PURWAKARTA-Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) terjadi peningkatan temuan kasus suspek penyakit chikungunya di sepanjang bulan Maret hingga April 2013.
Sedikitnya terdapat 91 temuan kasus terbaru suspek Chikungunya di sepanjang bulan April yang tersebar di dua kecamatan yakni kecamatan Purwakarta dan Jatiluhur. Temuan tersebut, meningkat 40 persen dibanding bulan maret lalu yang mana ditemukan sebanyak 65 kasus yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Purwakarta.
Meskipun meningkat, temuan kasus suspek penyakit Chikungunya tersebut, lebih sedikit dari yang tercatat sepanjang bulan Januari 2013. Pada bulan Januari lalu tercatat lebih dari 300 temuan kasus penyakit chikungunya yang tersebar di beberapa kecamatan di Purwakarta. Jumlah temuan kasus tersebut fantastis, hampir menyamai jumlah seluruh temuan kasus penyakit Chikungunya yang terjadi sepanjang tahun 2012.
Dikatakan Kasi Penanggulangan Penyakit, dr H Ano Nugraha bahwa peningkatan serta penurunan temuan kasus penyakit chikungunya ini merupakan pengaruh dari perubahan cuaca yang Ekstrim dan pengaruh dari perggantian Musim serta pengaruh lingkungan.
“Salah satu dari sekian faktor menyebabkan peningkatan temuan kasus suspek penyakit chikungunya Sepanjang bulan April kemarin adalah Purwakarta masih sering diguyur hujan di sepanjang bulan April, bahkan dapat dirasakan dengan intensitas hujan yang lebih besar banding pada bulan maret lalu” kata Ano.
Dituturkan, bahwa meningkatanya penyebaran penyakit cikungunya tentu akibat dari faktor lingkungan yang tidak sehat. Misalnya saluran air yang tersumbat dan sampah yang tergenangi air merupakan sarang tempat berkembang biak nyamuk.
Pesebaran penyakit chikungunaya, lanjut Ano, ini paling besar terjadi pada daerah di dataran rendah dan padat pemukiman penduduk. Diperkirakan chikungunya bermula dari luar daerah Purwakarta yang masuk lewat dataran rendah yaitu kecamatan Jatiluhur, Babakan Cikao, Cempaka, Cibatu, Hingga masuk kecamatan Purwakarta.
Menurutnya intensitas penyebaran penyakit chikungunya dimungkinkan dapat menurun secara drastis beriringan dengan mulai masuknya musim kemarau. Namun hal tersebut hanya dapat terwujud, apabila ditunjang dengan mennjaga kebersihan lingkungan, sehingga menciptakan lingkungan yang sehat.
“Meski saat ini sedang masuk musim kemarau, nyamuk masih dapat berkembang biak. Hal itu dapat terjadi, jika masyarakat membiarkan lingkunganya tidak sehat dan menjadi sarang nyamuk. Masyarakat mesti membuat lingkunganya sehat dan bebas dari sarang nyamuk,” ungkapnya.
Ditambahkan, Gejala awal terkena chikungunya misalnya mengalami demam tinggi dan mengalami sakit pada bagian persendian kaki dan tangan. Untuk mengatasi penyebaran penyakit ini Dinkes telah melakukan sejumlah langkah pencegahan dan penanganan.
Kemudian, Masyarakat dihimbau agar senantiasa melakukan gerakan PSN. Gerakan PSN ini, sama halnya dengan gerakan 3M yakni menutup, menguras, dan menimbun tempat air yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.
“Menutup tutup rapat-rapat bak mandi, agar nyamuk tidak masuk dan bersarang di dalamnya, karna nyamuk senang menetas di air bersih yang menggenang. Kemudian menguras, kuras bak mandi, minimal 1 minggu sekali, agar nyamuk tidak masuk dan bersarang didalamnya. Lalu menimbun, timbun kaleng atau wadah kosong yang berisi air ke dalam tanah, agar nyamuk tidak menemukan tempat untuk bertelur,”imbuhnya.(fjr/man)
Sedikitnya terdapat 91 temuan kasus terbaru suspek Chikungunya di sepanjang bulan April yang tersebar di dua kecamatan yakni kecamatan Purwakarta dan Jatiluhur. Temuan tersebut, meningkat 40 persen dibanding bulan maret lalu yang mana ditemukan sebanyak 65 kasus yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Purwakarta.
Meskipun meningkat, temuan kasus suspek penyakit Chikungunya tersebut, lebih sedikit dari yang tercatat sepanjang bulan Januari 2013. Pada bulan Januari lalu tercatat lebih dari 300 temuan kasus penyakit chikungunya yang tersebar di beberapa kecamatan di Purwakarta. Jumlah temuan kasus tersebut fantastis, hampir menyamai jumlah seluruh temuan kasus penyakit Chikungunya yang terjadi sepanjang tahun 2012.
Dikatakan Kasi Penanggulangan Penyakit, dr H Ano Nugraha bahwa peningkatan serta penurunan temuan kasus penyakit chikungunya ini merupakan pengaruh dari perubahan cuaca yang Ekstrim dan pengaruh dari perggantian Musim serta pengaruh lingkungan.
“Salah satu dari sekian faktor menyebabkan peningkatan temuan kasus suspek penyakit chikungunya Sepanjang bulan April kemarin adalah Purwakarta masih sering diguyur hujan di sepanjang bulan April, bahkan dapat dirasakan dengan intensitas hujan yang lebih besar banding pada bulan maret lalu” kata Ano.
Dituturkan, bahwa meningkatanya penyebaran penyakit cikungunya tentu akibat dari faktor lingkungan yang tidak sehat. Misalnya saluran air yang tersumbat dan sampah yang tergenangi air merupakan sarang tempat berkembang biak nyamuk.
Pesebaran penyakit chikungunaya, lanjut Ano, ini paling besar terjadi pada daerah di dataran rendah dan padat pemukiman penduduk. Diperkirakan chikungunya bermula dari luar daerah Purwakarta yang masuk lewat dataran rendah yaitu kecamatan Jatiluhur, Babakan Cikao, Cempaka, Cibatu, Hingga masuk kecamatan Purwakarta.
Menurutnya intensitas penyebaran penyakit chikungunya dimungkinkan dapat menurun secara drastis beriringan dengan mulai masuknya musim kemarau. Namun hal tersebut hanya dapat terwujud, apabila ditunjang dengan mennjaga kebersihan lingkungan, sehingga menciptakan lingkungan yang sehat.
“Meski saat ini sedang masuk musim kemarau, nyamuk masih dapat berkembang biak. Hal itu dapat terjadi, jika masyarakat membiarkan lingkunganya tidak sehat dan menjadi sarang nyamuk. Masyarakat mesti membuat lingkunganya sehat dan bebas dari sarang nyamuk,” ungkapnya.
Ditambahkan, Gejala awal terkena chikungunya misalnya mengalami demam tinggi dan mengalami sakit pada bagian persendian kaki dan tangan. Untuk mengatasi penyebaran penyakit ini Dinkes telah melakukan sejumlah langkah pencegahan dan penanganan.
Kemudian, Masyarakat dihimbau agar senantiasa melakukan gerakan PSN. Gerakan PSN ini, sama halnya dengan gerakan 3M yakni menutup, menguras, dan menimbun tempat air yang berpotensi sebagai sarang nyamuk.
“Menutup tutup rapat-rapat bak mandi, agar nyamuk tidak masuk dan bersarang di dalamnya, karna nyamuk senang menetas di air bersih yang menggenang. Kemudian menguras, kuras bak mandi, minimal 1 minggu sekali, agar nyamuk tidak masuk dan bersarang didalamnya. Lalu menimbun, timbun kaleng atau wadah kosong yang berisi air ke dalam tanah, agar nyamuk tidak menemukan tempat untuk bertelur,”imbuhnya.(fjr/man)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aparat Didesak Usut Penyimpangan Bansos APBD Jateng
Redaktur : Tim Redaksi