JAKARTA - Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP), Rizal Ramli minta semua elemen bangsa membatasi diri dengan para perusak dan penjahat keuangan negara yang akhir-akhir ini menjadi sumber kegelisahan dan kemarahan rakyat.
"Saya minta semua elemen bangsa menarik garis pembatas yang tegas dengan para perusak dan penjahat keuangan yang membuat bangsa Indonesia tidak kunjung sejahtera,” kata Rizal Ramli, ketika berbicara di Musyawarah Akbar Demi Kedaulatan Bangsa, di gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (14/2).
Perusak dan penjahat keuangan itu menurut Rizal telah menjadi sumber kegelisahan dan kemarahan rakyat yang terjadi di seluruh pelosok negeri. Sebagai aktivis pergerakan dan perubahan kalau tidak bisa membaca tanda-tanda tersebut hendaknya malu pada diri sendiri.
Menurut Rizal Ramli, sejarah Indonesia dipenuhi dengan pengorbanan para pejuang. Para pejuang itu konsisten dan menarik garis tegas terhadap penjajah kolonial. Bung Karno, misalnya, sejak dulu memegang teguh prinsip nonkooperatif walaupun harus menanggung risiko. Dia menolak rayuan Belanda sehingga berkali-kali dipenjara, diadili, dan dibuang. Sikap serupa juga ditunjukkan para pemimpin terdahalu antara lain Tjokroaminoto, Hatta, Sjahrir, dan Natsir.
“4-5 tahun lalu, yang berani kritis terhadap rezim korup dan penjual kedaulatan ini hanyalah para aktivis dan sebagian kecil intelektual yang sadar. Tapi sekarang saya bangga dengan rakyat kita yang sudah berdiri paling depan menghendaki perubahan. Saran saya, kalau ada aktivis yang tidak berani berjuang melawan rezim yang korup ini, sebaiknya jangan menjadi pendukung atau menjadi kaki-tangannya,” harap mantan Menko Perekonomian itu.
Diingatkannya, jangan pernah bermimpi bisa memperjuangkan kesejahteraan rakyat tanpa menegakkan kedaulatan negara. "Para pemimpin yang punya jiwa inlander tidak akan mungkin mau dan mampu menyejahterakan sebagian besar rakyatnya karena kebijakan mereka tersandera oleh konflik kepentingan dan kepentingan asing. Untuk itu, bangsa ini harus benar-benar berdaulat sehingga bisa memperkuat struktur ekonomi, politik, hukum dan kebudayaan nasional. Dengan garis keberpihakan yang jelas, barulah rakyat bisa sejahtera," ungkap dia. (fas/jpnn)
"Saya minta semua elemen bangsa menarik garis pembatas yang tegas dengan para perusak dan penjahat keuangan yang membuat bangsa Indonesia tidak kunjung sejahtera,” kata Rizal Ramli, ketika berbicara di Musyawarah Akbar Demi Kedaulatan Bangsa, di gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (14/2).
Perusak dan penjahat keuangan itu menurut Rizal telah menjadi sumber kegelisahan dan kemarahan rakyat yang terjadi di seluruh pelosok negeri. Sebagai aktivis pergerakan dan perubahan kalau tidak bisa membaca tanda-tanda tersebut hendaknya malu pada diri sendiri.
Menurut Rizal Ramli, sejarah Indonesia dipenuhi dengan pengorbanan para pejuang. Para pejuang itu konsisten dan menarik garis tegas terhadap penjajah kolonial. Bung Karno, misalnya, sejak dulu memegang teguh prinsip nonkooperatif walaupun harus menanggung risiko. Dia menolak rayuan Belanda sehingga berkali-kali dipenjara, diadili, dan dibuang. Sikap serupa juga ditunjukkan para pemimpin terdahalu antara lain Tjokroaminoto, Hatta, Sjahrir, dan Natsir.
“4-5 tahun lalu, yang berani kritis terhadap rezim korup dan penjual kedaulatan ini hanyalah para aktivis dan sebagian kecil intelektual yang sadar. Tapi sekarang saya bangga dengan rakyat kita yang sudah berdiri paling depan menghendaki perubahan. Saran saya, kalau ada aktivis yang tidak berani berjuang melawan rezim yang korup ini, sebaiknya jangan menjadi pendukung atau menjadi kaki-tangannya,” harap mantan Menko Perekonomian itu.
Diingatkannya, jangan pernah bermimpi bisa memperjuangkan kesejahteraan rakyat tanpa menegakkan kedaulatan negara. "Para pemimpin yang punya jiwa inlander tidak akan mungkin mau dan mampu menyejahterakan sebagian besar rakyatnya karena kebijakan mereka tersandera oleh konflik kepentingan dan kepentingan asing. Untuk itu, bangsa ini harus benar-benar berdaulat sehingga bisa memperkuat struktur ekonomi, politik, hukum dan kebudayaan nasional. Dengan garis keberpihakan yang jelas, barulah rakyat bisa sejahtera," ungkap dia. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggito Janji Ladeni KPK soal Kasus Century
Redaktur : Tim Redaksi