Dipicu Jabatan Manajer Sepakbola, Bacok-bacokan 1 Tewas

Sabtu, 25 Juni 2011 – 20:29 WIB

ASAHAN- Tragis! Dua keluarga bacok-bacokan di jembatan Desa Tambiski Nauli, Kecamatan Nagajuang, MadinaSatu tewas di tempat karena diparang, satu kritis sehingga harus dilarikan ke rumah sakit, dua luka-luka, dan satu diburon

BACA JUGA: Sepekan, 3 Warga Tenggelam di Saluran Irigasi

Persoalannya sederhana, hanya karena jabatan manajer sepakbola di kampung itu.

Korban tewas Hendra Harahap (26)
Kritis Sulman Siregar (25), ia mengalami luka bacok di leher bagian kiri hingga kemarin masih dirawat di ruang Klas I RSUD Panyabungan

BACA JUGA: BNN Bekuk 5 Kurir Narkoba Jaringan Napi

Lalu, dua korban yang terluka Mora Harahap (29) dan Hasian Siregar (29)
Sedangkan, Nasir Siregar (20) ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO).

Peristiwa berdarah yang terjadi Kamis (23/6) lalu sekira pukul 16.30 WIB ini, dipicu sikap kontra dari pihak Nasir atas terpilihnya Mahmud Harahap sebagai manajer klub sepakbola Desa Tambiski sepekan lalu.

Jumat, jasad Hendra Harahap yang dipenuhi luka bacokan di sekujur tubuhnya sudah dikebumikan di pemakaman umum Desa Tambiski Nauli

BACA JUGA: BNN Bawa Dua Kurir Riyadi

Sedangkan Mora Harahap yang mengalami luka ringan (koyak di pelipis kiri dan pinggang sebelah kanan) sudah pulang ke rumahnya di Desa Tambiski NauliKorban luka berat yang merupakan lawan Hendra dan Mora, yakni Sulman, masih terbaring dan belum bisa apa-apa karena mengalami luka bacok di lehernya sebelah kiri.

Mora Harahap yang disambangi METRO Tabagsel (Grup JPNN) menjelaskan, kejadian tersebut berawal dari pemilihan Manajer Sepakbola Tambiski Nauli sekitar sepekan laluPada saat itu, adiknya Mahmud Harahap terpilih menjadi manajer, namun pihak Nasir Siregar tidak sepakat sehingga Mahmud mengundurkan diriSejak saat itu, antara Nasir dan Mahmud tidak cocok lagi.

“Kemudian terjadi percekcokan antara adik saya (Mahmud) dengan Nasir Siregar pada Senin (20/6) malam lalu di tempat pemandian warga desaSaat itu adik saya bersama kawan-kawannya dan di situ juga ada NasirEntah bagaimana terjadi adu mulut antara merekaLalu, Nasir menantang adik saya, karena dihalangi oleh kawan-kawannya perkelahian itu tidak terjadi,” cerita Mora.

Namun, sambung Mora, sekitar dua jam kemudian, sewaktu berada di rumah, Nasir bersama dua abangnya, yakni Sulman dan Hasian dan ayah mereka, Parlindungan Siregar datang ke rumah dengan membawa senjata tajam jenis parang panjang dan samurai, serta ada yang membawa kayu.

“Kami langsung ke luar rumah dan membawa parangSaat itu warga berupaya melerai sehingga perkelahian itu tak terjadiTetapi di antara mereka ada yang bilang akan membunuh adik kami Mahmud,” cerita Mora didampingi Ayahnya, Hamzah Harahap.

Mora menambahkan, sejak keluar kalimat ancaman kalau mereka akan membunuh, pihak keluarga Mora terus mengawasi gerak-gerik MahmudPada Kamis (24/6) sore, Mahmud ingin menjemput sepedamotor yang sedang diperbaiki di Panyabungan.

Mora bersama Hendra mendampingi Mahmud naik sepedamotor bonceng tiga hingga ke Desa Mompang, Kecamatan Panyabungan Utara, atau sekitar 10 kilometer dari desaItu dilakukan Mora dan Hendra karena khawatir mengingat ancaman Nasir dan keluarganya.

Lalu, sekitar 1 kilometer keluar dari desa, Mahmud diturunkanSebab, Hendra dan Mora menilai adiknya (Mahmud) amanSelanjutnya, mereka berbalik dan pulang, sementara Mahmud menjemput sepedamotornya ke Penyabungan Utara.

“Sebenarnya saat mau berangkat kami sempat melihat mereka (Sulman, Hasian dan Nasir, red) berada di jalan desa, tepatnya di jembatan atau TKP kejadian ituTetapi kami tidak mengira kalau ada niat mereka untuk menghadang kamiSetibanya di jembatan tersebut, mereka langsung menyetop dengan kondisi di tangan masing-masing ada senjata tajam seperti parang, samurai, dan kayu besar sekitar 1 meterTanpa basa-basi saya bersama adik saya (Hendra) dihantam dengan senjata merekaSaat itu juga saya berusaha membela diriKalah jumlah dan senjata, saya lari meninggalkan TKPUntungnya ada orang lewat mengendarai sepedamotor dan saya minta tolong,” tambahnya sambil mengaku kalau kepala dan pinggangnya masih sakit.

Sementara itu, ayah Sulman Siregar, Parlindungan Siregar yang ditemui METRO, Jumat (24/6), mengaku baru diperiksa Polres Madina terkait kejadian tersebutKepada METRO, ia mengaku kalau kejadian itu di luar pengetahuannya dan saat kejadian ia berada di desa sedang menghadiri pesta pernikahan“Saya tak tahu kejadian itu karena saya sedang menghadiri undanganSaya tahu dari warga,” katanya.

Saat disinggung mengenai kejadian pada Senin malam, Parlindungan mengaku ikut bersama ketiga orang anaknya menuju rumah Hamzah Harahap untuk mencari tahu apa persoalan yang terjadi antara anaknya Nasir dengan Mahmud.

“Senin malam itu Nasir bilang sama kami di rumah kalau dia baru berkelahi dengan MahmudUntuk memperjelas apa persoalan sesungguhnya kami bersama-sama berangkat menuju rumah Parlindungan untuk meminta kejelasanTetapi sebelum tiba di rumahnya mereka sudah ada di depan rumah dan memegang senjata masing-masing, beruntung datang warga untuk menghindari terjadinya keributan,” ceritanya.

Sementara itu, Kapolres Madina AKBP Ahmad Fauzi Dalimunthe Sik melalui Kasat Reskrim AKP SM Siregar SH, mengatakan, pihaknya telah mengamankan tersangka bernama Hasian SiregarSaat ini, Polres Madina sedang melakukan penyidikan atas kasus tersebutDan Sulman saat ini masih dalam pengawalan polisi di ruang klas 1 RSUD Panyabungan.

“Kita masih melakukan penyidikan dan saat ini kita amankan seorang tersangka yakni Hasian SiregarSementara disangkakan pasal 340 junto 338 ancaman hukuman hukuman 20 tahun penjara,” pungkas SM Siregar(wan/ann/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNN Buru Gembong Narkoba di LP Kerobokan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler