Diskusi Lintas Agama Diperlukan untuk Menghindari Konflik

Rabu, 18 Oktober 2017 – 11:14 WIB
Menag Lukman Hakim Saifuddin. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, dialog antar agama bisa menjadi ruang bagi umat untuk memahami subtansi dari sebuah agama, dan belajar satu dengan lainnya. Setelah itu, akan muncul rasa toleransi serta saling menghargai antarpemeluk agama.

“Konflik-konflik di dunia sering kali mengatasnamakan agama. Disebabkan ketidaktahuan terkait esensi ajaran agama,” tuturnya di sela dialog agama Islam dan Konghucu dalam kongres pemuka agama Konghucu sedunia di Jakarta.

BACA JUGA: Menag: Pencabutan Izin First Travel Tidak Menghilangkan Kewajibannya

Kongres pemuka agama Konghucu sedunia 2017 digelar 16-18 Oktober di Jakarta . Kongres yang mengusung tema ‘Melalui Konghucu untuk Menuju Kedamaian Dunia’ itu dihadiri pakar agama Konghucu dari 18 negara.

Diantaranya yang hadir adaalah tokoh Konghucu dari Amerika Serikat, Costarika, Australia, Inggris, Italia, Jerman, Mesir, TIongkok, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia serta Brunei Darussalam.

BACA JUGA: Alhamdulillah! Persiapan Haji Hampir 100 Persen

Para peserta kongres Konghucu yang digelar di Jakarta.

BACA JUGA: SIMAK! Pesan Menag kepada Khatib Saat Salat Ied

Menurut Alim Sugiantoro, salah satu peserta kongres perwakilan dari Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, dialog lintas agama memang perlu dilakukan.

“Karena dengan seringnya berdiskusi dan bertemu, mungkin masalah bisa kecil. Sepertu kasus patung dewa di Tuban, itu sebenarnya tidak ada masalah apa-apa tapi jadi ramai,” kata Alim Sugiantoro.

Lanjut pria yang juga produser film dan pengembang perumahan rakyat ini, sebaiknya tidak ada selisih paham dalam hal agama.

“Indonesia harus ada kesatuan Bhineka Tunggal ika, agar tidak ada selisih pendapat. Sebab, jika tidak ada selisih pendapat maka kita akan bisa lebih maju,” ungkapnya.

Alim Sugiantoro, peserta kongres Konghucu perwakilan dari Klenteng Kwan Sing Bio Tuban.

Alim juga berharap, akan ada sekolahan Konghucu di Indonesia. “Karena di sini kurang (sekolah), tidak ada perwakilan dari Konghucu di Departemen agama yang pandai. Padahal ajaran Konghucu itu mengedepankan budi pekerti sama seperti dengan P4,” jelasnya.

Alim mengatakan, dalam kongres pemuka agama Konghucu, semua tokoh sepakat bahwa keberagaman saling menghormati agama masing-masing.

“Saya merasa bangga Konghucu yang kecil didukung oleh pemerintah dan bisa dipercaya dunia. Selain itu, karena kemajemukan dan bisa bersatu padu maka negara lain ikut merumuskan kedamaian dunia melalui ajaran Konghucu. Dan yang terpenting semua menuju saling menghormati dan menghargai tentang perbedaan agama untuk menuju keadilan kemakmuran negara dan rakyatnya,” tandasnya.(mg7/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Please, Jangan Lagi Ada Ceramah Provokatif di Rumah Ibadah


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler