Dilema Mobil Murah dan Ramah Lingkungan

Kamis, 28 November 2013 – 09:04 WIB

jpnn.com - SURABAYA--Kehadiran mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC) berdampak positif kepada industri otomotif. Pasar makin bergairah, sebab LCGC telah membentuk pasar baru dan, ketentuan komponen lokal berpengaruh positip bagi industri suku cadang.

"Potensi pasar LCGC sangat besar. Sebab, masyarakat Indonesia banyak yang naik kelas. Mereka tentu ingin mempunyai mobil. Kondisi itu tidak bisa dilarang oleh semua pihak," kata Bebin Djuana, Deputy Director Marketing PT Hyundai Mobil Indonesia di sela pembukaan Pameran Otomotif Surabaya (POS) 2013, Rabu (27/11).

BACA JUGA: Investor Asing Cemaskan Makro

Di Jatim sendiri saat ini, terdapat sekitar 14 juta kelas menengah. Ini yang membuat pertambahan mobil baru sudah mencapai 120 ribu per tahun. Padahal, lima tahun lalu hanya 90 ribu. "Yang menjadi dilema, subsidi BBM yang bisa jebol," tambah Bebin.

Sebab, tambah dia, kebijakan penggunaan BBM non subsidi untuk LCGC tidak berjalan dengan baik. Padahal, BBM non subsidi juga membuat pemakian bahan bakar lebih irit. "Aturan green car adalah BBM yang irit, 1 liter bisa menempih 22 km. Dengan BBM non subsidi capaian itu tidak tercapai, sehingga green car tidak ada lagi," katanya.

BACA JUGA: Tak Ikut Jamsostek, Perusahaan Disanksi

Besarnya animo mobil LCGC itu terlihat dari penjualan Suzuki Karimun Wagon R. Baru 10 hari resmi diluncurkan di pasar Jatim, namun pesanan (inden) mobil berkapasitas mesin 1.000 cc tersebut sudah tembus angka 800 unit.

Area Marketing Manager PT United Motors Centre (UMC) selaku diler utama Suzuki Jatim, Aloysius Irmawan mengatakan, jumlah itu melampaui ekspektasinya, mengingat awalnya pihaknya hanya menargetkan penjualan di Jatim sebesar 150 unit per bulan.
Menariknya, dari keseluruhan calon konsumen yang meminati Karimun Wagon R di Jatim, sekitar 70-80% justru dilakukan dengan pembayaran tunai. "Ini menunjukkan bahwa mobil ini benar-benar menjangkau konsumen dari sisi harga," katanya.

BACA JUGA: PPA Tunjuk Plt untuk Isi Posisi Dirut

Marketing Division Head PT Astra International Tbk Daihatsu  Hendrayadi Lastiyo menambahkan LCGC bakal mempertahankan pasar otomotif pada tahun ini. Dia memprediksi penjualan 2014 tidak jauh berbeda dengan tahun ini, yakni berkisar 1,2 juta unit.

"Tanpa LCGC pasar bisa menurun. Mobil baru ini terbukti telah membentuk segmen tersendiri," katanya.

Produsen mobil Honda di Indonesia, PT Honda Prospect Motor (HPM), mengandalkan 10 anak usahanya untuk memproduksi komponen mesin di Indonesia guna menekan harga mobil yang dipasarkan. mengatakan pihaknya saat ini bisa menekan harga mobil khususnya LCGC karena sudah bisa memproduksi mesin di dalam negeri.

"Untuk ketentuan LCGC, dimana komponen lokal minimal 80 persen sudah kami antisipasi. Sebab, kami punya pabrik mesin di dalam negeri, mulai memproduksi cylinder head, cylinder blok, kruk as, hingga transmisi. Karena itu, harga produk LCGC dan mobil low MPV terbaru kami kami juga bisa bersaing di pasaran," ujar Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual HPM, Jonfis Fandy.

Selain komponen mesin, HPM juga mengandalkan suplier lokal untuk komponen-komponen eksterior seperti velg, ban, body sasis, kaca hingga suspensi. Jonfis menambahkan, komponen yang saat ini belum bisa diproduksi dalam negeri dan harus diimpor langsung dari Jepang antara lain electronic control unit (ECU).

"Kami terus berusaha meningkatkan komponen lokal di produk-produk Honda terbaru. Contohnya pada Honda Jazz yang dulu komponen lokalnya hanya 40 persen kini bisa naik jadi 45 persen atau Honda Mobilio yang sudah 85 persen," kata Jonfis.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wujudkan Dream Team, Dua Direktur PTPN III Diganti


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler