Dokter Andaru Hutama Memerangi Minimnya Fasilitas Kesehatan di Kepulauan Seribu

Melatih Warga hingga Cara Tuangkan Sampo

Kamis, 26 Februari 2009 – 06:30 WIB

Karena pola hidup yang salah, banyak penduduk usia dewasa dan anak-anak di Pulau Panggang, salah satu gugusan di Kepulauan Seribu, menderita penyakitDokter Andaru Hutama Samsuria tergerak untuk membangun sistem kesehatan berbasis masyarakat di pulau itu.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Jakarta



PELATARAN dermaga perahu nelayan di Pulau Panggang, salah satu pulau di Kepulauan Seribu, pada akhir pekan itu tampak dipenuhi ratusan warga

BACA JUGA: Pasangan Bilateral Tim Lindsey-Julia Suryakusuma

Sebagian besar adalah ibu-ibu, plus beberapa kelompok remaja.

Barisan itu menghadap seorang lelaki paro baya yang sebagian rambutnya beruban
Namanya dr Andaru Hutama Samsuria

BACA JUGA: Akhir Kejayaan Raja Kutai Modern Syaukani Hasan Rais (2-Habis)

Dia berdiri bersama beberapa orang di kanan dan kirinya
''Ibu-ibu, hari ini acara kita adalah ngerumpi

BACA JUGA: Akhir Kejayaan Raja Kutai Modern Syaukani Hasan Rais (1)

Tapi, ngerumpi-nya bedaKali ini kita ngerumpi sambil olahraga, sambil jalan-jalan,'' kata Andaru.

Ibu-ibu dan remaja itu pun menurutSetelah pemanasan sebentar, ratusan orang itu membentuk barisanMereka lantas berjalan beriringan mengelilingi pulau yang panjangnya sekitar dua kilometer ituMereka berjalan menyisir tepian pantai permukiman nelayan tersebutKarena pulaunya tak seberapa luas, tak lebih dari sejam acara jalan-jalan itu selesaiAcara dilanjutkan dengan olahraga ringan.

''Kalau nggak gini, mereka nggak mungkin mau diajak olahraga,'' ujar dokter spesialis okupasi kedokteran itu kepada Jawa Pos.

Trik itu memang bagian dari upaya Andaru membangun kesadaran kesehatan warga Pulau PanggangSebab, banyak warga di sana yang tak peduli dengan kesehatanApalagi, fasilitas kesehatan hampir tidak ada.

Pulau Panggang adalah salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan SeribuPulau tersebut tercatat paling padat penduduknya dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Kabupaten Kepulauan Seribu, yakni lebih dari 5 ribu jiwa.

Sama dengan pulau lain di Kepulauan Seribu, Pulau Panggang terisolasi dari fasilitas dan akses kesehatanUntuk ke sana harus menggunakan perahu nelayan dari Muara Angke, Jakarta UtaraJarak dari Pulau Panggang ke Muara Angke sekitar 15 kilometerPerahu hanya tersedia pada pagi dengan jam keberangkatan pukul 07.00.

Siang sebenarnya juga ada perahu yang berangkatBiasanya pukul 13.00Namun, itu kalau cuaca mendukungKalau angin kencang dan ombak sedang tinggi-tingginya, keberangkatan menuju Pulau Panggang harus delay hingga esok hari.

Perahu tersebut harus transit di beberapa pulau sebelum Pulau PanggangDi antaranya, Pulau Pramuka, Pulau Untung Jawa, dan Pulau CinaKarena itu, jarak tempuh ke Pulau Panggang bisa berjam-jamKalau lancar, perjalanan bisa ditempuh tiga jam.

Penduduk Pulau Panggang tak banyak memiliki variasi makananKonsumsi mereka hanya berkutat pada ikan dan makanan asinAkibat kebiasaan itu, mereka memiliki risiko lebih besar menderita penyakit stroke dan kekurangan karbohidrat''Anak-anak sejak kecil sudah terbiasa dengan makanan asinKetika besar, mereka tidak seberapa akrab dengan karbohidrat dan jenis makanan yang lain,'' tutur Andaru.

Untuk penduduk dewasa, lanjut dokter kelahiran Semarang 1947 itu, penyakit yang biasa mendera adalah stroke dan gula darahSementara untuk anak-anak, antara lain, hidrosefalus, meningitis, retardasi mental, tuli, dan cacat fisikKondisi itu diperparah oleh sikap penduduk yang acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarHidup bersih dan sehat belum menjadi kebiasaan warga pulau''Mereka tak tahu karena memang tak mendapatkan pendidikan yang baik,'' kata Andaru.

Akibatnya, kata konsultan Rumah Sakit Atma Jaya, Pluit, Jakarta Utara, itu, anak-anak yang menderita penyakit tersebut sering tak ditanganiOrang tua hanya membiarkan begitu saja''Mereka merasa hanya cukup dengan memberikan makan,'' ujarnya.

Kepada anak-anak penderita retardasi mental, misalnya, keluarga dan orang tua tidak peduliAnak-anak itu dibiarkan begitu saja di ranjang tanpa ada yang mengurus''Mereka ya buang air di ranjang sampai nggak keruan,'' katanya.

Pernah ada empat anak yang menderita hidrosefalusKepala anak-anak itu membesar karena adanya penyumbatan hingga menyebabkan penumpukan cairan serebrospinal di kepalaKarena tak tahu apa yang dilakukan, orang tua hanya merawat mereka sebisanya di dalam rumahMereka pun meninggal tanpa perawatan.

Hal serupa juga terjadi pada anak-anak penderita retardasi mentalKarena penyakit itu, banyak di antara mereka yang tak bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiriMulai makan hingga mandi, anak-anak itu harus selalu bergantung kepada orang lain.

Sayang, jarang yang peduli untuk membantu merekaKeluarga telanjur menganggap anak-anak itu tak bergunaMereka dibiarkan tanpa perawatanParahnya, tak banyak fasilitas kesehatan tersedia di tempat tersebut''Ada sih rumah sakit, di Pulau PramukaTapi, peralatannya pun tak lengkap,'' kata Saidi, salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Padahal, kata Andaru, anak-anak penderita retardasi mental tak bisa ditinggalkan begitu sajaKendati mengalami cacat otak, mereka harus dilatihMinimal melakukan keperluan pribadi secara mandiri.

''Anak-anak itu tiap hari harus diberi tahu dan dipraktikkan bagaimana mandiMereka harus ditunjukkan cara menggunakan sabun, menuangkan sampoDan, itu tiap hari harus diajari pekerjaan yang sama terus-menerus baru bisa,'' tuturnya.

Andaru mengatakan, satu-satunya cara agar kondisi warga Pulau Panggang berubah adalah dengan memberdayakan masyarakat menjadi ''tenaga medis'' untuk warga sendiri''Kalau hanya mengandalkan fasilitas pemerintah, sampai kapanKondisi seperti ini akan terus terjadi,'' katanya.

Karena itu, Andaru sudah rajin mendekati warga Pulau Panggang sejak akhir 1980-anSaat itu dia menggandeng dinas sosial di Jakarta untuk ikut memberdayakan dan membina wargaNamun, beberapa program yang diluncurkan tak ada yang berhasil.

''Soalnya kami hanya membuat program, lantas tidak ada tindak lanjutnyaProgram pun hanya mengandalkan tenaga dari pemerintahSementara masyarakat tidak diberdayakan,'' ungkapnya mengenang.

Tapi, program itu bukan berarti gagal totalSejak saat itu figur Andaru begitu lekat dengan warga Pulau PanggangHampir tidak ada warga yang tidak mengenal Andaru di pulau tersebut.

Setelah program dari dinas sosial gagal, Andaru menawarkan program yang lebih memberdayakan warga Pulau PanggangProgram tersebut sudah berjalan dua tahun iniKuncinya, wakil ketua Bidang Layanan Anak Lions Club 307 A itu membuat program Rehabilitas Sosial Berbasis Masyarakat''Disingkat RBM,'' katanya.

RBM dijalankan dengan membentuk semacam kelompok kerjaKelompok tersebut membawahkan beberapa spesifikasi tugas tertentuYakni, pendidikan, usaha ekonomi produktif, kesehatan, motivasi, dan lain-lainPada tiap kelompok, bapak tiga anak itu merekrut pemuda dan tokoh masyarakat setempat''Istilahnya, mereka itu menjadi relawan,'' ujarnya.

Relawan-relawan itu, imbuh Andaru, lantas dibekali keterampilan tertentuMereka yang berada di kelompok pendidikan mendapat pembekalan mengenai pendidikan untuk anak-anak usia diniMereka yang berada di kelompok kesehatan mendapat pendidikan mengenai perawatan untuk penderita penyakit.

Anak-anak tersebut juga dikumpulkan berdasar penyakit merekaMasing-masing kelompok ditangani oleh relawan-relawan itu''Semua relawan diambil dari warga sendiriSaya hanya menyediakan tenaga asisten untuk menyupervisi dan melatih mereka,'' ungkapnya.

Kelompok tersebut juga bergerak untuk memperbaiki kondisi lingkunganKini warga Pulau Panggang mulai bisa memilah sampahDi sekitar lingkungan mereka juga tersedia komposter untuk menampung sampah domestik.

Tiap akhir pekan Andaru mengecek perkembangan kelompok tersebutDia juga memotivasi masyarakat agar mengubah kebiasaan hidupnyaSebab, program-program seperti itu sering membuat jenuh wargaMereka harus terus dimotivasi agar semangat hidup sehat secara mandiri segera terwujud.

Warga pun mulai merasakan manfaatnyaHaji Saidi, misalnyaLelaki yang biasa dipanggil Haji Dudung itu mengaku berkali-kali mengantarkan warganya ke RS Atma Jaya, Jakarta, untuk mendapatkan pelayanan medisBahkan, dia pernah beberapa kali mengantarkan penduduk Pulau Panggang penderita kanker payudara dan tumor''Semua gratis,'' katanya.

Sebenarnya, kata Haji Dudung, warga mestinya berobat ke sebuah rumah sakit pemerintah di daerah Jakarta UtaraNamun, layanan untuk warga miskin ribetKadang, masa tunggu lebih lama daripada waktu berobatAkhirnya mereka malah lebih suka ke RS Atma Jaya.

Dari mana biaya itu? Menurut Andaru, semua biaya ditanggung rumah sakit''Kami kan punya Yayasan Atma JayaItu ditanggung yayasan,'' ujar AndaruDia mengakui, RS Atma Jaya seperti bukan rumah sakit pada umumnyaTiap tahun selalu menanggung rugi.

Pada 2007, rumah sakit itu rugi sekitar Rp 9 miliarAndaru mengakui, tidak semua pelayanan ke masyarakat harus dihitung untung rugiSebab, kekayaan rumah sakit bukan semata-mata uang yang didapat, tapi juga dari kasus yang ditangani''Soalnya, kami kan rumah sakit pendidikanKekayaannya adalah kasus-kasus itu,'' katanya(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saharuddin Daming, di Tengah Kegelapan Raih Doktor Bidang Hukum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler