Saat memberikan sambutan pembukaan Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) di Jakarta Convention Center, Mahendra mengungkapkan bahwa akan ada sekitar 95 juta orang kaya baru (OKB) pada 2030. Untuk mewujudkan itu, ada syaratnya. Indonesia cukup menjaga angka pertumbuhan ekonomi stabil di level 6 persen per tahun.
Dalam setahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia anteng di kisaran 6"7 persen. "Angka tersebut sangat mungkin tercapai jika ekonomi Indonesia tumbuh hingga 7 persen. Bahkan, angka OKB tersebut adalah prediksi minimal. Syukur-syukur, jumlahnya bisa menjadi 125 juta orang," ujar Mahendra.
Ramalan tersebut diperkuat jumlah penduduk usia produktif yang meningkat. Kondisi itu membuat perekonomian Indonesia lebih tahan krisis jika dibandingkan dengan struktur ekonomi di luar negeri. "Struktur ekonomi dan demografi Indonesia memang unik. Di sini konsumsi sektor domestiknya besar sehingga menopang pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut beda dari di Singapura yang impornya lebih besar," katanya.
Dari sisi pendapatan, OKB juga memiliki pendapatan USD 2"USD 20 (Rp 9.500"Rp 95.000) per hari atau setara dengan USD 60"USD 700 (Rp 570.000 " Rp 6.650.000) per bulan.
Dalam kesempatan itu Mahendra tidak hanya mengumbar mimpi surga. Dia juga mengingatkan agar Indonesia tetap waspada terhadap dampak krisis global yang masih akan berlangsung lama. Pemerintah akan berupaya untuk mengantisipasi berbagai potensi dampak pelemahan ekonomi Indonesia yang disebabkan krisis global. "Kita harus waspada, tetapi tidak boleh cemas berlebihan," katanya.
Ekonom senior Asian Development Bank (ADB) Edimon Ginting menerangkan, krisis ekonomi bisa menjalar ke Indonesia melalui dua channel, financial channel atau saluran keuangan dan trade channel atau saluran perdagangan. "Financial channel terdapat pada pasar modal dan pasar uang, sedangkan trade channel pada ekspor," jelasnya.
Untuk financial channel, kata Edimon, pasar saham Indonesia cukup positif meski sempat fluktuatif. Di pasar uang, sovereign bond utang-utang pemerintah juga sedang kondusif atau tidak mengalami lonjakan. "Jadi, dari sisi financial channel, Indonesia relatif tidak terpengaruh banyak oleh krisis global," ujarnya."
Untuk trade channel, Indonesia kini mengalami pelemahan ekspor karena permintaan di pasar internasional turun. Apalagi, Tiongkok yang menjadi partner dagang utama Indonesia kini juga mengalami pelemahan ekonomi. "Pada trade channel itulah Indonesia kena (imbas krisis global). Untung, investasi dan konsumsi masih bagus sehingga perekonomian Indonesia tetap positif," paparnya. (owi/c12/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Agar Surplus Beras, Ketersediaan Air Harus Terjamin
Redaktur : Tim Redaksi