Djarot Terkenang Masa Menata Kawasan Makam Bung Karno

Selasa, 20 November 2018 – 19:26 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (tengah) bersama Ketua DPP PDIP Djarot S Hidayat (berjaket hitam) di parkiran bus khusus makam pengunjung makam Bung Karno di Blitar, Selasa (20/11). Foto: Humas DPP PDIP

jpnn.com, BLITAR - Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot S Hidayat mengunjungi kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur, Selasa (20/11). Kedatangan ketua DPP PDI Perjuangan itu di Blitar untuk ziarah ke makam Bung Karno sekaligus rapat konsolidasi partainya.

Tokoh kelahiran Magelang itu berkunjung ke Blitar bersama Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Mantan wali kota Blitar itu pun langsung jadi sasaran warga yang berebutan untuk salaman dan berfoto bersama.

BACA JUGA: Jurus Hasto Promosikan Kuliner Nusantara

Djarot terkenang ketika menjadi wali kota Blitar dan menata kawasan sekitar makam Bung Karno pada 2003. Dia lantas melihat kios-kios busana dan kerajinan di parkiran bus yang berjarak sekitar 500 meter dari makam Proklamator RI itu.

"Dulu tempat ini adalah kantor kecamatan, lalu saya pindah kantornya supaya tempat ini menjadi lahan parkir sekaligus pedagang ditata berjualan di dalam kios," kata Djarot.

BACA JUGA: Ingat, Mendukung Jokowi Tak Berarti Bisa Seenaknya Korupsi

Politikus yang berulang tahun setiap 6 Juli itu bersama Hasto menyambangi parkiran bus sebelum ziarah ke makam Bung Karno. Djarot mengaku teringat ketika mempercantik kawasan itu dengan sejumlah pohon yang ditanam teratur.

Ada trembesi dan pohon lainnya.  Kini, pohon-pohon itu sudah besar dan rindang sehingga meneduhi tempat tersebut dari terik matahari.

BACA JUGA: Bukan soal Perda Syariah & Elektabilitas, tapi Konstitusi

Djarot menjelaskan, pengunjung dari parkiran bus itu bisa berjalan kaki maupun menaiki becak untuk menuju makam Bung Karno. Ongkosnya ditetapkan Rp 15 ribu sekali jalan.

Warga yang berprofesi sebagai penarik becak pun bisa hidup. Karena itu, kata Hasto, keberadaan makam Bung Karno seolah-olah menghidupi warga Blitar.

"Jadi kalau warga bilang Bung Karno menghidupi ya memang benar. Bung Karno memang secara fisik sudah wafat, tapi betul-betul bisa menghidupi warga Blitar raya. Karena setiap tahun, bisa jutaan orang yang datang ke Blitar," papar Djarot.

Djarot juga terkenang saat pertama menjabat wali kota Blitar pada 2000. Menurutnya, pemerintahan Orde Baru sebelumnya menutupi makam Bung Karno dengan kaca tebal tahan peluru.

Namun, Djarot membongkarnya. Tujuannya demi mendekatkan Bung Karno dengan rakyatnya.

Selain membenahi kompleks makam, Djarot juga menata wahana wisata lain seperti Istana Gebang, serta membangun pusat kerajinan dan UKM. Sebab, Blitar tak mungkin hidup dari investasi besar seperti pabrik-pabrik.

"Di Blitar tak ada demo buruh, karena semua berwiraswasta. Inilah wiraswasta yang dihidupi Bung Karno. Saya bangga dengan Blitar. Ekonomi kerakyatan tumbuh pesat dan disini mampu mensuplai 30 persen telur nasional,” ujar Djarot.

Sedangkan Hasto mengatakan, kini berbagai tradisi kebudayaan Jawa yang menyatukan seluruh sejarah peradaban Singosari, Majapahit, hingga Mataram berkembang baik di Blitar. “Gerak kebudayaan ini menggelorakan kembali kebanggaan sebagai bangsa yang bermartabat dan berkepribadian karena tradisi kebudayaannya,” kata Hasto.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Respons TKN Jokowi-Maruf soal Polemik Perda Syariah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler