Dikepung Banjir, Adipura untuk Sampit Dipertanyakan

Sabtu, 14 Juli 2012 – 11:41 WIB
SAMPIT – Beruntung penilaian kebersihan kota dilakukan saat curah hujan masih normal beberapa waktu lalu sehingga Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berhasil meraih piala Adipura. Bayangkan seandainya tim penilai Adipura datang saat Sampit dikepung banjir kota seperti Jumat (13/7) kemarin, bisa saja akan menjadi bahan tertawaan.

Banjir kota memang masih menjadi momok lantaran tiap hujan deras dan berlangsung lama, hampir dapat dipastikan sejumlah lokasi di kawasan dalam Kota Sampit akan terendam. Tidak hanya perumahan di dataran rendah, air bahkan menggenangi jalan-jalan utama seperti Jalan Achmad Yani dan MT Haryono. Bahkan di Jalan Achmad Yani, rendaman banjir paling parah justru terlihat di depan rumah jabatan Bupati Kotim.

Pantauan Radar Sampit (JPNN Grup), Jumat (13/7) pagi hingga siang, selain sejumlah ruas jalan utama seperti Achmad Yani, HM Arsyad, Suprapto, MT Haryono, banjir juga menggenangi halaman sejumlah perkantoran pemerintah. Akibatnya, banjir yang terjadi setelah hujan berjam-jam sejak Kamis (12/7) malam hingga Jumat (13/7) pagi itu, membuat aktivitas warga terhambat.

Puluhan rumah penduduk juga terendam banjir. Seperti di sekitar Jalan Batu Berlian, Pinang dan yang terparah adalah di Jalan Delima 8, 9, 10 hingga Delima 11, Kelurahan MB Hilir, MB Ketapang. Bahkan rumah ibadah pun kebanjiran.

Tingginya air bervariasi, antara 20 cm hingga 30 cm lebih. Kejadian itu sangat mengganggu warga hingga tidak sedikit warga yang terpaksa mengungsi ke tempat keluarga yang bangunan rumahnya lebih tinggi.

“Di sini memang menjadi langganan banjir, tiap hujan lebat turun rumah kami kebanjiran hingga terpaksa mengungsi,” kata Arsyad salah satu warga di Jalan Delima 9, Jumat (13/7).

Belum adanya tindakan signifikan dari pemerintah daerah untuk menyikapi permasalahan yang sudah menahun itu, sejumlah warga pun mengkritik prestasi Piala Adipura yang didapat baru-baru ini.
 
“Dari mana dasarnya piala Adipura itu, kalau kami selalu menderita oleh kebanjiran, saya jadi bingung dengan para pemimpin kita,” gerutunya sambil menenteng sejumlah barangnya untuk dibawa ke tempat keluarganya.

Keluhan pria paruh baya ini memang sangat mendasar. Hampir sepanjang Jalan Delima yang ditelusuri koran ini, penyebab utama tergenangnya air itu diduga akibat buruknya drainase yang dibangun oleh pemerintah, sehingga debit air dari ruas Jalan Panjaitan dan Suprapto, tumpah ke pemukiman penduduk yang lokasinya lebih rendah dari jalan utama. Selain itu, sejumlah siring jalan yang dibangun tidak berfungsi sama sekali.

Saat dibincangi, A Rachim Aroba, salah satu tokoh masyarakat Jalan Delima 9, RT 35 RW 5, Kelurahan MB Hilir Ketapang, mengaku sangat gerah dengan pemerintah daerah yang disebutnya kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Dia juga mengkritisi torehan piala Adipura yang menurutnya tidak ada efek positif bagi warga sekitar yang selalu menjadi langganan banjir selama puluhan tahun ini.

“Kita tahu, para pejabat yang bertugas di Dinas Pekerjaan Umum (PU), banyar orang pintar bertitel Insinyur, masak permasalahan seperti ini tidak bisa diatasi,” sindirnya.

Tidak berbeda dengan warga lainnya, harapan mereka hanya satu yakni keseriusan pemerintah dalam menangani banjir kota. Dengan begitu, rumah tempat tinggal sejumlah warga yang bangunan rumahnya dari kayu tersebut tidak lagi kebanjiran saat hujan deras. (aya/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusuh di Madina, Lima Polisi Diperiksa

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler