Dilanda Gempa dan Tsunami, Kerugian Ekonomi Rp 18,48 Triliun

Minggu, 28 Oktober 2018 – 20:04 WIB
Salah satu kawasan di Palu yang terdampak gempa. Foto: M. Kusdharmadi/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Dampak ekonomi kerugian dan kerusakan akibat bencana genpabumi, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Kabulaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng) terus meningkat.

Juru Bicara Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, peningkatan jumlah dampak ekonomi terjadi akibat data kerusakan yang digunakan sebagai basis data lebih banyak dan lengkap dibandingkan sebelumnya.

BACA JUGA: Darurat Bencana Sulteng Berakhir, Masa Transisi Dua Bulan

"Kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi Tengah sebesar Rp 18,48 triliun per Sabtu 27 Oktober 2018," kata Sutopo, Minggu (28/10).

Menurut Sutopo, jumlah ini lebih besar dari sebelumnya atau per 21 Oktober 2018 yakni Rp 13,82 triliun.

BACA JUGA: Selama 10 Bulan Terakhir, Sudah Terjadi 1999 Bencana

Dia mengatakan, kerugian dan kerusakan akibat bencana ini diperkirakan masih terus bertambah karena belum semua data selesai dilakukan.

Menurutnya, dari Rp 18,48 triliun dampak ekonomi akibat bencana tersebut, kerugian mencapai Rp 2,89 triliun dan kerusakan mencapai Rp 15,58 triliun.

BACA JUGA: Politikus Korup Malaysia Sebut Gempa Palu Hukuman dari Allah

Pengertian kerusakan adalah nilai kerusakan stock fisik asset, sedangkan kerugian adalah arus ekonomi yang terganggu akibat bencana.

Yaitu pendapatan yang hilang dan atau biaya yang bertambah akibat bencana pada lima sektor yaitu permukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.

Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana sebesar Rp 18,48 triliun ini berasal dari sektor permukiman mencapai Rp 9,41 triliun sektor infrastruktur Rp 1,05 triliun sektor ekonomi Rp 4,22 triliun, sektor sosial Rp 3,37 triliun dan lintas sektor mencapai Rp 0,44 triliun.

"Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana. Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat," jelasnya.

Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 meter hingga 11,3 meter dengan landaan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman di sana.

Begitu juga adanya amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa dan likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.

Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 8,3 triliun Kabupaten Sigi Rp 6,9 triliun Donggala Rp 2,7 triliun dan Parigi Moutong mencapai Rp 640 miliar.

"Tim Hitung Cepat Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB dan UNDP, terus menghitung dampak dan kebutuhan untuk pemulihan nantinya," kata Sutopo.

Dia menambahkan kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun.

"Tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun pemerintah dan pemda akan siap membangun kembali nantinya," ungkap Sutopo.

Sementara itu, korban hingga Minggu (28/10) tercatat 2.086 orang meninggal dunia. Yakni di Kota Palu 1.705 orang, Kabupaten Donggala 171, Sigi 188 dan Parigi Moutong 15 orang.

Sebanyak 1.309 orang hilang. Korban luka-luka tercatat 4.438 orang, dan mengungsi sebanyak 206.524 orang.

Secara umum kondisi masyarakat sudah kondusif, perekonomian masyarakat mulai berjalan normal.

Sinyal telekomunikasi dan internet telah pulih. Pelayanan listrik PLN sudah mencapai 97 persen.

Empat kecamatan di Kabupaten Sigi meliputi Kecamatan Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan dan Titikor masih agak terisolir karena akses menuju daerah tersebut tertimbun longsor kembali sejak 21 Oktober 2018.

"Hujan deras menyebabkan longsor dan banjir di wilayah tersebut," katanya. Upaya membuka daerah dengan membersihkan material longsor dengan alat-alat berat masih dilakukan. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PascaGempa, 1.381 Pangkalan Elpiji Beroperasi Lagi


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler