Dimyati: Bagaimana Mungkin Bisa Berdamai dengan Covid-19

Selasa, 26 Mei 2020 – 13:59 WIB
Achmad Dimyati Natakusumah. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah mengatakan Covid-19 merupakan the silent enemy yang sangat jahat dan sadis, serta common enemy yang harus dibasmi dan dimusnahkan di muka bumi ini, khususnya Indonesia.

Menurutnya, Covid-19 sedang melakukan invasi dan agresi ke seluruh dunia sebagai virus atau penyakit yang sangat berbahaya, serta lebih jahat dari teroris dan penjajah di masa kolonial penjajahan.

BACA JUGA: Satgas Lawan Covid-19 DPR RI Apresiasi Protap Bandara Soetta

Dia menambahkan Covid-19 juga lebih sadis dari pembunuh berdarah dingin karena lebih ganas penyebarannya seperti zombie dan drakula atau vampire yang sangat mudah menular terinfeksi dari makhluk ke makhluk yang lain.

Covid-19 juga sangat mengguncangkan dan mengubah kebiasaan dan menjadi budaya baru di seluruh dunia yang dihantui dan ditakuti oleh seluruh manusia di bumi ini.

BACA JUGA: Respons Ketua DPR RI Tentang Relaksasi PSBB

Sebab, serangannya begitu cepat sekali menusuk menyumbat tenggorokan dan merusak paru-paru tempat bernapasnya manusia.

Apabila sumber pernapasannya dirusak dan disumbat maka siapa yang terkena Covid-19 sangat sulit untuk tertolong kecuali dengan keajaiban.

BACA JUGA: Angka Positif Corona Naik Drastis, Begini Respons Mufida DPR RI

"Maka kita tidak bisa berdamai dengan Covid-19 apalagi hidup berdampingan. Ini sangat berbahaya karena penularannya sangat cepat," kata Dimyati dalam keterangannya, Selasa (26/5).

Menurut Dimyati, Covid-19 tidak peduli dan tidak pandang bulu baik tua maupun muda bahkan balita.

Covid-19 tidak peduli kaya miskin pejabat maupun bukan. Siapa saja dirusak dan dibunuh dengan cepat. Covid-19 ingin meluluhlantakan dan menghancurkan manusia di muka bumi ini.

"Maka mau tidak mau kita harus berperang dan menghancurkan Covid-19 di nusantara ini," ungkap dia.

Dimyati menegaskan Covid-19 berbeda dengan binatang buas atau pembunuh, penjajah mana pun yang memilah serra memilih dalam menentukan target yang akan menjadi korban alias tidak dibasmi semua.

Maka dari itu, kata dia, dalam peperangan melawan Covid-19 ini siapa cepat siapa dapat. "Bila Covid-19 yang lebih cepat merasuk ke seluruh tubuh manusia di negara ini, maka kita akan kalah dan akan hancur," ungkap Dimyati.

Karena itu, dia menegaskan untuk memenangkan peperangan melawan Covid-19 ini diperlukan perencanaan yang matang.

Dimyati berujar sangat dibutuhkan kekompakan dan kebersamaan seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi bersama sama bersatu berperang melawan Covid-19.

"Semua harus ada dalam satu komando utuh di bawah kepemimpinan panglima tertinggi di Republik Indonesia," jelad Dimyati.

Lebih lanjut dia mengatakan setelah perencanaan yang matang sampai dengan pascanya, serta untuk menyukseskan perencanaan tersebut, maka diperlukan anggaran yang cukup dan menyeluruh dengan prinsip efisien dan efektif.

Anggaran tersebut di antaranya untuk membiayai kebutuhan sosialisasi, sandang, pangan dan vitamin, insentif petugasnya, imunisasi, rapid test dan swab test, karantina dan peralatan pengobatannya, sampai ke pemakamannya serta pengamanannya.

Menurut Dimyati, dalam peperangan ada saja yang tidak ikut garis komando yang akan merusak dan mengganggu semangat perjuangan memenangkan melawan Covid-19, salah satunya adalah karena alasan ekonomi dan lain lain.

"Tidak ada artinya kemajuan pertumbuhan ekonomi dan lain-lain bila manusia di muka bumi ini musnah secara perlahan-lahan, dan binasa semua karena terjangkit dan dikuasai Covid-19," kata dia.

Menurut Dimyati, prioritas saat ini adalah bagaimana Covid-19 segera lenyap dan binasa dalam waktu yang cepat dan tepat. Karena itu, kata dia, diperlukan peralatan dan perlengkapan yang memadai sesuai dengan protokol kesehatan dan segera dicari vaksin atau obat untuk bisa melawan ganasnya Covid-19.

"Semoga Indonesia bisa paling unggul di dunia ini dalam peperangan dengan Covid-19," tuntas politikus PKS itu. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler