jpnn.com, MENTAWAI - Sebuah kapal yang membawa 14 wisatawan asing kandas di Perairan Makanbaga, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai Selatan, Mentawai, Sumbar, Jumat (18/8).
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Seluruh penumpang dan kru kapal Star Koat itu diselamatkan kapal wisatawan Ratu Mutu dan dibawa ke dermaga Sikakap.
BACA JUGA: Kapal Tunda Diterjang Gelombang Besar di Mentawai, Satu Selamat, Tiga Hilang
Sementara, lambung kapal berbahan dasar fiber tersebut, mengalami robek akibat bodi kapal terhempas ke karang, setelah dihantam gelombang. Kapal pesiar milik PT KIS itu, Minggu (20/8) siang dibawa kembali ke Padang.
Seperti dilansir Padang Ekspres (Jawa Pos Group), kejadian tersebut berawal saat kapal hendak merapat ke jangkar tambat. Namun, deras dan kuatnya arus gelombang laut menyebabkan kapal milik Feri Mawi tersebut, terseret ke tepi karang.
“Kapal dihantam gelombang besar dari arah belakang, sehingga terbawa arus ke atas karang. Setelah itu, kapal miring dan dipenuhi air laut. Kru kapal dan tamu kemudian dievakuasi menggunakan speed boat milik kapal Star Koat itu sendiri ke Pulau Berikuret,” kata Kapolres Kepulauan Mentawai, AKBP Hasanuddin yang dihubungi wartawan, kemarin (20/8) siang.
Saat ini, kata Hasanuddin, para wisatawan asing diinapkan di gedung Syahbandar Sikakap menunggu Kapal Pesiar Malaleuca guna melanjutkan kegiatan berselancar mereka. Di mana, para tamu asing tersebut, masih melanjutkan sisa kunjungannya, yakni 5-7 hari dari 12 hari direncanakan.
“Kapal Melaleuca yang didatangkan dari Padang diperkirakan sampai di dermaga Sikakap pukul 12.00 hari ini, (kemarin, red). Ada sebanyak 3 ABK (anak buah kapal, red) yang ikut dalam perjalanan tersebut yakni, Buyung, Engki dan Adek,” ungkapnya.
Mengetahui kejadian tersebut, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, Desti Seminora, menyebutkan, kapal Star Koat tidak masuk dalam daftar sebagai tamu di pos-pos wisatawan Mentawai. Hal serupa, juga sering terjadi di kapal-kapal lainnya yang masuk ke perairan Mentawai.
“Ini bukan kejadian sekali dua kali. Kejadian kapal pesiar yang masuk ke Mentawai tidak terdata, sudah sangat sering. Kalau ada kecelakaan, kami tidak bisa berbuat banyak tentunya,” ungkap Desti.
Keterbatasan sarana, kata Desti, juga menyulitkan untuk melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal pesiar. Apalagi, kapal-kapal yang tidak terdaftar sebagai tamu pada pos-pos yang telah disediakan.
“Keterbatasan armada, sehingga kami belum bisa mendata wisatawan-wisatawan melalui kapal ke Mentawai. Artinya, wisatawan yang datang lewat kapal tidak terdata atau tidak dipungut retribusi,” ungkap Desti.
Menanggapi kejadian tersebut, Fernando Sabajou, selaku tokoh masyarakat di Kepulauan Mentawai menyebutkan, sudah seharusnya, pariwisata di Kepulauan Mentawai dikelola dengan baik. Tidak hanya soal kewajiban wisatawan saja, tapi juga memberikan hak terhadap wisatawan itu sendiri.
“Pengelolaan pariwisata Mentawai masih sangat lemah. Semua lini harus terlibat untuk mengemas dengan baik. Kalau regulasi tidak berjalan, segera ubah,” ungkap mantan anggota DPRD Mentawai ini.
Sementara kapten kapal Star Koat dan kepala Kamar Mesin (KKM)-nya akan kembali ke Padang dengan kapal KM Ambu Ambu untuk menyelesaikan kelengkapan administrasi kecelakaan kapal tersebut. (rf)
Redaktur & Reporter : Budi