langkah-langkah efektif menuju solusi baru ini," tutur Jalili, seperti dikutip media Iran.
Iran juga akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara regional dan sejumlah negara lain yang mempunyai keprihatinan terhadap kondisi di Syria. "Sebuah pertemuan konsultasi tentang Syria akan dihelat di Teheran Kamis besok (9/8). Sejumlah negara yang memiliki pemikiran realistis atas Syria akan berpartisipasi," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian, seperti dikutip kantor berita IRNA.
Kemunculan Assad tersebut juga terjadi sehari setelah Perdana Menteri (PM) Syria Riyad Farid Hijab mengecam pemerintahannya sebagai "rezim teroris" dan pembantai rakyat menyusul pembangkangannya ke Jordania. Langkah Hijab, Muslim Sunni atau kelompok mayoritas di Syria, itu adalah sinyal lanjutan soal terisolasinya rezim Assad, yang berasal dari kelompok minoritas Alawiyah, di kalangan lingkaran dalam kekuasaannya.
Seorang juru bicara Presiden AS Barack Obama memuji dan menyambut pembangkangan Hijab. Jubir yang tak mau disebutkan namanya itu menyebut tindakan Hijab sebagai sinyal bahwa 40 tahun kekuasaan keluarga Assad "mulai hancur dan runtuh dari dalam". Gedung Putih mendesak agar Assad segera mundur.
Kendati begitu, prediksi berulang-ulang para pemimpin Barat bahwa Assad sudah berada di ambang kejatuhannya tampaknya masih terlalu prematur. Absennya Assad di depan publik sempat memicu rumor. Kondisi kesehatannya diisukan memburuk sehingga tidak muncul cukup lama. Sebuah pesan bohong (hoax) sempat beredar lewat situs jejaring sosial Twitter pada Senin lalu (6/8). Mengutip pernyataan duta besar Rusia di Damaskus, pesan itu menyebutkan bahwa Assad kemungkinan telah tewas. Tetapi, para pejabat Rusia langsung membantahnya.
Sementara itu, identitas tiga menteri yang membelot bersama Hijab sedikit terkuak. Dua menteri itu dilaporkan sebagai orang dekat atau kerabat Hijab. Tetapi, sama sekali tidak disebutkan nama atau pos yang didudukinya. Yang lainnya adalah Menteri Keuangan (Menkeu) Mohammad Jlailati. Tetapi, sejumlah media yang mengutip kelompok oposisi memberitakan bahwa Jlailati ditangkap sebelum mengumumkan pembelotan bersama Hijab.
Televisi pemerintah kemarin menayangkan rapat kabinet yang tidak dihadiri dua menteri pembelot tersebut. Menteri Informasi Syria Omran al-Zoubi juga mengecilkan makna pembelotan Hijab dalam tayangan itu.
"Kami memang belum mendengar kabar apa-apa dari mantan perdana menteri (Hijab, Red). Dia juga tak muncul di TV," kata Zoubi, seperti dikutip kantor berita SANA. "Yang jelas, Syria merupakan institusi negara. Kepergian individu tertentu, meski punya jabatan penting, tidak akan mempengaruhi negara," lanjutnya.
Sebaliknya, Jlailati kemarin membantah penangkapan dan pembelotan dirinya. "Sebelum menjadi menteri, saya adalah rakyat (biasa) di Syria. Dan, sekarang saya berbicara dari kantor saya dan bekerja dengan bebas dan transparan," ujar Jlailati seperti dikutip kantor berita Syria, SANA.
Sebelumnya, media melaporkan bahwa Jlailati ditangkap sebelum membelot dari rezim Assad. Senin lalu (6/8) Juru Bicara Hijab, Mohammad Otri, mengungkapkan bahwa bosnya telah bergabung dengan kelompok oposisi sebagai bentuk protes atas pembantaian (genosida) yang dilakukan rezim Assad terhadap rakyatnya.
Kemarin, seperti disiarkan stasiun televisi Al-Arabiya, Otri menyebut bahwa Hijab akan meninggalkan Jordania menuju Qatar. Sumber di Amman, Jordania, membenarkan bahwa Hijab menyeberang ke oposisi untuk menjatuhkan rezim Assad. Dia kini mencari dukungan sejumlah negara untuk menyukseskan rencananya tersebut. (AFP/AP/BBC/RTR/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Diizinkan Masuk ke Tepi Barat, GNB Kutuk Israel
Redaktur : Tim Redaksi