jpnn.com, BALIKPAPAN - Perwakilan manajemen lama Persiba Yaser Arafat akhirnya angkat suara terkait isu sedang mundurnya Rahmad Mas’ud. Mereka tidak terima dituding telah mempersulit langkah Rahmad Mas’ud dalam mengelola tim berjuluk Beruang Madu tersebut.
“Di bagian mana kami mempersulit, selama ini kami tidak pernah ikut campur persoalan manajemen baru,” tegas dia.
BACA JUGA: Bruno Casimir Dipastikan Bergabung dengan Sriwijaya FC
Dia menyesalkan pernyataan Rahmad Mas’ud yang cenderung memojokkan manajemen lama. Ditambah lagi, dia ingin menepis isu yang menyebut legalitas jadi pengganjal kontrak pemain.
Padahal, selama ini dia cukup yakin Rahmad Mas’ud adalah orang yang tepat untuk menggantikan Syahril Taher yang sudah 10 tahun lebih mengurus Persiba.
BACA JUGA: Rahmad Masâud Mendadak Mundur dari Presiden Persiba Balikpapan
Bahkan, dia blak-blakan menyebut Rahmad Mas’ud belum mengeluarkan sepeser pun rupiah dalam proses alih kelola Persiba.
Sebab utang Rp 30 miliar lebih yang mestinya dituntaskan oleh manajemen baru sebelum mengambil alih Persiba sudah dihapus dan hanya menyisakan Rp 5 miliar.
BACA JUGA: Seleksi Terbuka Tahap Pertama Sriwijaya FC Diikuti Ratusan Pemain Lokal
Duit Rp 5 miliar itu, kata Yaser, merupakan saham awal yang diinvestasikan oleh pemilik lama Persiba. Sehingga jika Rahmad Mas’ud ingin memiliki 100 persen saham Persiba memang diwajibkan membeli saham tersebut.
“Kita buka-bukaan saja, uang itu (Rp 5 miliar) memang sudah dibayarkan sebagai bukti sudah ada jual beli,” katanya.
Namun, dilanjutkan Yaser, duit itu lantas dikembalikan 100 persen kepada manajemen lama sebagai modal awal untuk mengarungi kompetisi. “Ini kan namanya kami memberi utang kepada mereka,” kata dia.
Manajemen lama, lanjut dia, memberi waktu selama lima tahun kepada manajemen baru untuk melunasi duit tersebut. Bahkan, sesuai kesepakatan pelunasan tidak ada mengambil uang pribadi Rahmad Mas’ud, sponsor maupun tiket.
“Jadi pelunasan nanti menggunakan dana subsidi dari operator kompetisi. Jadi bukannya mereka ini memperoleh Persiba secara gratis,” tegas dia.
Memang, dalam prosesnya ada biaya sebesar Rp 500 juta yang mesti dilunasi oleh Rahmad Mas’ud untuk biaya pajak dan lain-lain. Hanya saja, hal itu disebut Yaser juga sudah disepakati kedua belah pihak.
Jumlah itu diperlukan jika ingin mengubah data ke Kemenkumham dan PSSI yakni membayar pajak sebesar 10 persen dari pembelian saham (Rp 5 miliar). Nah dana Rp 500 juta inilah yang jadi tarik ulur.
“Kalau memang keberatan ‘kan bisa dikomunikasikan lagi, kalau memang tidak sanggup membayar biar kami yang bayar dan itu sudah ditegaskan di pertemuan dengan Pak Wali Kota,” tegas dia.
Jika hanya memikirkan untung, Yaser menyebut sejumlah investor sempat memberikan penawaran cukup tinggi. “Ada yang menyiapkan dana Rp 30 miliar bahkan lebih, tapi kami tolak. Kami sepakat dengan Pemkot Balikpapan agar Persiba tetap berada di Balikpapan,” kata dia.
Sementara legal manajemen lama Persiba, Muhammad Muhdar menyebut Persiba secara sah sudah berpindah tangan ke Rahmad Mas’ud per 21 Januari. “Dokumen serah terima kan juga sudah ditandatangani dua belah pihak,” ungkapnya.
Perpindahan kepemilikan itu, juga diikuti berpindahnya aset Persiba seperti bus dan peralatan berlatih.
Hal ini sekaligus mematahkan argumen yang menyebut Persiba belum berpindah tangan. Apalagi, lanjut Muhdar selama dua bulan terakhir logo Persiba sudah resmi digunakan oleh manajemen baru.
“Jadi ya memang Persiba sudah resmi milik Rahmad Mas’ud,” ujar dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman ini.
Disinggung apakah pemutusan sepihak ini punya konsekuensi hukum, Muhdar menyebut masih mempelajari. Yang jelas, dia menyayangkan langkah pemutusan sepihak yang dilakukan pihak Rahmad Mas’ud. (*/hul/tom/k18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Liga 2 2019: Dimas dan Andre Resmi Berkostum PSMS Medan
Redaktur & Reporter : Budi