MEDAN-Keresahan belum beranjak dari skuad PSMS versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Pertemuan yang digelar di Kantor PD Pasar Medan, Senin (18/2) lalu tak memberikan jawaban soal kapan kontrak disodorkan.
Pengurus dan manajemen hanya memberikan uang transport sebagai pengganti keringat selama lebih dari tiga bulan latihan.
Dilema pun menaungi perasaan Donny F Siregar dkk sepulang dari kantor Dinas PD Pasar Medan. Betapa tidak, kian hari kondisi kian tidak jelas. Belum adanya kepastian jadwal kompetisi dan diikuti dengan kembali mundur sodoran kontrak membuat mereka kini berada dalam kondisi yang mengambang. Di satu sisi sudah berkomitmen untuk memperkuat PSMS.
Namun di sisi lain, mereka dihadapkan pada situasi finansial yang buruk. “Dari rapat tersebut kami memang disuruh bersabar. Selama dua minggu ini mereka akan kembali mengabarkan. Tapi jujur saja sabarnya kami ini dalam perasaan dilema. Bingung dengan kondisi yang ada,” tutur Donny saat ditemui usai latihan, Selasa (19/2).
Awalnya pemain berharap pengurus bisa memberikan jawaban yang pasti soal kelanjutan nasib tim tersebut. Namun mereka kembali mendapat jawaban yang mengambang.
“Harapannya kami tahu seperti apa tim ini. Lanjut atau tidak. Tapi kami tidak mendapat jawaban yang kami inginkan. Apalagi mereka bilang kalau pemain mau keluar silahkan saja. Ini kan jawaban yang semakin membingungkan kami,” jelasnya.
Sementara itu Saktiawan Sinaga mengatakan, sejauh ini dirinya masih menghargai upaya pengurus untuk keluar dari kesulitan ini. Pemberian uang transport itu setidaknya merupakan penghargaan dari pengurus karena belum diberikannya kontrak.
“Kalau saya lihat sih pengurus masih mau tanggung jawab. Contohnya diberikan uang transport ini. Tapi jujur saya pun bingung dengan kondisi ini. Ini kan bicara dapur,” bebernya.
Begitupun mayoritas pemain masih berkomitmen untuk menunggu. Apalagi jadwal manager meeting untuk klub peserta Divisi Utama LPIS masih kabur. Padahal dari situ pengurus bisa mengambil kebijakan berikutnya menyangkut tim.
“Kalau saya sendiri masih komitmen sih. Juga kawan-kawan yang lainnya sudah komitmen untuk sama-sama menghadapi kondisi ini. Bingung juga memang. Apalagi kompetisi belum jelas jadwalnya,” ujar Jecky Pasarella.
Sebelumnya pada rapat tersebut, pengurus dan manajemen menjelaskan soal mundurnya pengikatan kontrak pemain yang harusnya diberikan Sabtu (16/2) lalu. Alasannya jadwal manager meeting yang kembali mundur dan belum diketahui jadwal selanjutnya. Padahal dibalik itu ketiadaan dana juga mencuat menjadi satu alasan.
Hal itu sempat diungkapkan secara terbuka oleh Ketua Umum Benny Sihotang. Sebagai pengganti sementara pengurus dan manajemen sepakat untuk memberikan uang tanda lelah atau transport kepada pemain dan pelatih yang telah berlatih selama lebih dari tiga bulan. Jumlahnya sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta per orang.
Namun kabarnya uang yang diberikan belum sesuai dengan yang dijanjikan. Misalnya harusnya diberikan Rp3 juta namun yang diterima masih sekitar Rp2 juta. Selain itu ada tiga pemain yang sampai saat ini justru belum menerima uang tanda jadi yang seyogiyanya paling lambat diberikan akhir Desember lalu.
Padahal pengurus mengaku sudah menggelontorkan uang tersebut kepada pengurus yang ditunjuk menanggung jawabinya. “Nanti pemain tersebut akan kami panggil. Jika nantinya uang mereka tidak sampai berarti ada yang menggelapkan,” ujar Media Officer Harizal mewakili manajemen.
Selain itu pada rapat tersebut juga dibahas soal kabar bakal mundurnya Manajer Tim Yohanna Pardede. Namun kabarnya ia tidak jadi meletakkan jabatannya dan akan tetap mendampingi tim. (don)
Pengurus dan manajemen hanya memberikan uang transport sebagai pengganti keringat selama lebih dari tiga bulan latihan.
Dilema pun menaungi perasaan Donny F Siregar dkk sepulang dari kantor Dinas PD Pasar Medan. Betapa tidak, kian hari kondisi kian tidak jelas. Belum adanya kepastian jadwal kompetisi dan diikuti dengan kembali mundur sodoran kontrak membuat mereka kini berada dalam kondisi yang mengambang. Di satu sisi sudah berkomitmen untuk memperkuat PSMS.
Namun di sisi lain, mereka dihadapkan pada situasi finansial yang buruk. “Dari rapat tersebut kami memang disuruh bersabar. Selama dua minggu ini mereka akan kembali mengabarkan. Tapi jujur saja sabarnya kami ini dalam perasaan dilema. Bingung dengan kondisi yang ada,” tutur Donny saat ditemui usai latihan, Selasa (19/2).
Awalnya pemain berharap pengurus bisa memberikan jawaban yang pasti soal kelanjutan nasib tim tersebut. Namun mereka kembali mendapat jawaban yang mengambang.
“Harapannya kami tahu seperti apa tim ini. Lanjut atau tidak. Tapi kami tidak mendapat jawaban yang kami inginkan. Apalagi mereka bilang kalau pemain mau keluar silahkan saja. Ini kan jawaban yang semakin membingungkan kami,” jelasnya.
Sementara itu Saktiawan Sinaga mengatakan, sejauh ini dirinya masih menghargai upaya pengurus untuk keluar dari kesulitan ini. Pemberian uang transport itu setidaknya merupakan penghargaan dari pengurus karena belum diberikannya kontrak.
“Kalau saya lihat sih pengurus masih mau tanggung jawab. Contohnya diberikan uang transport ini. Tapi jujur saya pun bingung dengan kondisi ini. Ini kan bicara dapur,” bebernya.
Begitupun mayoritas pemain masih berkomitmen untuk menunggu. Apalagi jadwal manager meeting untuk klub peserta Divisi Utama LPIS masih kabur. Padahal dari situ pengurus bisa mengambil kebijakan berikutnya menyangkut tim.
“Kalau saya sendiri masih komitmen sih. Juga kawan-kawan yang lainnya sudah komitmen untuk sama-sama menghadapi kondisi ini. Bingung juga memang. Apalagi kompetisi belum jelas jadwalnya,” ujar Jecky Pasarella.
Sebelumnya pada rapat tersebut, pengurus dan manajemen menjelaskan soal mundurnya pengikatan kontrak pemain yang harusnya diberikan Sabtu (16/2) lalu. Alasannya jadwal manager meeting yang kembali mundur dan belum diketahui jadwal selanjutnya. Padahal dibalik itu ketiadaan dana juga mencuat menjadi satu alasan.
Hal itu sempat diungkapkan secara terbuka oleh Ketua Umum Benny Sihotang. Sebagai pengganti sementara pengurus dan manajemen sepakat untuk memberikan uang tanda lelah atau transport kepada pemain dan pelatih yang telah berlatih selama lebih dari tiga bulan. Jumlahnya sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta per orang.
Namun kabarnya uang yang diberikan belum sesuai dengan yang dijanjikan. Misalnya harusnya diberikan Rp3 juta namun yang diterima masih sekitar Rp2 juta. Selain itu ada tiga pemain yang sampai saat ini justru belum menerima uang tanda jadi yang seyogiyanya paling lambat diberikan akhir Desember lalu.
Padahal pengurus mengaku sudah menggelontorkan uang tersebut kepada pengurus yang ditunjuk menanggung jawabinya. “Nanti pemain tersebut akan kami panggil. Jika nantinya uang mereka tidak sampai berarti ada yang menggelapkan,” ujar Media Officer Harizal mewakili manajemen.
Selain itu pada rapat tersebut juga dibahas soal kabar bakal mundurnya Manajer Tim Yohanna Pardede. Namun kabarnya ia tidak jadi meletakkan jabatannya dan akan tetap mendampingi tim. (don)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu Kaki Porto di Perempat Final
Redaktur : Tim Redaksi