Ditjen PSP Kementan Anggap Petani Kian Bijak Kelola Air

Kamis, 17 Januari 2019 – 13:41 WIB
Ilustrasi irigasi. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian terus menyosialisasikan pentingnya mengelola sumber daya air.

Dengan pengelolaan yang berkualitas, lahan pertanian masyarakat bisa terhindar dari kebanjiran di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau

BACA JUGA: Optimasi Lahan Rawa Tembus 23.928 Hektare

"Sekarang semua perangkat desa dan petani selalu membicarakan embung untuk memanen air. Bahkan, saat ini masyarakat membangun secara swadaya setelah memahami fungsi embung bagi budi daya pertanian," ujar Direktur Jenderal PSP Pending Dadih Permana, Kamis (17/1/2019).

Tidak hanya itu, petani juga mulai melirik dam parit sebagai alternatif jaringan irigasi yang biayanya lebih terjangkau.

BACA JUGA: Telur Bantuan Kementan jadi Penyambung Kehidupan Buruh Tani

Model dam parit di sentra-sentra produksi pertanian di Jawa diklaim berhasil. Dengan demikian, daerah lain mengikuti langkah itu.

Hal itu tidak lepas dari usaha Kementan menggandeng kementerian lain. Misalnya, Kemendesa dan Pengembangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Kementerian PUPR.

BACA JUGA: Ditjen PSP Sukses Gelar Kegiatan Berbasis Responsif Gender

"Saat ini kami lebih terbuka menerapkan sistem budi daya pertanian hemat air. Semua inovasi dari setiap institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat kami terima sepanjang sesuai dengan kondisi setempat," jelas Dadih.

Dia mencontohkan teknologi system of rice intensification (SRI) dalam budi daya padi yang hemat air.

SRI kerap dikombinasikan dengan sistem padi jajar legowo (jarwo) super yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

"Prinsipnya, petani saat ini mulai cerdas menghemat air. Makin banyak yang menyadari bahwa air perlu dikelola dengan bijak," kata Dadih.

Menurut Sekretaris Dirjen PSP Kementan Mulyadi Hendiawan, sosialisasi penghematan air gencar dilakukan sejak Presiden Joko Widodo memberi arahan agar dana desa dialokasikan untuk mendukung kegiatan pertanian.

Program Upaya Khusus (Upsus) yang melibatkan TNI juga membuat percepatan perbaikan jaringan irigasi yang rusak cepat ditangani pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Kini yang lapor irigasi rusak bukan hanya petani, tetapi juga para Babinsa sehingga macetnya birokrasi dapat diterobos sejak tiga tahun belakangan," kata Mulyadi.

Ditjen PSP telah membangun jaringan irigasi dan pengembangan sumber daya air dengan model padat karya.

Jaringan yang meliputi irigasi tersier, perpompaan, embung, serta dam parit ini nantinya langsung dikelola oleh petani.

"Pengelolaan irigasi pertanian sangat dirasakan manfaatnya pada musim kemarau. Contohnya, saat kondisi kekeringan yang begitu ekstrem dan masif akibat El Nino, mampu meningkatkan produksi padi tahun 2015 mencapai 75,39 juta ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat 6,42 persen," tutur Mulyadi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Pede Capai Target Asuransi Pertanian dan Peternakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler