Diktator Baik

Oleh: Dahlan Iskan

Sabtu, 19 Oktober 2024 – 07:03 WIB
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Dari Fuqing saya ke Nanchang dan Singapura. Acara saya di salah satu klub kriket. Rapat di situ.

Sebelumnya saya sempat menengok teman lama: Murdaya Poo. Sudah keluar rumah sakit. Sudah di salah satu rumahnya di Singapura. Wajahnya cerah. Bicaranya semangat. Pikirannya jernih.

BACA JUGA: Gelap Cahaya


Raeesah Khan--

"Tiga bulan lagi saya sudah harus bisa jalan," ujar pemilik Jakarta Expo Kemayoran yang kini berumur 83 tahun itu.

BACA JUGA: Alwi Novi

Ketua Golf Indonesia itu punya semangat tinggi untuk sembuh. Dia beruntung kena kanker di saat ilmu pengetahuan sudah maju. Sudah ada obat kanker terbaru -saat dia berobat sembilan bulan di Houston, AS.

Di Singapura saya dapat banyak cerita. Salah satu yang menarik: ada anggota DPR yang sedang diadili. Dia dituduh berbohong di sidang DPR. Wanita. Masih muda. Umur 30 tahun. Cantik. Empat ”i”.

BACA JUGA: Nobar Bandung

Saat terpilih umurnya baru 26 tahun. Termuda. Sebagai caleg maupun sebagai anggota DPR.

Raeesah mempermalukan partai penguasa selama lebih 60 tahun: Partai Rakyat.

Begitu terpilih dia diperiksa polisi. Itu terkait dengan dua postingannya di sosmed: dianggap memecah belah kesatuan bangsa Singapura. Isinya tentang suku Melayu dan Islam yang diperlakukan tidak adil.

Raeesah minta maaf ke publik. Dia berdalih itu tidak untuk memecah belah bangsa. Itu untuk perjuangan keadilan. Raeesah pun lolos dari jeratan hukum. Bisa tetap jadi anggota DPR.

Raeesah memang dari partai oposisi Singapura: Partai Buruh. Dapilnya kampung Sengkang -dari kampung ini bisa melihat Johor bagian timur. Tidak jauh dari bandara Changi.

Nama Sengkang sama dengan nama kabupaten di Sulsel -seperti juga ada kampung Bugis di Singapura.

Raeesah tetap vokal saat duduk di DPR. Jiwa mudanya bergelora, apalagi ada undang-undang imunitas untuk anggota DPR Singapura.

Kali ini dia terpeleset. Dia dianggap berbohong. Dalam satu sidang perdebatan di DPR Raeesah mengangkat isu hak-hak wanita, minoritas dan anak-anak.

Untuk ilustrasi pembicaraannya, Raeesah menyelipkan cerita dari pengalamannya sendiri. Dia pernah mendampingi seorang korban pemerkosaan melapor ke polisi.

Di kantor polisi, katanya, korban tidak mendapat respons yang memadai, bahkan polisinya mengeluarkan kata-kata yang merendahkan korban.

Belakangan ketahuan cerita itu bohong. Tidak pernah terjadi. Kebohongannya itu dianggap menjatuhkan reputasi penegakan hukum di sana.

Raeesah pun diperiksa komite etik DPR. Komite etik kemudian memutuskan: Raeesah layak diperiksa penegak hukum.

Raeesah seorang muslimah. Dia lulusan Murdoch University, Australia. Bidang studinya marketing. Raeesah keturunan campuran Melayu dan Pakistan.

Apa yang dikemukakan Raeesah di DPR membuat kepolisian Singapura kebakaran kumis -tidak ada polisi Singapura yang punya jenggot. Pemeriksaan di internal kepolisian dilakukan. Hukum sangat ditegakkan di sana -melebihi menegakkan salat. Pun secara internal institusi pemerintahan.

"Tidak pernah ada kejadian seperti yang diceritakan Raeesah".

Di sidang DPR berikutnya pihak pemerintah minta keterangan lebih rinci apa yang dikatakan Raeesah. Di kantor polisi mana dilaporkan. Siapa identitas korban dan seterusnya.

Raeesah tidak mau membukanya. Hanya satu yang dia buka: umur korban. Alasan yang dia pakai menutupi semua identitas korban: untuk menjaga agar korban tidak trauma.

Akhirnya Raeesah mengaku: semua itu tidak pernah terjadi. Dia mengaku berbohong. Itu hanya untuk menarik perhatian agar perlindungan terhadap wanita diperhatikan.

Raeesah minta maaf atas kebohongan itu. Karena diucapkan di dalam sidang DPR dia merasa telah berbohong kepada seluruh rakyat Singapura.

Raeesah pun mengundurkan diri sebagai anggota DPR. Juga mengundurkan diri dari keanggotaan partai.

Polisi lantas mengusut perkara ini secara pidana. Raeesah jadi tersangka. Kini dia sedang diadili. Bulan depan akan ada putusan pengadilan berapa tahun harus masuk penjara.

Yang kemudian jadi dramatis adalah: Raeesah sendiri ternyata pernah jadi korban pemerkosaan. Yakni saat umurnya 18 tahun.

Dia tidak pernah menceritakan itu kepada siapa pun, termasuk kepada ayah-ibunya. Satu-satunya yang dia beritahu adalah calon suami yang sekarang memberinya anak dua orang.

Raeesah bukan keluarga politisi, tetapi ayahnya, Farid Khan, pernah bikin sensasi: mencalonkan diri sebagai presiden Singapura. Itu karena dia tahu di tahun itu, 2017, giliran suku Melayu yang berhak jadi presiden.

Anda sudah tahu: di Singapura kekuasaan tertinggi eksekutif ada di perdana menteri.

Istri Farid sempat nyeletuk ke sang suami: kamu itu siapa, kok mencalonkan diri sebagai presiden.

Akan tetapi sang istri akhirnya bilang: saya sudah puluhan tahun jadi istri, saya akan dukung kamu sampai kapan pun.

Saat itu Raeesah mulai jadi relawan partai. Aktif sekali. Melihat kemampuan dan geraknya, di tahun 2020, partai meminta Raeesah jadi caleg. Umurnya 26 tahun.

Yang meminta sekjen partai itu sendiri: Pritam Singh. Raeesah mengaku masih terlalu muda. Belum banyak pengalaman. Dia pun harus sering konsultasi dengan Pritam. Dia menganggap Pritam sebagai mentor politiknya.

Sekjen partai ini masih setengah umur: 48 tahun. Pernah di militer dengan pangkat mayor. Lulusan Inggris. Lalu jadi pengacara.

Di tangannya Partai Buruh melejit. Kursinya di DPR meningkat -tertinggi dalam dua puluh tahun terakhir.

Di Pemilu terakhir, Partai Buruh mendapat kursi luar biasa banyak: delapan kursi -dari 103 kursi DPR.

Kini Pritam juga jadi tersangka. Juga sedang diadili. Dia dituduh ikut serta dalam kebohongan Raeesah.

Masih ada satu tersangka lagi: Faisal Manap -wakil ketua partai. Ketua partai sendiri, Sylvia Lim, aman. Seorang sekjen memang lebih berperan di partai.

Oposisi di Singapura punya begitu banyak rintangan. Rakyat kebanyakan juga tidak pernah memilihnya.

Singapura memang diktator, tetapi sialnya, (sialnya?), diktatornya sangat baik hati.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Liem Din


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler