Saat sedang berkebun, keduanya bersama beberapa warga lainnya yang berjumlah delapan orang, diserang oleh belasan orang tak dikenal (OTK). Data yang dihimpun Radar Timika (JPNN Group), pada tubuh keduanya, ditemukan banyak luka panah dan luka akibat benda tajam.
Selain mengakibatkan dua orang tewas, aksi penyerangan juga mengakibatkan dua warga lainnya, masing-masing Frans Bagau dan Opmi Mbisikbo mengalami luka-luka dan mendapatkan perawatan medis di RSMM Timika. Frans Bagau kondisinya kritis.
Berdasarkan data lapangan yang dihimpun Radar Timika di sekitar lokasi kejadian menyebutkan, bahwa selain menewaskan dua orang dan mencederai dua orang lainnya, juga dikabarkan masih ada satu orang, Agus M, namun belum diketahui keberadaannya. Masih dilakukan penyisiran di dalam hutan.
Salah satu saksi mata terjadinya penyerangan, Agus Bagau yang berhasil menyelamatkan diri saat terjadi aksi penyerangan mengatakan, bahwa saat itu dirinya sedang berkebun dan membelah kayu di dalam hutan yang lokasinya berada di belakang Gereja Kingmi Jemaat Pniel.
"Kita ada lagi belah kayu di hutan. Tiba-tiba diserang dengan panah dan dikejar dengan parang," ujar Agus Bagau.
Agus mengatakan, bahwa pelaku penyerangan berjumlah belasan orang yang mempersenjatai diri dengan panah dan senjata tajam. Dimana dirinya mengindikasikan bahwa pelaku penyerangan berasal dari salah satu kubu bertikai di Kwamki Narama.
Sementara itu, Apiana Wea, warga Kompleks Sugapu, Kampung Karang Senang tepatnya di sekitar Gereja Kingmi Jemaat Pniel mengatakan, bahwa aksi penyerangan terjadi sekitar pukul 12.00 WIT. Dimana pelaku penyerangan menumpang mobil yang turun di depan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Timika Jaya. Mereka kemudian mengendap di dalam hutan menuju lokasi kejadian yang terdapat beberapa orang sedang beraktifitas di dalam hutan.
Setelah melakukan aksi penyerangan, beberapa orang tersebut kemudian melarikan diri ke arah Jalan Cenderawasih ke arah mobil yang sudah menunggunya di depan Gereja Kingmi atau di depan Rumah Dinas Wakil Bupati Mimika. Setelah masuk ke dalam mobil, mereka kemudian melarikan diri ke arah SP 3.
"Mereka turun depan kuburan, lalu masuk hutan. Mobil ini kemudian jalan dan stop di depan gereja. Setelah serang, mereka masuk mobil yang sudah ada tunggu lalu kabur," ujar Apiana.
Hal itu juga dibenarkan oleh beberapa mama lainnya yang berada di sekitar Gereja Kingmi Jemaat Pniel, bahwa sekitar pukul 12.30 WIT, ada sekelompok orang dengan bersenjatakan panah dan parang keluar dari hutan sembari mengatakan bahwa ada warga yang baru dibunuh di dalam hutan. “Ko pu warga baru saya bunuh. Ko cari di dalam hutan,” ujar mama-mama menirukan kata-kata beberapa warga yang diduga melakukan aksi penyerangan.
Setelah itu muncul Frans Bagau dan Obmi Mbisikimbo yang berlari sambil membawa panah di sekujur tubuh mereka. Warga membawa kedua korban menuju RSMM. Keduanya memberitahukan masih ada dua korban di dalam hutan.
Keluarga korban bersama Aparat Polsek Kuala Kencana yang saat itu di RSMM kemudian menuju lokasi kejadian. Mereka mendapati medan becek dan jarak yang jauh.
Sekitar setengah jam, muncul Agus Bagau bersama Amos Sani yang juga diserang warga tak dikenal. Sambil menangis, mereka memberitahu ada tiga orang meninggal. “Mereka serang kita di hutan,“ ujarnya.
Setelah beristirahat sejenak, Agus menceritakan kejadiannya. Sebelumnya, mereka sekitar 8 warga menuju kebun untuk mencari kayu. Mereka hanya membawa parang, tidak membawa panah. Tiba-tiba dikepung lalu diserang dengan panah. Dua meninggal dan dua luka akibat terkena panah. Sementara tiga orang termasuk dirinya, anaknya dan Amos, berhasil lolos. Sedangkan Agus M belum diketahui keberadaannya, diduga lari masuk ke hutan.
Beberapa saat kemudian, Wakil Ketua DPRD Mimika Karel Gwijangge, Wakil Ketua Komisi A DPRD Elminus Mom dan Yohanis Natkime tiba di tempat warga berkumpul di belakang gereja Kingmi Jemaat Pniel. Mereka melihat serta mendengar keterangan korban.
Tak seberapa lama, Wakapolres Mimika Kompol Hotman Hutabarat, Kabag Ops Kompol Albertus Andreana, Kasat Intel AKP Nursalam dan Kasat Reskrim AKP Toni Sarjaka tiba di lokasi kejadian.
Hingga Wakapolres dan Kabag Ops meninggalkan lokasi berkumpul warga, korban meninggal dunia belum dibawa ke hadapan warga. Sekitar pukul 15.30 WIT, barulah jenazah dibawa dan disambut histeris keluarga yang hadir. Mereka menyesalkan kejadian itu, apa lagi menimpa anak perempuan dibawah umur.
Keluarga korban meminta persoalan di Kwamki Narama yang belum spenuhnya selesai, jangan dipaksakan. “Karena kami yang tidak mengetahui masalah akan menjadi korban. Tolong pemerintah awasi secara tegas. Bupati Mimika harus turun ke lapangan melihat warganya yang sedang bertikai selama ini. Bupati jangan hanya jalan ke luar Timika urus persoalan politiknya, sementara warganya saling membunuh. Polri dan TNI harus tangkap pelaku perang dan jangan berikan kesempatan kepada mereka,” kata warga saat itu.
Setelah itu keluarga korban dan warga yang berdomisili di SP 2, KM 11 dan yang tersebar di Timika, mendatangi dan mengucapkan turut berduka, sambil melakukan tarian adat diikuti ratusan kemudian membawa jenazah ke lokasi kubu bawah di Kwamki Narama.
Warga berkumpul kemudian menyatukan persepsi dan pendapat akhir. Kedua korban bapak dan anak diputuskan dibawa ke Kwamki Narama untuk disemayamkan. Ratusa warga menumpangi lima truk dan kendaraan lainnya membawa kedua jenazah ke kubu bawah.
Wakil Bupati Mimika, H Abdul Muis, ST MM juga hadir pada saat kedua korban masih di tangan keluarga hingga diantar dengan mobil jenazah ke Kwamki Narama.
Sementara itu, Kabagops Polres Mimika Kompol Albertus Andreana saat dihubungi wartawan mengatakan bahwa pihak Kepolisian belum dapat memastikan apakah ada keterkaitan penyerangan ini dengan perang di Kwamki Narama.
Pihaknya juga belum memastikan berapa jumlah korban secara pasti. "Kita masih tunggu laporan ada berapa korban sebenarnya. Kita masih selidiki apakah ini ada kaitannya dengan Kwamki Narama," ujarnya. (rex/sms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Tersangka, Anggota Dewan Kembalikan Pinjaman Rp 17 M
Redaktur : Tim Redaksi