jpnn.com - KABUL - Penolakan atas hasil pemilu presiden (pilpres) oleh kubu calon presiden yang secara resmi dinyatakan kalah ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Afghanistan, seorang capres bernama Abdullah Abdullah juga tidak mau menerima kekalahannya dan memilih untuk menolak hasil pilpres.
"Kami adalah pemenang pemilu berdasarkan suara rakyat yang sebenarnya," kata Abdullah seperti dikutip kantor berita AP, Senin (8/9).
BACA JUGA: Ada Aroma Palestina, Dubes Selandia Baru Ditolak Israel
Seperti di Indonesia, pilpres di Afghanistan tahun ini hanya diikuti oleh dua kandidat. Dalam pemilihan yang berlangsung dua putaran itu, Abdullah bersaing ketat dengan rivalnya, mantan Menteri Keuangan Ashraf Ghani Ahmadzai.
Abdullah tidak menerima hasil akhir karena merasa ada kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu. Ia menuding penyelenggara berpihak kepada Ahmadzai.
BACA JUGA: Kate Middleton Hamil Lagi, PM Inggris Ikut Happy
Namun, Abdullah tidak mengungkapkan langkah apa yang akan diambil selanjutnya. "Saya akan menentukan langkah selanjutnya setelah berkonsultasi dengan rakyat," tuturnya.
Keputusan menolak hasil pemilu dibuat Abdullah setelah gagal melobi Ahmadzai untuk membentuk pemerintahan bersama. Beberapa jam sebelum pengumuman Abdullah, keduanya sempat mengadakan pertemuan empat mata.
BACA JUGA: AS Ikut Mengenang 10 Tahun Kematian Munir
Hasil pemilu Afghanistan tahun ini dikhawatirkan dapat meningkatkan suhu di negara penuh konflik tersebut. Pasalnya, kedua kubu memiliki pendukung dari kalangan radikal yang siap untuk angkat senjata membela jago mereka.
Masyarakat internasional telah berkali-kali menyerukan agar proses demokrasi di Afghanistan berlangsung mulus. Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahkan menyerukan agar kedua pasangan calon bersatu dan membentuk pemerintahan gabungan.
Juru bicara tim pemenangan Abdullah, Abdul Rahim Wardak secara terbuka mengakui potensi konflik pascapemilu sangat besar. Menurutnya, kaum radikal di kubu Abdullah bisa saja melakukan kekerasan kalau pembagian kekuasaan tidak disepakati.
"Sangat mungkin (terjadi kerusuhan) dan saya tahu ada beberapa negara yang berharap itu terjadi," ujar mantan Menteri Pertahanan Afghanistan itu. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tari Pangku Antar Guru ke Penjara
Redaktur : Tim Redaksi