jpnn.com - LAPAS Kelas 1 Kedungpane, Semarang punya produk andalan karya napi. Yakni sepatu kulit yang dibranding dengan nama Semar1. Sepatu kerja dengan sejumlah model itu kini sudah beredar di pasaran.
---------------
GUNAWAN SUTANTO, Semarang
---------------
Pembuatan sepatu Semar1 itu berada di bengkel kerja yang berada di tengah komplek lapas. Di sana ada beberapa ruang yang digunakan untuk aktifitas pelatihan warga binaan. Bengkel kerja sepatu itu lebih besar dari bengkel kerja napi lainnya. Sejumlah mesin untuk mendukung proses pembuatan sepatu ada ruangan tersebut.
BACA JUGA: Dikerjakan Sendiri, Rasanya seperti Akan Melahirkan
Siang itu (6/10) sejumlah napi usai mengikuti apel pagi. Satu persatu lantas masuk ke bengkel kerja. Yang termasuk dalam kelompok kerja sepatu tentu masuk ke bengkel sepatu. Di ruangan seluas 25x8 meter itu para napi menempati area kerja sesuai tugasnya masing-masing.
Ada yang di area ngemal (membuat pola), jahit, ngesol sampai finishing. "Saat ini ada 35 napi yang masuk pada kelompok kerja sepatu," ujar Haryoto, Kepala Bidang Kegiatan Kerja Lapas Kelas 1 Semarang. Sambil melihatkan proses kerja dan mengenalkan sejumlah napi yang tengah memulai bekerja, Haryoto bercerita seputar produksi sepatu Semar1.
Haryoto yang selama ini aktif mengenalkan Semar1 dalam sejumlah kegiatan dan pameran, memulai cerita dari sejarah pembuatan sepatu tersebut. "Bengkel sepatu ini berdiri atas jasa Pak Agus Santoso," ceritanya. Agus merupakan seorang pengusaha sepatu yang memiliki perusahaan tak jauh dari Lapas Kedungpane.
Ceritanya, Agus yang lebih banyak bergerak pada pembuatan sepatu slop suatu ketika kebanjiran order. Dia bingung mencari pekerja tambahan untuk menyelesaikan order tersebut. Akhirnya Agus coba nembung ke Kalapas yang saat itu masih dijabat Ibnu Kuldun.
"Pak Ibnu ketika itu mengizinkan dengan harapan agar napi juga mendapatkan ilmu pembuatan sepatu," terang Haryoto.
BACA JUGA: Perjuangan Netty, yang Seluruh Anaknya Menderita Keterbelakangan Mental
Tanpa disangka sejumlah napi ternyata cekatan. Diajari dalam waktu singkat sudah bisa menterjemahkan keinginan Agus. Order yang didapat perusahaan Agus pun bisa terselesaikan. Dia mengaku untung dan akhirnya merasa berutang budi pada Lapas Kelas 1 Semarang. "Dari situ Pak Agus menawarkan apa yang bisa dibantu sebagai bentuk balas budi," ujarnya.
"Melihat potensi warga binaannya, Kalapas minta agar Pak Agus membekali ilmu pembuatan sepatu dari kulit," lanjutnya. Namun kalapas waktu itu meminta agar Agus tidak cuma mengajari pembuatan selop seperti yang selama ini sudah dikerjakan napi. Ibnu meminta agar Agus mengajari pembuatan sejumlah model sepatu khususnya sepatu dinas dari kulit.
"Brand Semar1 ini memang saat ini masih fokus pada sepatu kerja baik untuk laki-laki maupun perempuan," kata Nor Fajri, Kasi kegiatan kerja yang siang itu mendampingi Haryoto.
Ada sepuluh model sepatu Semar1 yang saat ini sudah "dirilis" pihak lapas. Beberapa diantara model sepatu sudah dibuatkan brosurnya.
Agus si pengusaha sepatu ternyata tak hanya mengajarkan pembuatan sepatu kerja dari kulit. Dia juga memboyong sejumlah mesin untuk mendukung pembuatan sepatu. "Beberapa alat yang ada di pabrik Pak Agus diboyong ke sini. Yang paling baru Chiller untuk mempercepat pengeringan sepatu," jelasnya.
BACA JUGA: Takut Keluar Rumah karena Diancam Akan Dibunuh
Chiller yang dimaksud Haryoto itu nama resminya "Shoe Making Machinery" dengan merek Yu Zheng.
Dengan alat itu produksi sepatu Semar1 bisa meningkat. Sejauh ini produksi Semar1 memang belum menentu, meskipun setiap hari tetap ada pengerjaan. "Saat ini kami masih memproduksinya sesuai pesanan pasar," jelasnya. Selain memenuhi koperasi Lapas, Sepatu Semar1 juga mulai mengisi sejumlah toko di Semarang.
Order dalam jumlah besar juga seringkali datang dari sejumlah instansi. Dalam kesempatan itu Fajri menunjukan foto dalam ponsel blackberry-nya. Dia menunjukkan foto Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat mencoba sejumlah sepatu Semar1.
"Setelah mencoba dan cocok, Pak Ganjar pesan 24 pasang untuk pegawai di rumah tangga gubernuran," terang Fajri. Haryoto menimpali, selain pesanan dari Ganjar, Semar1 juga sempat diproduksi dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan pegawai BRI Jateng. Ketika itu bank plat merah tersebut memesan 100 pasang untuk kebutuhan satpam.
"Bukan hanya di Jateng, order juga datang dari kota lain," papar pria kelahiran 23 Juli 1969 itu. Dia mengatakan BPN Jakarta juga pernah memesan sekitar 300 pasang sepatu untuk disebarkan ke kantor-kantor wilayah se-DKI. Sejumlah pejabat di Mabes Polri juga pernah memesan Semar1.
Haryoto menceritakan saat dirinya mengikuti pameran di HUT Polri, Irjen Anton Bahrul Alam, Irwasum yang ketika itu menjabat Asisten Sarana dan Prasarana Kapolri datang. Mantan Kapolda Jatim itu tertarik memesan Semar1 sebagai sepatu kedinasan di Polri. Namun sayangnya niat itu belum terlaksana karena pengadaannya harus lewat lelang.
"Itu kendala terbesar kami. Masuk ke instansi pemerintahan untuk mendapatkan order banyak ya memang aturannya harus masuk LPSE (Layanan Pengadaan Sistem Elektronik)," terang pria asal Banyumas itu. Untuk masuk LPSE tentu harus ada badan usaha. Dan hal itu tentu tidak mungkin dilakukan pihak lapas.
"Sebenarnya banyak yang tertarik dengan produk Semar1. Mereka mempersilakan kami mengikut lelang, tapi ya tidak memungkinkan," jelasnya. Tawaran agar produk Semar1 masuk lelang juga datang dari Kementerian Hukum dan HAM. Ketika itu Haryoto memang pernah bertemu dengan Wamenkumham Denny Indrayana.
Pejabat asal Kota Baru, Kalimantan Selatan itu mengapresiasi Semar1. Dia bahkan membeli dan langsung memakainya sebagai sepatu dinas sehari-hari saat ada sebuah acara di Ditjen Pemasyarakatan di Jakarta.
"Intinya Pak Denny setuju Semar1 jadi sepatu resmi di Kanwil se-Indonesia. Tapi untuk mewujudkan good goverment aturannya memang harus lelang melalui LPSE," terangnya. Ganjar Pranowo juga sempat menawarkan agar Semar1 masuk dalam lelang-lelang pengadaan uniform di Pemprov Jateng.
Kualitas maupun model sepatu Semar1 memang tidak kalah dengan yang beredar di pasaran. Bahkan sepatu yang secara resmi dilaunching 27 April 2013 ini sudah diujikan ke Balai Perkembangan Industri Persepatuan (BPIP) Indonesia di Sidoarjo. "Hasil ujinya kita dapat nilai baik," jelasnya.
Kini Semar1 juga masih mengurus paten untuk merek. Untuk bisa masuk pada lelang-lelang di pemerintahan, pihak lapas saat ini masih mempelajari kemungkinan kerjasama dengan perusahaan Agus Santoso. Kebetulan perusahaan Agus memang tidak memproduksi sepatu kantor. "Kami masih menjajaki kerjasama ke arah sana memungkinkan atau tidak," jelasnya.
Saat ini Semar1 sudah menjadi sepatu resmi pegawai Lapas Semarang. Haryoto mengatakan saat ini beberapa sepatu terutama di koperasi juga laku. Uniknya sejumlah mantan napi yang pernah mencicipi belajar di bengkel kerja sepatu juga banyak yang membantu pemasaran Semar1.
"Mereka semacam jadi viral, akhirnya banyak juga masyarakat yang datang ke koperasi kami," jelasnya. Koperasi Semar1 itu berada di bagian depan sisi kiri pintu utama lapas.
Di tengah perbincangan Jawa Pos dengan Haryoto, Fajri datang mengenalkan seseorang warga binaan. Dia ialah Bambang Purwadi, napi yang menjadi koordinator bengkel kerja sepatu.
Bambang mengatakan berbekal pengalaman di lapas, beberapa mantan napi juga banyak yang berkerja di perusahaan sepatu di Semarang. "Beberapa yang ulet juga langsung direkrut Mas Agus (Agus Santoso," jelas pria yang tersandung perkara korupsi ini.
Berbeda dengan lapas lainnya, kegiatan kerja di Lapas Semarang ini cukup banyak. Ada 10 kegiatan kerja dimana beberapa diantaranya menghasilkan produk yang sudah dijual ke pasaran. Salah satu karya lainnya ialah detergen bubuk yang diklaim memilik daya pembersih 3 kali produk biasa. Ada juga bengkel kaligrafi yang khusus diikuti para napi kasus terorisme.(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Lembaga Keuangan Tandingan, ITB Beri Dukungan
Redaktur : Tim Redaksi