jpnn.com, JAKARTA - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD berulang tahun pada Sabtu ini (16/2). Korps pasukan elite yang melegenda itu genap berusia 70 tahun.
Tanggal ulang tahun Kopassus didasarkan pada Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III No.55/Instr/PDS/52 tentang Pembentukan Kesatuan Komando Teritorium III. Instruksi bertanggal 16 April 1952 itu ditandatangani Kolonel AE Kawilarang selaku panglima Tentara Teritorium (TT) III yang kini dikenal dengan sebutan Kodam Siliwangi.
BACA JUGA: Danjen Kopassus Brigjen Iwan: Saya akan Berbuat Maksimal untuk Baret Merah
Kesatuan itulah yang menjadi cikal bakal Kopassus. Menurut laman resmi Kopassus, terbentuknya Kesatuan Komando Teritorium III merupakan buah dari gagasan Letkol Slamet Riyadi.
Cerita pembentukan Kopassus diawali pada 1950 ketika muncul pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) kala itu langsung menugasi Kolonel AE Kawilarang menggelar operasi penumpasan.
BACA JUGA: Sangkur Raksasa di Tempat Latihan Kopassus dan Kisah Mistis Rangga Manik
Adapun komandan lapangan untuk operasi di Maluku itu ialah Letkol Slamet Riyadi. Syahdan, operasi penumpasan pemberontak itu sukses, tetapi TNI kehilangan banyak pasukannya.
TNI pun mengkaji seluruh proses operasi itu. Hasilnya ialah RMS yang jumlah pasukannya kecil ternyata memiliki taktik dan pengalaman tempur yang baik, serta didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
BACA JUGA: Jelang HUT Ke-70, Kopassus Membantu Warga tidak Mampu
Hal itu mendorong Letkol Slamet Riyadi memprakarsai pembentukan satuan pemukul yang mampu bergerak cepat dan sanggup menghadapi segala medan berat. Nahas, tentara asal Solo, Jawa Tengah, itu tertembak di Ambon dan meninggal dunia pada 4 November 1950.
Selanjutnya, Kolonel Kawilarang mewujudkan gagasan Slamet Riyadi itu. Kesatuan Komando Teritorium III pun menjadi benih pembentukan Kopassus.
Setelah kesatuan itu terbentuk, komandan pertamanya ialah Mayor Moch Idjon Djanbi. Sebenarnya nama aslinya ialah Rokus Bernardus Visser.
Namun, mantan kapten di Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) itu memilih menetap di Indonesia, menikahi perempuan Sunda, dan masuk Islam. Visser pernah menjadi bagian Korps Speciale Troepen Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda dan memiliki pengalaman tempur di Perang Dunia II.
Waktu terus berjalan, berbagai dinamika pun menyertai perjalanan Kesatuan Komando Teritorium III. Pada 18 Maret 1953, Mabes APRI menarik kesatuan itu dan mengganti namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Namun, markasnya tetap di Jatijajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi itu kini menjadi Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus).
Pergantian nama kembali terjadi pada 1955, ketika KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 25 Juli 1955, RPKAD untuk pertama kalinya mengenakan baret merah (sebelumnya baret cokelat).
Pada 1959, RPKAD memiliki kepanjangan yang berbeda, yakni Resimen Para Komando Angkatan Darat. Selain itu, RPKAD juga punya markas baru di Cijantung, Jakarta Timur.
Selanjutnya, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus (Puspasus) TNI AD pada 1966. Namun, nama RPKAD sudah kadung melegenda.
Nama Puspasus TNI AD hanya bertahan lima tahun. Pada 1971, Mabes ABRI memutuskan mengubah nama Puspasus menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha).
Pada tahun itu pula Kopassandha dimekarkan menjadi dua grup, yakni Pasukan Para Komando dan Pasukan Sandi Yudha. Adapun nama Kopassus baru dipakai sejak 26 Desember 1986 dan bertahan hingga kini.
Kopassus juga mengalami perubahan reorganisasi. Kini, struktur organisasi Kopassus terdiri atas Makopassus yang berada di Cijantung, Grup-1/Parako di Serang (Banten), Grup-2/Sandha di Solo, Grup-3/Sandha di Cijantung, Pusdiklatpassus di Jatijajar, dan Sat-81/Gultor di Cijantung.
Ciri khas Kopassus tidak hanya dari baretnya yang berwarna merah. Korps dengan semboyan 'Tribuana Chandraca Satya Dharma' itu juga memiliki pataka emblem yang menggambarkan pisau terhunus, jangkar, dan sayap dalam satu bingkai.
Lambang di pataka itu pun memiliki makna khusus. Pisau terhunus tegak lurus berarti tugas pokoknya di darat.
Adapun jangkar melambangkan tugas Kopassus di laut. Sayap sebagai perlambang tugas Kopassus di udara.
Selanjutnya, pisau beserta sayap dan jangkar itu dibingkai. Makna bingkai itu ialah ikatan jiwa korps Kopassus.
Lantas, apa arti Tribuana Chandraca Satya Dharma? Penulis Iwan Santosa dan EA Natanegara melalui buku 'Kopassus untuk Indonesia' menjelaskan makna semboyan itu.
Tribuana berarti personel Kopassus harus mampu bertugas di darat, laut, maupun udara. Chandraca merupakan senjata kecil yang ampuh.
Adapun Satya Dharma bermakna kesetiaan dan loyalitas personel Kopassus yang memegang teguh Saptamarga dan Sumpah Prajurit. Selamat ulang tahun ke-70, Kopassus. (Diolah dari berbagai sumber/JPNN.com)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi