jpnn.com - JAKARTA - Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Batara Siagian mengapresiasi langkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang peduli akan ketahanan pangan. Terlebih lagi, PDIP fokus melakukan diversifikasi pangan.
“Indonesia ini (negara) nomor tiga yang memiliki keragaman hayati paling banyak. Misalnya, ubi jalar kita itu banyak jenis. Kemudian, talas itu juga banyak jenis. Karena itu, harus kita perkuat dengan platform yang luas dan anggaran yang lebih sehingga bisa hadir dengan produk jadi,” katanya.
BACA JUGA: Pasar Rumah Tapak Bertumbuh, LPKR Diversifikasi Produk
Batara menyampaikan itu saat diskusi di sela-sela Rapat Kerja Nasional IV PDIP pada hari ketiga, Minggu (1/10) di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Diskusi menekankan pentingnya melakukan diversifikasi pangan khususnya berbasis kearifan lokal.
Batara menambahkan bahwa pangan tidak hanya bisa dari satu sumber saja, yakni beras. Dia mengatakan desa harus didorong untuk mempunyai nilai tambah lokal.
BACA JUGA: Hasto Mengajak Arsjad Rasjid Menyambangi Pameran Pangan Plus di Arena Rakernas PDIP
"Jadi, di desa bukan lagi hanya memproduksi bahan mentahnya," ungkapnya.
Direktur Pengawasan Pangan Olahan Risiko Sedang dan Rendah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Emma Setyawati menuturkan pentingnya melakukan diversifikasi pangan dengan menjaga kualitas mutunya.
BACA JUGA: Ide dan Gagasan Ganjar Soal Kedaulatan Pangan Bikin Presiden Jokowi Terkesan
“Pangan itu harus aman dahulu, kemudian harus begizi. Perlu ada nilai tambah dengan mengedepankan prinsip keamananannya terjaga, punya gizi, dan bermutu,” katanya dalam diskusi itu.
Oleh karena itu, Emma mendukung program diversifikasi pangan, bahkan melakukan hilirisasi untuk menambahkan nilai tambah bagi porang dan sorgum sejak tahun lalu. “Ini contohnya ada cookies dari sorgum plus moringa yang kaya akan mineral, zat besi, punya serat tinggi dan kalorinya rendah,” ungkapnya.
Emma menambahkan bahwa sorgum bisa untuk mengatasi masalah stunting.
Sebab, sorgum ini proteinnya lebih tinggi. Zat besinya tiga kali gandum dan lima kali beras.
"Artinya, kalau kita bicara penanggulangan stunting, konsumsi ini bagus saja,” kata Emma.
Bupati Malaka Simon Nahak juga sudah melakukan diversifikasi pangan yang dimaksukkan dalam program bernama Sakti.
“Kami sekarang fokus ke pertanian, salah satunya kacang hijau yang kami masukkan dalam program Sakti yang terinspirasi dari Trisakti Bung Karno,” kata Simon.
Anggota Komisi IV DPR Yohanis Fransiskus Lema menyatakan bahwa sudah waktunya untuk tidak lagi ketergantungan pada beras.
"Kita bisa mengembangkan produk komoditas dan bisa bermanfaat bagi kita,” ungkapnya. (jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : JPNN.com