Diserbu Ratusan Kera, Begini Jadinya

Senin, 30 Oktober 2017 – 10:52 WIB
Warga menunjukkan seekor kera yang berhasil ditangkap. Foto: Latiful Habibi/Radar Ponorogo/JPNN.com

jpnn.com, PONOROGO - Para petani di Dusun Tenun dan Pamongan, Desa Broto, Ponorogo jengkel dengan ulah kera liar yang menyerang lahan tanaman mereka.

Sekali datang menyerang, kera liar yang diduga berasal dari hutan kawasan Gunung Kotak dan Gunung Pringgitan itu bisa puluhan atau bahkan ratusan ekor.

BACA JUGA: Ratusan Kera Liar Menyerang Tanaman, Petani Percaya Mitos

Tidak hanya merusak tanaman, mereka juga menghabiskan buah atau hasil pertanian seperti jagung, ketela, dan kacang tanah.

"Semuanya tanaman pertanian seperti jagung, ketela, dan buah-buahan habis diserang kera liar," cetus Nyoto, salah seorang petani di Dusun Pamongan.

Serangan kera liar, tambah Nyoto, sebenarnya sudah terjadi bertahun-tahun.

Namun, mereka lebih sering muncul saat musim kemarau atau kala buah-buahan di hutan mulai habis.

Yang diserang adalah tanaman warga di kebun, ladang, atau sawah. Belakangan, tiga bulan terakhir, kera liar kembali menyerang.

"Datangnya nggak bisa dipastikan. Kadang hari ini, setelah itu menyerang lagi tiga hari kemudian. Biasanya sore," paparnya.

Saat kera liar menyerang, lanjut Nyoto, biasanya petani bisa langsung menyaksikan. Saat itu biasanya warga hanya menghalau dengan alat seadanya atau membiarkan.

Mereka tidak berani membunuh kera-kera liar tersebut lantaran ada mitos dan khawatir berdampak buruk terhadap kehidupan warga.

"Tapi, kalau terpaksa, ya tetap ditembak. Misalnya kalau menyerang tiba-tiba," jelasnya.

Mengantisipasi serangan pada tanaman, sebagian petani memasang jaring sebagai pelindung.

Miseni, petani di Dusun Tenun, menjelaskan bahwa kera liar menyerang karena ekosistem hutan sudah berubah.

"Saya yakin kera-kera liar itu sebenarnya juga bukan dari sini, tapi dari daerah lain yang hutannya mulai rusak. Sebab, dari dulu tidak ada kera liar sebanyak ini di desa kami," terangnya.

Akibat serangan kera liar tersebut, para petani waswas untuk memulai musim tanam.

Sebab, hampir semua tanaman dirusak kera liar, termasuk padi, sekalipun tidak dimakan.

Saat ini, lanjut Miseni, ada sekitar 50 petani -dengan luas area pertanian dan perkebunan mencapai 11 hektare- yang dihantui serangan kera liar.

Terakhir, Sabtu lalu (28/10) ratusan kera liar turun menyerang tanaman jagung warga.

"Saya sempat dengar dan melihat ada petani yang berteriak menghalau kera-kera itu. Jumlahnya memang tidak sebanyak sebelumnya, tapi mencapai seratus ekor," tuturnya.

Miseni mengaku belum tahu saat ditanya solusi menghindari serangan kera liar itu.

Saat ini warga menghalaunya dengan senapan angin atau benda lain, tapi sifatnya sementara.

Jika warga terlena, ratusan kera tersebut bisa turun dan kembali menyerang tanaman mereka.

Warga, tambah Miseni, tidak berani membunuh kera liar itu. Sebab, kera termasuk hewan dilindungi.

Tapi, bagi para petani, saat ini kera liar tersebut sudah menjadi hama. (tif/irw/c9/diq/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kera liar  

Terpopuler