Disandera KKB Papua, Ibu Hamil Harus Keluar Kampung Sendiri

Senin, 13 November 2017 – 20:13 WIB
Kapolda Papua, Irjen Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI George E Supit menyalami anggota TNI yang tergabung dalam Operasi Satgas Terpadu Penanggulangan KKB. Foto: Mayer C Sarioa/Radar Timika

jpnn.com, MIMIKA - Satgas gabungan TNI-Polri masih berkejaran dengan waktu untuk membebaskan 1.300 warga Desa Kimbely dan Banti, Tembagapura, Papua.

Sebab, berdasar informasi yang didapat, anak-anak di dua desa itu mulai sakit.

BACA JUGA: Kelompok Separatis Beraksi, Kemdagri Kirim Tim ke Papua

Yang mengkhawatirkan, tidak ada tenaga medis di dua desa yang diisolasi kelompok kriminal bersenjata (KKB) tersebut.

"Beberapa hari lalu, ada tenaga medis, dokter, dan perawat di puskesmas di Kimbely. Tapi, mereka memilih meninggalkan lokasi saat terjadi penembakan terhadap ambulans," tutur Kabidhumas Polda Papua Kombespol A. M. Kamal.

BACA JUGA: KKB Merajalela, PKS Minta Jokowi Bentuk Gugus Tugas Papua

Kamal juga menginformasikan bahwa kembali terjadi penembakan kemarin. Yang jadi sasaran adalah mobil patroli di Mile 63.

Namun, tidak ada korban dalam peristiwa tersebut. Kamal menambahkan, penembakan itu terjadi pukul 11.30.

BACA JUGA: KKB Papua Izinkan Ibu Hamil Keluar Kampung Tanpa Suami

Mengutip Radar Timika (Jawa Pos Group), mobil yang diserang itu tengah dikendarai anggota Satgas Amole.

Mereka sedang melakukan patroli zona dan pengawalan terhadap kendaraan yang mengangkut bahan makanan (Bama).

Satu peluru mengenai bagian atap kendaraan dengan nomor lambung 01-3447R tersebut.

"Kondisi cuaca saat itu berkabut sehingga tidak terlihat posisi dan siapa penembak kendaraan tersebut,'' tuturnya.

Pada hari yang sama, juga ada dua ibu yang turun dari Desa Kimbely. Salah seorang di antaranya, Alina Kogoya, sedang hamil sembilan bulan.

Dia ditemani saudaranya, Penina Pobogau. "Keduanya baru bisa turun setelah mendapat izin dari kepala suku dan KKB," ujarnya.

Awalnya, Alina hendak ditemani suami dan saudaranya. Namun, ternyata suaminya tidak mendapat izin dari KKB sehingga terpaksa tidak bisa mengantar istrinya yang dalam kondisi hamil besar.

"Suaminya balik ke desa lagi, dengan terpaksa. Hanya saudaranya bernama Penina yang mengantar. Itu pun sangat kasihan dengan membawa bayi usia 1 tahun," ungkapnya.

Distribusi sembako dari Polri-TNI ke dua desa yang tak jauh dari tambang PT Freeport Indonesia tersebut juga tersendat. Itu, kata Kamal, terjadi karena yang mengambil sembako hanya beberapa orang.

Padahal, kondisi alamnya tidak memungkinkan orang bisa membawa banyak sembako. "Sehingga kami khawatir kelaparan terjadi di kedua desa," lanjutnya.

Karena kondisi yang semakin genting, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengeluarkan maklumat untuk menekan KKB agar segera menyerah dan tidak lagi melakukan pelanggaran hukum.

"Ini agar KKB dan masyarakat mengetahuinya, maklumat ini salah satu langkah persuasif," pungkasnya. (idr/c7/ttg/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diisolasi KKB, Warga 2 Desa Terancam Kelaparan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler