Diterjang Badai, KM Berkat Fadilah Karam

Selasa, 05 Mei 2009 – 11:21 WIB
BATAM- Dua anak buah kapal KM Fadilah tewas setelah kapal bertonase 20 GT itu karam di terjang badai, sekitar pukul 02.00, Senin (4/5) kemarinSatu dari dua korban tewas itu belum ditemukan.

Komandan Angkatan Laut (Danlanal) Batam Kolonel Kaut (E) Muhamad Faizal membenarkan adanya peristiwa itu

BACA JUGA: Dari Sumsel, Wajah Baru Bakal Dominasi Senayan

Ia mengatakan, kapal yang dinahkodai pemiliknya Maming (50-an), itu tenggelam di Selat Pintu, Kepulauan Senayang, Lingga, akibat diterjang badai yang berkibat bocornya lambung kapal kayu tersebut.

Kapal naas itu mengangkut 20 orang penumpang dan 4 orang ABK yang bertolak dari Punggur (punggur atas samping dermaga TNI AL, red) Batam pukul 21.00 WIB, Minggu (3/5), tujuan Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur, Jambi


Tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB, Lanal Batam telah mengerahkan dua unit patkamla dan satu unit kapal perang yakni KRI Seraya untuk membantu melakukan operasi SAR di lokasi kejadian.

Daeng Sitaba, rekan Maming yang dihubungi tadi malam membenarkan karamnya kapal rekannya itu

BACA JUGA: Penetapan Sulsel Mulus

Ia juga membenarkan penyebab kapal karam akibat dihamtam badai (angin Puting Beliung)
“Kejadiannya sekitar pukul 02.00 WIB (Senin, 4/5),” ujar pria berdarah Sulawesi Selatan ini, Senin malam (4/5).

Daeng Sitaba, juga membenarkan lokasi karam di dekat Selat Pintu, perairan Pulau Senayang, Kabupaten Lingga, sekitar lima jam setelah bertolak dari Punggur, Batam, menuju Nipah Panjang, Jambi.

Dari Batam kapal ini memuat botol kosong untuk dibawa ke Nipah Panjang, Tanjungjabung Timur, Jambi

BACA JUGA: Panser dan Kapal Perang Amankan Sidang ADB

“Sudah dua orang meninggal,” kata Daeng Sitaba.

Kerahkan Dua Kapal
Sementara itu, informasi yang diperoleh Batam Pos dari Daeng Sitaba yang saat dihubungi masih berada di Nipah Panjang, Jambi, mengatakan, tadi malam, keluarga Maming juga mengerahkan dua kapal motor dari Nipah Panjang Jambi menuju lokasikejadian untuk memberikan pertolongan

“Kami belum tau apa pak Haji Maming selamat atau tidak,” katanya

KM Berkat Fadila merupakan salah satu kapal yang melayani angkutan barang dari Jambi ke Batam sekali seminguDari Nipah Panjang, Jambi, kapal ini umumnya memuat ternak seperti sapi, kambing, kelapa, dan ayam kampung ke BatamJumlahnya, kadang-kadang mencapai 40-an ekor sapi dalam keadaan hidupDi Batam kapal ini berlabuh di pelabuhan rakyat, persis di samping dermaga TNI AL Telaga Punggur

Sedangkan dari Batam ke Nipah Panjang, kapal ini sering membawa botol kosong dan sejumlah barang sekenSelain itu, kapal ini juga jadi transportasi masyarakat Jambi, khususnya dari Nipah Panjang dan sekitarnya yang ingin bepergian ke BatamBegitupun sebaliknya
Bahkan, jelang dan sesudah lebaran, penumpang kapal ini kadang mencapai ratusan orangUmumnya mengangkut warga Nipah Panjang yang bekerja di Batam.

Perjalanan dari Nipah Panjang  ke Batam atau sebaloknya jika ombak tidak besar atau tak ada badai hanya 16-17 jamNamun, jika ada ombak atau badai, biasanya lebih dari 24 jam.

Bahkan, tak jarang kapal ini mampir bersembuyi di antara beberapa pulau di perairan Lingga, jika ombak besarSalah satu pulau yang sering jadi persinggahan adalah Pulau Cempa, Senayang, Lingga.

Waspada Pusaran Air Laut
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Batam meminta pelaku aktivitas laut dan lepas pantai mewaspadai munculnya pusaran air (waterspout) di sekitar perairan KepriSalah satunya di Selat Pintu, Kepulauan Senayang, Lingga.

“Di radar kita terpantau, tapi kecil,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Batam, Sunarto kepada Batam Pos, Senin (4/5).
 
Ia mengatakan, pusaran air berpotensi terjadi karena dalam beberapa pekan terakhir kosentrasi pembentukan awan comulonimbus berada di lautan“Selain hujan diserta petir, awan ini juga bisa memunculkan angin puting beliungKalau di laut yang muncul waterspout,” ujarnya

Waterspout adalah pusaran air yang pola putarannya persis angin puting beliungHanya saja medianya di airFenomena laut itu muncul karena tekanan di permukaan laut lebih tinggi dari yang ada di awan comulunimbusUdara tersebut bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendahPerbedaan tekanan tidak normal ini memicu munculnya gaya tarik dari dalam laut.

Kecepatan waterspout lebih rendah ketimbang angin puting beliungJika kecepatan angin puting beliung di atas 25 knot per jam, waterspout cuma sekitar 10 knot sajaMeski tak terlalu kencang, namun pusaran air laut itu sangat berbahayaIa bisa menyedot kapal yang melintas di atasnya

“Diameter waterspout di perairan Kepri relatif kecilPaling cuma 10 meterTapi itu cukup untuk menjungkalkan kapal-kapal kayu,” tukas pria berkacamata ini.

Sunarto meminta pelaku pelayaran mewaspadai keberadaan awan comulunimbus yang tumbuh di atas permukaan laut“Sebaiknya dihindari,” ujarnya(d/nur/ros)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Olo Panggabean, Tokoh di Belakang Layar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler