jpnn.com, SURABAYA - Tindakan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang bersujud di Hadapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu menarik perhatian publik.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, menilai apa yang Risma lakukan sangat berlebihan dan menandakan tidak seriusnya kerja Gugus Tugas Covid-19 di Surabaya yang dipimpin Eri Cahyadi.
BACA JUGA: Bu Risma Sujud, Begini Komentar Ketua DPRD Surabaya
Terkait koordinasi, Agus menuturkan Risma tak boleh seakan bekerja sendirian.
“Gugus Tugas kan punya banyak Instrumen. Seharusnya bisa digunakan, dikoordinasikan," jelas Agus.
BACA JUGA: Bu Risma Ungkap Banyak Orang Kaya Surabaya Positif Covid-19, Ini Penyebabnya
Menurut Agus, Risma seharusnya tidak sujud di depan IDI dan lebih bisa menahan diri. Tindakan Risma dinilai hanya sebagai luapan emosi yang sia-sia, malah berdampak negatif terhadap posisinya sebagai wali kota.
"Ya berlebihan lah," sebut Agus.
BACA JUGA: Dosen UNAIR Sebut Bu Risma sudah Melanggar Batas Kewenangannya
Agus berpendapat Risma seharusnya bisa berkoordinasi lebih baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan bukannya saling berkonflik.
Salah satunya konflik Risma dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah terkait dua mobil tes PCR. Konflik yang sia-sia tersebut sangat merugikan Masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya.
"Reaksi bu wali kota berlebihan (kasus dua mobil PCR). Seharusnya tak ditunjukkan kepada publik. Konfliknya bisa melebar, yang rugi masyarakat," pungkas Agus.(chi/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Yessy