jpnn.com - SIMALUNGUN - Tiga perempuan remaja memilih melarikan diri dari Bar SN di Lokalisasi Bukti Maraja. Ketiganya identitasnya disamarkan masing-masing, Rose, Mawar, dan Melati.
Upaya pelarian ketiganya, dibantu RPK (18), abang dari Rose (17). Selain RPK mereka juga dibantu oleh WA, teman dekat Rose, awal pekan lalu.
BACA JUGA: Nasib Ratusan Honorer K2 di Nunukan Terkatung-katung
"Kami baru membawa kabur tiga wanita dari Bukit Maraja," kata WA, pria kenalan wartawan Metro Siantar (grup JPNN) ketika bertemu di salah satu Rumah Makan di Jalan SM Raja Kota Siantar.
WA yang sebelumnya menginformasikan ada perempuan dipaksa oleh ibunya sendiri selama dua tahun menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Bukit Maraja. WA bersama RPK, abang kandung dari teman dekatnya Rose.
BACA JUGA: Wanita Penghibur Bekas Dolly Gunakan Makelar, Tarif Kencan Makin Mahal
Kedua pria yang terbilang masih remaja itu mulai menceritakan aksi mereka membawa kabur tiga perempuan yang sudah dua tahun bekerja di Bukit Maraja tepatnya di BAR SN.
Awalnya terjadi keributan antara RPK dan ibu kandungnya berinisial FN (43). FN sendiri merupakan pemilik bar, sore itu marah-marah.
BACA JUGA: Dolly dan Jarak Ditutup, Begini Cara Wanita Penghibur Cari Pelanggan
"Adikkku dan dua temannya minta pulang ke Depok. Itulah membuat ibuku marah-marah, serta memukuli mereka," kata RPK, yang sore itu sebenarnya hendak mengurus adiknya Rose karena sedang sakit demam.
RPK sendiri, sebenarnya sudah dua tahun berada di lokasi Bukit Maraja, karena dia dan adiknya Rose, dijemput FN dari Depok. Karena djemput, mereka pun mengikuti ajakan FN. Ternyata, ibunya memaksa adiknya Rose menjadi PSK bersama dua remaja lainnya yakni Mawar dan Melati.
RPK menceritakan, sore saat kejadian, sebenarnya dia hendak mengurus adiknya Rose yang sedang sakit demam. Tiba-tiba ibunya FN datang dan langsung marah-marah di depan kamar Mawar.
Melihat itu, RPK terkejut dan mengaku tidak tahan lagi melihat perlakuan perempuan yang melahirkannya.
Mawar dan Melati juga sudah tidak tahan atas tingkah FN yang sering marah-marah. Kedua perempuan remaja itu pun meminta supaya mereka diizinkan pulang ke Depok.
"Waktu mereka minta pulang. Ibuku langsung main pukul saja. Aku pun berusaha melerai," sebutnya.
Karena dilerai RPK, FN bukan menghentikan aksi marah-marah. "Kau lebih memilih cewek itu (Mawar dan Melati) dibanding mamakmu sendiri?" kata RPK menirukan ucapan FN.
Karena perlakukan ibunya memang sudah keterlaluan, RPK pun memilih melawan ibunya. Dia pun masuk ke dalam kamar adiknya mengajak meninggalkan lokasi itu. Selain mengajak adiknya, dia juga mengajak Melati dan Mawar.
Tapi saat hendak beranjak dari depan kamar, FN mengikuti mereka dari belakang dan memukul Rose, putri kandungnya sendiri. "Aku tak terima adikku dipukul. Tapi pas kulawan, aku malah dimaki-maki lagi," katanya.
"Aku dibilangnya anak durhaka dan tidak nurut," imbuhnya lagi. RPK mengaku, saat terjadi keributan ADC (30), suami kedua FN atau ayah tirinya mencoba ikut campur dan hendak memukul Melati. Dia pun menahan tangan ADC.
Dia pun mengajak WA mempertemukan Metro Soantar dengan adiknya yang sedang berada di kamar kos belakang rumah makan, sedang beristirahat bersama Melati dan Mawar.
Ketiga perempuan itu, ditemui sedang tidur-tiduran di kamar berukuran satu setengah meter kali dua meter itu.
Sambil duduk bersandar di tempat tidur, Mawar memulai bicara. Dia cerita, setiap usai melayani lelaki hidung belang, hasilnya tidak pernah ada karena semua diambil FN.
"Kami dijadikan budak seks di barak itu. Siap melayani, uangnya sama bos," katanya.
"Iya Bang, kerja kami hanya melayani saja, tapi nggak ada hasil," timpal Melati. (end/aar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Kambing Bernyanyi, Seniman Ini Dijebloskan ke Bui
Redaktur : Tim Redaksi