Diversifikasi Pangan Salah Satu Cara Mengantisipasi Krisis Global

Minggu, 24 April 2022 – 17:01 WIB
Diversifikasi pangan lokal mau tidak mau harus menjadi perhatian bersama untuk terus dikembangkan. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Akademisi IPB dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT IPB), Netti Tinaprilla menilai diversifikasi merupakan sebuah keharusan untuk menguatkan ketahanan pangan Indonesi, agar lebih beragam.

Dia menyatakan dukungan pada upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memperluas pengembangkan potensi pangan lokal.

BACA JUGA: Pemerintah Canangkan Sagu Sebagai Gerakan Diversifikasi Pangan Sehat

"Diversifikasi konsumsi pangan lokal mau tidak mau harus menjadi perhatian bersama untuk terus dikembangkan. Kami harus bisa memanfaatkan kearifan lokal dan industri kuliner agar gizi kita tetap seimbang," ujar Netti dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (24/4).

Netti mengatakan konsumsi pangan lokal merupakan langkah yang sangat cerdas karena sama saja dengan memberi kontribusi terhadap penurunan harga pangan dunia yang kini mulai merangkak naik akibat krisis perang Rusia-Ukraina.

BACA JUGA: Kementan Gandeng Enam Universitas Kembangkan Diversifikasi Pangan

"Menurut saya kita harus segera melakukan diversifikasi pangan lokal. Kedua menanam komoditi yang memiliki comparative dan kompetitive advantage, dengan dukungan pemerintah agar petani tetap termotivasi menanam," katanya.

Untuk itu, Netti mengajak masyarakat Indonesia agar melakukan penanaman pangan lokal seperti singkong, jagung, pisang, talas, sagu, dan juga kentang. Semua jenis pangan lokal tersebut bisa diolah menjadi berbagai makanan kaya karbohidrat dan juga jenis kudapan lainya.

BACA JUGA: Mentan SYL: Diversifikasi dari Pangan Lokal Kokohkan Ketahanan Pangan

"Mari semangat menanam, jangan putus asa dengan kondisi global. Karena itu kita perlu beralih ke pangan lokal," katanya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong kemandirian pangan untuk mengurangi ketergantungan impor. Di antaranya melalui diversifikasi pangan sebagai pengganti makanan utama dalam menghadapi berbagai ancaman krisis global.

"Pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya," katanya beberapa waktu lalu.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri juga mendorong penguatan pangan lokal seperti komoditas timun suri yang selama ini jarang dibicarakan. Apalagi, timun suri adalah komoditas umbi-umbian yang memiliki potensi pasar yang cukup besar.

"Padahal buah tersebut memiliki potensi besar dan juga sangat penting sebagai makanan setiap hari dan makanan pembuka di bulan puasa," ujarnya.

Petani milenial yang bergerak pada komoditas timun suri, Fadhil Faishal mengatakan timun suri adalah komodiras yang selalu dibutuhkan masyarakat, yang bisa diolah menjadi beragam jenis hidangan.

"Bahkan saya lagi coba membuat dodol dari timun suri. Dan yang paling penting komoditas ini akan selalu dibutuhkan masyrakat tidak hanya di bulan puasa saja," katanya.

Ahli gizi buah Pafitri menjelaskan komoditas timun suri memiliki manfaat yang cukup banyak bagi kesehatan tubuh.

Menurut dia, salah satunya adalah unsur serat yang mampu melawan radikal bebas seperti penyakit demam, flu, batuk.

"Yang pasti timun suri memiliki manfaat yang baik untuk pencernaan dan sangat cocok jika dikonsumsi pada saat saur dan berbuka puasaa. Bahkan ada penelitian apabila kita konsumsi labu labuan ini bisa melawan radikal bebas seperti penyakit flu demam dan lain-lain," ujar Pafitri. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler