jpnn.com, WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump baru saja memecat Direktur FBI James Comey.
Alasannya, skandal e-mail alias surat elektronik (surel) Hillary Clinton saat menjabat menteri luar negeri.
BACA JUGA: Mengejutkan! Donald Trump Pecat Bos FBI James Comey
Atas masukan Jaksa Agung Jeff Sessions, Trump menganggap Comey gagal mengurus skandal itu.
''Melalui surat ini, Anda dipecat dan dicopot dari jabatan Anda. Keputusan ini langsung berlaku efektif.'' Demikian bunyi surat pemecatan yang ditulis oleh Trump untuk Comey.
BACA JUGA: Episode Hidup Daniela, Agen FBI yang Menikah dengan Anggota ISIS
Gedung Putih lantas memublikasikan surat pemecatan tersebut kepada media.
Saat itu Comey menggelar rapat dengan agen-agen FBI di Kota Los Angeles dan tidak menyadari bahwa presiden sudah melengserkannya.
BACA JUGA: Trump Kirim Bos CIA ke Seoul
''Saat diberi tahu lewat secarik kertas tentang pemecatannya, beliau malah tertawa. Dia pikir itu lelucon,'' kata seorang pejabat FBI yang minta identitasnya dirahasiakan.
Tetapi, saat berita pemecatan itu juga ditayangkan di beberapa media, Comey baru percaya bahwa informasi tersebut benar.
Konon, tokoh 56 tahun itu yakin setelah mendengar langsung siaran berita di televisi.
Pemecatan Comey itu menjadikan dia pejabat penegak hukum ketiga yang kehilangan jabatan di era Trump.
Sebelumnya, presiden ke-45 Negeri Paman Sam itu memecat Preet Bharara dari jabatannya sebagai jaksa federal di Distrik Selatan Negara Bagian New York.
Selain itu, Trump memecat Sally Yates yang ketika itu menjabat jaksa agung sementara.
Sebagai direktur FBI, seharusnya Comey menjabat 10 tahun. hingga Selasa, dia baru sekitar 3,5 tahun menduduki jabatan tersebut.
Pemecatan itu membuat para petinggi FBI langsung sibuk. Selasa malam mereka menggelar rapat terbatas.
Tujuannya, mencari pengganti Comey. Nanti usul tersebut mereka ajukan kepada presiden. Sebab, Trump-lah yang berhak menunjuk direktur FBI.
Hingga kini, ada dua nama yang mengemuka. Yakni, Dana Boente dan Trey Gowdy.
Saat ini Boente merupakan orang terpenting ketiga di Departemen Kehakiman.
Dia juga pernah menjabat jaksa agung sementara. Beberapa sumber di FBI menyebut Boente sebagai kandidat kuat pengganti Comey.
Tetapi, Gowdy adalah jaksa yang menyelidiki Hillary dalam kasus Benghazi pada 2012 dan menyatakan bahwa dia bersalah.
Keputusan Trump menyingkirkan Comey di tengah penyelidikan FBI terhadap kasus peretasan data kampanye Partai Demokrat oleh Rusia itu membuat publik AS terkejut.
Bukan hanya rakyat, para pejabat pemerintah, baik dari Partai Republik maupun Demokrat, pun tidak menyangka Comey dipecat.
Demokrat juga menuding Trump sengaja memecat Comey untuk melindungi sebuah rahasia besar. (AFP/Reuters/BBC/hep/c4/any/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sori Trump, Duterte Enggak Janji Bisa Datang ke Gedung Putih
Redaktur & Reporter : Natalia