Dipaksa Bercinta Bisa Bikin Puas?

Kamis, 16 Januari 2014 – 11:29 WIB
Ilustrasi. Getty Images

jpnn.com - Dalam kehidupan berumah tangga, wajar jika pasangan yang telah bersama selama bertahun-tahun mengalami kebosanan atau menganggap seks hanyalah rutinitas belaka. Di sinilah kita sampai pada pertanyaan dilematis: lebih baik terpaksa menuruti ajakan bercinta suami atau tidak sama sekali?

Menurut tim peneliti dari Kanada, puas atau tidak pada hubungan intim yang dilakukan sudah tak lagi penting. Yang penting adalah alasan utama yang mendasari keputusan anda untuk bercinta itu dapat mempengaruhi seberapa besar kebahagiaan hubungan anda selama ini.

BACA JUGA: Latihan Fisik Kurangi Risiko Diabetes

Dengan kata lain, tetap bercinta walaupun mungkin terpaksa karena anda sedang tak mood atau faktor lainnya itu lebih baik daripada harus menghindarinya. Hipotesa awal, pasangan jauh lebih bahagia terhadap pernikahannya di hari-hari di mana mereka berhubungan seksual.

Tapi lebih dari itu, peneliti berhasil merekam dua alasan utama yang mendasari pasangan yang telah menikah dalam waktu lama untuk bercinta.

BACA JUGA: Bergembira Saat Olahraga Turunkan Risiko Hipertensi

"Kami ingin tahu apakah alasan bercinta yang dimiliki seseorang itu benar-benar penting bagi pasangannya, yang penting mereka mendapatkan apa yang diinginkan,"kata peneliti yang yang juga psikolog dari Toronto University, Kanada, Dr. Amy Muise, seperti dilansir laman Daily Mail, Rabu (15/1).

Alasan pertama bersifat positif, yaitu untuk semakin mendekatkan kedua pasangan atau agar pasangan merasa lebih intim dan mesra ('approach'). Sedangkan alasan kedua bersifat negatif, pada dasarnya untuk menghindari pertengkaran atau mengurangi rasa bersalah karena menolak diajak bercinta ('avoidance').

BACA JUGA: Gaya Hidup Pengaruhi Hamil Sehat

Kemudian Dr. Muise menjelaskan bahwa kategori-kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua kategori lainnya, yaitu fokus pada diri sendiri (self-focused) atau fokus pada persepsi pasangan (partner-focused). Setelah itu peneliti meminta 108 pasangan menulis diari serta mencatat kadar gairah dan kepuasan bercinta yang mereka rasakan setiap hari. Setiap partisipan juga diharuskan menulis alasan mengapa mereka bercinta dengan pasangannya dalam kurun waktu dua minggu.

Setelah berhubungan, setiap pasangan juga diminta mengisi sebuah kuesioner tentang motif bercinta mereka, mulai dari membuat mereka merasa lebih baik, hingga mencegah pasangan merasa ditolak. Hasilnya peneliti dapat menyimpulkan ketika pasangan bercinta karena alasan positif, seperti menambah keintiman, maka pasangan dilaporkan lebih bahagia dan lebih puas terhadap hubungannya. Hebatnya lagi, hal ini menular kepada pasangan, karena tingkat kepuasannya pun ikut melonjak.

Sebaliknya ketika pasangan berhubungan intim atas dasar rasa bersalah, maka kepuasan seksual pun sulit didapatkan. Bahkan meski anda mengira telah memenuhi permintaan pasangan, tingkat gairah anda secara otomatis akan mempengaruhi seberapa besar pasangan anda menikmati aktivitas seksual yang dilakukan, termasuk seberapa besar kebahagiaan pasangan dalam pernikahan.

Fakta lain yang ditemukan peneliti adalah ternyata pria juga kerap melakukan hubungan seksual dengan didasari atas rasa bersalah. Hal ini tentu berbeda dengan pemikiran banyak orang selama ini.

"Secara umum pria memang memiliki gairah yang lebih tinggi daripada wanita, tapi motif bercinta mereka dan bagaimana perasaan mereka mempengaruhi hubungan tak jauh berbeda dengan wanita," pungkas Dr. Muise. (fny/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengetahui Penyebab Sakit Pada Telinga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler