Dirut PDAM Jaya Bingung Dicopot Mendadak

Sabtu, 24 Desember 2011 – 04:24 WIB

JAKARTA - Sejumlah kejanggalan mewarnai pemberhentian Dirut PAM Jaya, Maurits NapitupuluMulai dari proses pemberhentian yang dilakukan secara mendadak, tak adanya keterangan resmi mengenai alasan pemberhentian, dugaan adanya desakan pemodal asing, hingga dugaan keterlibatan pejabat tinggi negara

BACA JUGA: Berebut Tiket KA, Perempuan Terinjak

Kejanggalan lainya, adalah pelaksanaan serah terima yang dilakukan secara tertutup tanpa boleh diliput oleh media masa


Bagaimana kronologis pemberhentian Maurits sebagai Dirut PAM Jaya, dan apa yang akan dilakukanya setelah tidak menjabat? Berikut penuturan Maurits usai serah terima jabatan Dirut PAM Jaya, di Kantor PAM Jaya, Jakarta Pusat, (23/12).

Menurut Maurits, dirinya tak mengetahui sama sekali penyebab dirinya diberhentikan dari jabatannya oleh Fauzi Bowo

BACA JUGA: Mal di Jakarta Beradu Cantik

Sebab, pada Kamis 22 Desember lalu, ia masih menjalankan tugas rutin seperti biasa
Bahkan, saat itu dirinya masih sempat menggelar jumpa pers untuk menerangkan program-program yang telah disampaikan PAM Jaya sepanjang 2011

BACA JUGA: Kriminal Marak, Awasi Kinerja Polisi

Selain itu, dalam jumpa pers juga diungkapkan program-program yang akan dilaksanakan PAM Jaya pada 2012 mendatang

"Saya baru mengetahui diberhentikan setelah mendapat Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta, yang disampaikan melalui Asisten Sekda DKI Jakarta bidang Perekonomian dan Administrasi, Hasan Basri Saleh pada Kamis pukul 17.00," ujar Maurits.

Dalam surat itu juga disebutkan, serah terima jabatan langsung dilakukan pada Jumat 23 Desember 2011 atau keesokan harinyaHingga proses serah terima jabatan dari dirinya kepada Sriwidiyanto Kaderi (Dirut PAM Jaya yang baru), Maurits mengaku belum bertemu dengan gubernur dan mendapat penjelasan langsung dari orang nomor satu di DKI itu"Sampai sekarang saya belum tahu alasan diberhentikan dari jabatan Dirut PAM Jaya," kata Maurits.

Kendati begitu, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik sipil 1972 tersebut,  mengaku legowo dan tak berniat mencari tahu mengapa gubernur memberhentikanyaKarena, apapun keputusan tersebut ia yakin telah dipertimbangkan dengan baikApalagi, sebagai anak buah, dirinya berusaha memegang teguh janji untuk mengabdi kepada atasan

"Saya menerima pemberhentian ini dengan ikhlasSaya juga berterimakasih kepada Pemprov DKI yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjabat Dirut PAM Jaya selama satu setengah tahun ini," tutur Maurits.

Saat ditanya apakah pemberhentianya karena sikapnya yang keras, menuntut re-negosiasi kontrak dengan dua mitra swasta Palyja dan Aetra yang dianggapnya merugikan Pemprov DKI, pria yang lahir di Balige Sumatera Utara tahun 1953 itu, tetap menjawab tidak tahuDia juga mengeluarkan jawaban sama, yakni tidak tahu, saat ditanya apakah pemberhentianya terkait tekanan dari pihak asing, mengingat operator air Palyja berasal dari Perancis"Terkait semua itu saya tidak tahu," ujarnya.

Setelah berhenti nanti, suami dari Nurmala ini, berencana akan berkonsentrasi untuk beribadahDia juga akan lebih banyak meluangkan waktu untuk anak dan istrinya"Saat ini saya memiliki dua anak, pertama Job Napitupulu 27 tahun, dan kedua Johaes Napitupulu 17 tahunUsai pemberhentian ini, saya akan lebih banyak waktu bersama mereka," ucapnya.

Terkait kondisi pengelolaan air bersih untuk warga ibu kota, Maurits mengaku harus mengubur impianya memperbaiki buruknya pengelolaan air bersih di ibu kotaIa juga harus melupakan penyelesaian re-negosiasi perjanjian kerjasama (PKS) dengan dua mitra swasta yang selama ini dianggap sangat merugikan masyarakat.

Maurits mengungkapkan, PAM Jaya tengah mengalami ketidakberdayaan menghadapi dua mitra swastanyaPadahal, perjanjian dengan dua mitra tersebut jelas-jelas berat sebelah karena hanya menguntungkan mereka dan merugikan PAM Jaya serta warga ibu kotaSebagai bukti, sejak melakukan kerjasama dengan mitra swasta, sampai akhir tahun 2010 lalu PAM Jaya harus menanggung akumulasi kerugian shortfall sebesar Rp 610 miliar dan tunggakan senilai Rp 530 miliarSementara ekuitas perusahaan juga minus Rp 985,72 miliarDi samping itu, aset PAM Jaya yang sebelum kerjasama mencapai Rp 1,49 triliun, sesuai audit tahun 2007 turun menjadi sekitar Rp 204,46 miliar.

Maurits juga menegaskan, Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan mitra swasta membuat kinerja PAM Jaya semakin memburukSebab, PAM Jaya juga harus menanggung shortfall yang nilainya terus membengkak akibat tidak adanya kenaikan tarif air bersih sejak 2007Sementara biaya imbalan kepada dua mitra swasta, sesuai PKS selalu naik setiap enam bulan.
Di lain pihak, berkat pengelolaan air bersih di Jakarta, baik Palyja maupun Aetra terus meraih keuntunganBahkan sampai bulan Juni 2011, Palyja berhasil meraih laba bersih senilai Rp 119,48 miliarPalyja juga memiliki saldo laba senilai Rp 898,12 miliarTotal laba Palyja ini hampir separo dari aset mereka yang Rp 1,82 triliun.
Kinerja keuangan Aetra juga baikDi kuartal I tahun 2011, perusahaan ini meraih laba bersih sebesar Rp 27,90 miliar, naik dari periode sama tahun 2010 sebesar Rp 16,43 miliarTahun ini Aetra juga sudah membayarkan dividen senilai Rp 200 miliar kepada pemegang saham.

Sejak awal kontrak kerjasama dengan swasta tersebut sangat merugikan PAM dan seluruh pelangganJika Perjanjian Kerja Sama tak segera diubah kondisi PAM akan semakin memburuk dan berpotensi menanggung hutang hingga Rp 18,2 triliun atau lebih dari separuh APBD DKI, ketika kontrak berakhir di tahun 2022 mendatang"Dengan hutang sebesar itu Pemprov DKI Jakarta terancam bangkrut," tegasnya(wok)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Ditilang, Pengendara Lawan Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler