Djarot Diusir usai Jumatan, Wasekjen PBNU Lontarkan Kecaman

Jumat, 14 April 2017 – 17:03 WIB
Hery Haryanto Azumi (berpeci kanan). Foto; Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU Hery Haryanto Azumi mengecam aksi pengusiran terhadap calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Djarot diusir setelah salat Jumat di Masjid Jami Al-Atiq, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4).

BACA JUGA: Debat Pamungkas Jadi Bukti Ahok dan Anies Beda Kualitas

"Tindakan itu tidak bisa dibenarkan apalagi karena alasan politik," terang Hery.

Mantan Ketua Umum PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu menjelaskan, aksi sekelompok orang tersebut jauh dari nilai-nilai Islam.

BACA JUGA: Ohoho.... Sandi Ingin Cium Tangan Djarot, Tapi Ditolak

"Karena ini wajib, seharusnya kita semua berusaha mengajak orang untuk salat Jumat. Bukan sebaliknya mengusir orang yang mau melaksanakan salat Jumat," ujar pria asal Trenggalek, Jawa Timur itu.

Hery menambahkan, saat ini sejumlah kalangan sedang berupaya menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang toleran.

BACA JUGA: Bangkitkan Asa Persija, Djarot Pastikan Bangun Jakarta

"Makanya, aksi seperti itu bisa merusak upaya dan kerja keras kita dalam menciptakan kehidupan yang toleran. Aksi intolerasi dipastikan akan merusak kehidupan berbangsa dan bernegara kita," tuturnya.

Menurut Hery, aksi tersebut cenderung mengarah pada praktik radikal.

"Itu yang saya maksud, intoleransi dapat menghancurkan bangsa dan negara. Lihat Suriah, Libya, Yaman, dan negara-negara gagal di Timur Tengah yang lain," tegas Hery.

Hery mengajak semua pihak melestarikan praktik keagamaan yang moderat.

Praktik itu sudah menjadi tradisi dan ikon Indonesia sejak lama.

Menurut Hery, Islam merupakan faktor positif dalam pembangunan karakter.

Hal itu sesuai adagium hubbul wathan minal iman yang berarti cinta tanah air adalah perwujudan iman seorang muslim.

Sebagaimana diketahui, teriakan bernada mengusir dilontarkan beberapa warga setelah Djarot salat Jumat di masjid itu.

Namun, Djarot menanggapi pengusiran itu dengan kepala dingin.

"Kalau Jumatan (salat Jumat) itu bebas di mana pun, di masjid mana pun. Kita bebas memilih. Dan kami akan selalu cari masjid yang satu arah dengan acara berikutnya," kata Djarot.

Djarot menilai, pengusiran itu menjadi bukti bahwa masjid sudah dipakai untuk kepentingan politik praktis.

"Itulah bukti adanya politisasi masjid untuk kepentingan-kepentingan politik praktis. Mungkin meniru pola di negara lain," sebut Djarot. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Doakan Ahok-Djarot, Said Aqil: Agama Bukan Alat Politik


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler