jpnn.com, MEDAN - Insiden Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang diduga mempermalukan Pelatih Biliar Khoiruddin Aritonang menyisakan luka mendalam bagi Khoiruddin dan keluarga.
Pria yang akrab disapa Coki itu bahkan mengaku dia dan keluarganya merasakan trauma sejak insiden Edy menjewer, mengata-ngatai, serta mengusirnya itu viral di media sosial.
BACA JUGA: Memanas! Coki Aritonang Menyomasi Edy Rahmayadi
"Bagaimana rasa trauma ini, kalau ada yang bisa menghilangkan trauma ini, saya biarkan berlalu. Ini saya ke mana-mana orang bilang, abang yang dijewer Edy itu ya," kata Coki sambil menangis di hadapan wartawan, Jumat (31/12).
Coki mengaku malu dirinya terkenal karena insiden tersebut, bukan karena prestasi.
BACA JUGA: Tak Ada Ampun Buat Briptu NE yang Memerkosa Remaja 16 Tahun di Mapolsek
"Saya malu betul, kalau mau terkenal jangan karena hal ini (dijewer)," ujarnya.
Dia juga mempertanyakan pernyataan Edy Rahmayadi yang menyebut bahwa tindakan yang dilakukan mantan pangkostrad itu sebagai bentuk kasih sayang.
BACA JUGA: Ups, Sejoli Mesum di Belakang Mobil, Begini Gayanya
Sebab, menurut pria kelahiran 31 Desember 1974 itu, jeweran yang dilakukan Edy cukup kencang hingga membuat kepalanya tertarik ke bawah.
"Jewer itu sayang? Kalau sayang hanya sebatas dipegang saja (telinga). Ini kepala saya juga ikut, lihat di video itu," sebut Coki.
Coki bahkan mengaku saat dijewer dan dikata-katai oleh mantan ketua PSSI itu, dirinya sempat emosi.
Namun, emosi itu ditahannya karena tak ingin mempermalukan Edy Rahmayadi di depan orang banyak.
Dia juga tak ingin mempermalukan sosok Ketua KONI Sumut Jhon Ismadi Lubis yang sudah dianggapnya seperti ayah kandungnya.
"Saya selaku manusia bisa emosi dan bisa mempermalukan beliau (Edy Rahmayadi), tetapi itu tidak saya lakukan, karena seperti ketua KONI itu sudah saya anggap seperti orang tua saya," ujarnya.
Coki yang sudah menjadi pelatih biliar sejak 2018 itu mengaku menyayangkan sikap arogansi Edy Rahmayadi itu malah dibenarkan oleh orang-orang di sekitarnya sehingga menurutnya hal serupa terus terulang.
Dia berharap mantan panglima kodam bukit barisan itu bisa merubah sikapnya, sebab menurutnya, Edy adalah seorang gubernur bukan pangkostrad.
"Jangan dibenarkan oleh orang-orang sekeliling dia (Edy Rahmayadi). Tidak boleh, kalau dia dulu pangkostrad bolehlah, ini dia sekarang gubernur," kata Coki. (mcr22/jpnn)
Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Finta Rahyuni