Selama 10 Bulan Terakhir, Sudah Terjadi 1999 Bencana

Jumat, 26 Oktober 2018 – 10:37 WIB
Suasana di lokalisasi prostitusi Tondo Palu Sulawes Tengah usai gempa dan tsunami. Foto: Nurhadi/Fajar

jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Tren bencana juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Humas) BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, selama 2018 tepatnya hingga Kamis (25/10), tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.

"Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang," kata Sutopo, Kamis (25/10).

BACA JUGA: Dampak Pemberitaan Bencana Jika Tidak Dikelola dengan Baik

Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana. Kemudian 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempa bumi di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 triliun. Begitu juga gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 13,82 triliun. "Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah," ujarnya.

BACA JUGA: Ini Data Terbaru Jumlah Korban Gempa dan Tsunami di Sulteng

Selama 2018, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26 Februari yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada 22 Februari menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan tujuh hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal, Sumatera Utara pada 12 Oktober menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan dua hilang. Gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29 Juli, 5 Agustus, dan 19 Agustus menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 warga mengungsi. Bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 hilang dan 206.219 warga mengungsi.

"Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini paling besar sejak 2007," katanya.

BACA JUGA: Sudah 2.113 Korban Meninggal Akibat Gempa Sulteng

Jumlah kejadian bencana, kemungkinan hampir sama dengan jumlah bencana 2016 sebanyak 2.306, dan pada 2017 yakni 2.391.
"Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar," ujarnya.

Sejak 2007-2018, bencana yang menimbulkan korban banyak adalah pada 2009, 2010 dan 2018. Pada 2009 tercatat 1.245 kejadian bencana. Terjadi gempa cukup besar di Jawa Barat dan di Sumatera Barat. Dampak bencana selama 2009 adalah 1.767 orang meninggal dunia dan hilang, 5.160 orang luka-luka, dan 5,53 juta warga mengungsi dan terdampak bencana.

Pada 2010 tercatat 1.944 kejadian bencana. Beberapa kejadian besar terjadi secara beruntun selama 2010 yaitu banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, erupsi Gunung Merapi, dan Gunung Bromo. Dampak yang ditimbulkan bencana selama 2010 adalah 1.907 orang meninggal dunia dan hilang, 35.730 luka-luka dan 1,66 juta warga mengungsi dan terdampak bencana.

Selama 2018 ini, bencana hidrometeorologi tetap dominan. Jumlah kejadian puting beliung 605, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunungapi 55, gelombang pasang dan abrasi 33, gempa bumi yang merusak 17, dan tsunami 1 kali. Gempa bumi yang merusak dan tsunami memang jarang terjadi.

"Namun saat terjadi gempa bumi yang merusak seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar," jelas Sutopo.

Statistik bencana tersebut makin menunjukkan bahwa negara Indonesia rawan bencana. Secara umum tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana-bencana besar belum siap. Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan.

Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional. "Tanpa itu maka dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa besar kerugian ekonomi yang besar," ungkapnya.

Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan. Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan.

Sedangkan gempa bumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Menurutnya, gempa buni dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.

"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya," pungkas Sutopo. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Surabaya Dilatih Siap Hadapi Gempa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler